11

5.1K 499 52
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Ayo dong kencengin votenyaaaa udh up hampir tiap hari loh :")

Di taman Rumah Sakit yang di penuhi dengan bunga-bunga hias, terdapat beberapa kursi kayu yang di letakkan di sudut taman. Salah satu di antara kursi taman tersebut, tengah duduk seorang pria dengan wajah sembab dan penampilannya yang sangat lusuh. Ia menangis karena keadaan sahabatnya yang mengalami kejadian yang tak diinginkan. Pria itu adalah Dagna Berdebu.

Sejak semalam, ia terduduk di kursi taman sendirian merenungi semua masalah yang menimpa sahabat nya. Ia sangat malu pada dirinya sendiri, yang tak bisa menjaga sahabat perempuannya dengan baik. Ia merasa gagal menjadi seorang lelaki.

Matanya membengkak akibat menangis semalaman. Kemeja yang awalnya dimasukkan dengan rapi dan juga celana yang licin, kini terlihat sangat kusut.

Apa yang akan ia lakukan kedepannya? Apakah tindakannya sudah benar, telah memanggil kakak Rauna? Dan juga, ia merasa bersalah telah meninju wajah Vendra hingga mulutnya sedikit sobek.

Hati Dagna bergemuruh, baru kali ini ia merasakan sakit yang rasanya sampai tidak bisa di definisikan. Jantungnya seakan melambat dan ingin berhenti berdetak.

Waktu telah menunjukkan pukul 08.00 pagi, orang-orang yang berada di Rumah Sakit mulai berkeliaran di sekitar dirinya. Ia sama sekali tak mempedulikan keadaan sekitarnya, hanya menatap tanah yang saat ini ia pijak.

"Dagna!"

Eric datang menemui Dagna. Ia memegang pelan bahu Dagna dan duduk di sampingnya dengan pelan-pelan. Dagna sedikit terkejut dengan kedatangan Eric.

Eric tersenyum simpul saat menatap Dagna. "Nggak pulang?" tanya nya.

Dagna hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Haaahh, saya tau kamu pasti hancur saat mendengar Rauna sedang mengandung. Saya pun, yang ber status kakak kandung Rauna juga sama. Waktu kamu menelfon saya, rasanya jantung yang berada di tubuh ini, seakan berhenti berdetak. Dan selanjutnya, saya ingin membunuh semua orang yang berada di depan saya," ucap Eric membuka pembicaraan. Dagna menatap Eric seakan bingung dengan perkataannya.

"Terimakasih, kamu menjaga adik saya dari SMA sampai sekarang. Saya nggak bisa berbuat apa-apa ke kamu, hanya bisa mengucapkan terimakasih."

"Nggak, Bang! Jangan begini, s-saya jadi nggak enak sama Bang Eric," jawab Dagna dengan perasaan tak enak.

Tangan Eric menyentuh bahu Dagna, ia tersenyum kembali. "Tidak, saya harus mengucapkan terimakasih walaupun dua kata tersebut tak cukup untuk membalas jasa kamu. Entah apa amal yang orang tuaku perbuat di masa lalu, hingga adikku bisa mendapatkan sahabat sebaik dirimu," ucapnya.

Bayi Ka-ting ku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang