Hai semua, mohon vote dan komentarnya, supaya semangat update. Sehat semua, terimakasih.
Raditya meletakkan secangkir kopi hangat di atas meja, menyesap sedikit kafein membuat perasaannya sedikit tenang. Semilir angin sore menerpa rambut ikalnya yang mulai memanjang. Raditya menyiapkan hati, perlahan tangan pemuda itu bergerak, membuka amplop yang dititipkan istrinya kepada Mia. Surat Rania.
Assalamu'alaikum Raditya
Tulisan tangan Rania terbaca begitu rapi. Raditya tersenyum, bagaimana bisa hanya membaca satu baris saja, sudah membuat rindu itu kembali mendominasi.
Rasanya baru kemarin kita duduk berdua di tepi pantai Jogja, apa kamu ingat gadis yang menangis itu? Iya, benar, itu aku
Apa kamu ingat? Mahasiswa baru yang pingsan di hari pertamanya masuk kampus?
Apa kamu tahu? Bahwa asisten dosen yang sering menuliskan pesan kode di bawah nilai laporanmu siapa? Ya, itu aku
Apakah kamu pernah penasaran, kenapa aku suka sekali ke Jogja? Aku suka memikirkanmu dalam diam.
Apakah kamu tahu, pria yang diam-diam aku perhatikan setiap hari ketika di kampus dulu? Itu kamu
Apakah kamu pernah bertanya alasan aku mau menerima perjodohan itu? Karena pria itu kamu.
Awalnya aku hanya merasa berhutang budi padamu, namun ternyata takdir membuatmu nyata berada disisiku, walau hatimu mungkin tidak sepenuhnya. Aku juga kalau boleh jujur. Aku hanya ingin membuatmu lulus kuliah, memimpin perusahaan dan aku bisa pergi dengan mudah.
Nyatanya tak semulus dugaanku Dit?
Tulisan Rania dibagian tersebut sedikit samar, seperti saat menulis, kertas tersebut terkena tumpahan air. "Mungkinkah? " Raditya bertanya dalam hati, membayangkan Rania menangis saat menulis surat tersebut, membuat hati Raditya nyeri. Raditya melanjutkan membaca
Hidup dibawah atap yang sama denganmu, bertemu setiap hari, melihat sisi Raditya yang lain ternyata membuat hatiku goyah.
Rasa balas budi itu membuatku serakah. Aku tak suka melihatmu bersama Mirna, aku ingin memilikimu seutuhnya. Aku ingin memiliki keluarga sesungguhnya.
Tahukah kamu Dit? Aku masih ingin percaya, ketika aku terima fotomu bersama Mirna ketika aku berada di Jogja. Raditya tak mungkin berpaling. Aku menunggu kedatanganmu di pintu kamar rumah sakit, percaya kamu akan datang saat itu. Nyatanya tidak Dit, bahkan kamu sudah tak menerima telponku lagi.
Raditya mengusap rambutnya gusar, merasa benci pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia begitu jahat pada Rania.
Dit, aku harap kamu tidak merasa bersalah. Aku baik-baik saja. Walau akhir-akhir ini aku lebih banyak berpikir. Tentang impianku yang tertunda.
Aku beritahu impianku Dit, walau mungkin ini sudah sedikit terlambat.
Aku ingin memiliki perusahaan kosmetik sendiri, dengan bahan-bahan berkualitas, alami dan tentu saja bisa diterima masyarakat. Kamu tahu Dit, aku pernah juga berpikir nama perusahaan kita adalah gabungan nama kita, merk kosmetik adalah nama anak-anak kita. Lucu sekali bukan? Aku bahkan mulai tidak sadar sejak kapan kamu mulai kulibatkan dalam mimpiku.Jadi Raditya, aku tahu kamu adalah pria yang baik dan bertanggungjawab. Aku titip papa ya? Jaga beliau dengan baik. Jaga perusahaan dengan baik.
Raditya sedikit meremas ujung surat tersebut, menekan perasannya, menekan sesak yang menguar begitu saja. Mengingat semua perlakuan buruk di awal pernikahan mereka.
Mendung menggelayut memuntahkan rintik air ke bumi, Raditya masuk ke dalam rumah, entah kenapa langkahnya terhenti di kamar Rania. Raditya duduk diatas kursi kerja Rania, kemudian melanjutkan membaca surat yang sedikit basah oleh rintik hujan tadi.
Raditya, aku bersyukur Allah menjodohkanku denganmu, bersyukur bisa mencintaimu dalam ikatan suci, bersyukur dengan hari- hari yang sudah kita lalui bersama.
Aku harap kamu begitu juga Dit, bersyukur dengan segala yang ada di sekitar kita, dengan menjaganya dan menghargai yang ada.
Semoga kamu paham Dit, alasan aku pergi. Semoga aku bisa bercerita banyak kepadamu tentang pengalamanku belajar di negeri orang.
Mungkin kita memang butuh jeda, agar kita bisa membina rumah tangga dalam kedewasaan, kepercayaan, kesabaran. Atau dengan berjalannya waktu rasa itu pudar, samar dan perlahan pergi.
Sering sekali aku bertanya-tanya kenapa diantara milyaran manusia di dunia, aku bertemu dan menikah denganmu. Banyak sekali "kenapa" yang ada di pikiranku. Kenapa kamu, entahlah anggap saja ini misteri.
Pernah mendengar seseorang mengatakan bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini? Bahkan kebetulan yang paling kebetulan sekalipun. Semua sudah diatur oleh Nya
Jadi, mari sementara kita jalani hidup kita dengan baik, dengan penuh rasa syukur. Mungkin dengan berjalannya waktu kita semakin mengerti, arti pernikahan ini, cinta dan perasaan kita.
Aku sungguh berharap jodoh kita belum usai. Tapi manusia hanya bisa berencana bukan? Semoga dengan jarak yang tercipta semua akan terlihat lebih jelas.
Walaikumsalam
Rania
Raditya tak kuasa menahan air matanya untuk tak mengalir. Surat itu telah menjelaskan banyak perasaan Rania yang lama tersimpan. Rasa cinta yang tulus dari seorang istri yang luar biasa. Raditya merasa bodoh dengan prasangkanya selama ini.
"Ran, aku akan menunggumu. InsyaAllah aku akan membantu mewujudkan semua impianmu,impian kita" Raditya menggenggam surat itu erat. Berjanji pada diri sendiri untuk menjalani hari dengan baik.
"Terimakasih Rania" Bisik Raditya dalam hati. Bersama doa yang dia kirimkan ke langit, semoga jodoh mereka belum usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania dan Raditya
Ficción GeneralRania Zada Kirana harus rela menikah dengan anak pemilik perusahaan tempat dia bekerja demi operasi ibu,hutang keluarga dan sekolah adiknya. Mampukah Rania menghadapi suami yang bahkan mungkin tidak menginginkan pernikahan ini? Raditya Putra Santosa...