15

4.9K 374 75
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Sepulang dari warung Mang Agus, kini kedua pengantin baru tersebut beranjak pergi ke Hotel tempat Eric menginap. Sebelum Maghrib datang, Eric sudah harus berada di bandara. Mengingat pekerjaan nya di Jepang, sebab itu dirinya tak bisa berlama-lama di tanah kelahirannya. Apalagi, saat ini Eric sudah menjadi berwargakenegaraan Jepang bukan  Indonesia lagi.

Selama di perjalanan, Rauna masih saja merajuk kesal pada Vendra sebab dirinya tak diperbolehkan membeli baso Aci instant. Biar saja jika anaknya lahir nanti ileran, siapa suruh tak menuruti keinginan ibu hamil.

"Mau mampir beli buah dulu?" tanya Vendra memecah keheningan.

"Nggak."

Secepat kilat, Rauna langsung membalas pertanyaan Vendra. Ia sangat kesal pada Vendra. Benar-benar tidak berperi-kebasoacian sekali suaminya ini.

"Masih marah masalah baso Aci?" tanya Vendra kembali.

Tak ada jawaban dari Rauna.

"Padahal saya udah belikan, tuh banyak di bagasi sampe tumpah-tumpah baso nya," acuh Vendra sembari mengendikkan bahunya.

Mendengar keluhan Vendra, sontak saja membuat kedua mata Rauna membulat seketika. Wah, dirinya sudah membayangkan betapa nikmatnya memakan baso Aci lima bungkus yang super duper ekstra pedas dan panas di tengah malam sembari menonton drama Korea.

"Serius, Kak?!"

Melihat wajah sang istri yang berbinar-binar membuat Vendra terkekeh pelan. Ia pun mengacak-acak rambut Rauna sembari menganggukan kepalanya.

"Iya."

"Aaaa!!! Makasih banyak, Kak! Mampir ke Indoma*et boleh nggak? Bentar doang," pinta Rauna.

Sementara Vendra, ia pun hanya bisa menurut dan membelokkan mobilnya ke arah Indoma*et yang berada di kiri jalan.

"Mau beli apa?"

Vendra mematikan mesin mobil dan sedikit mencondongkan badannya ke kiri untuk mengambil dompet nya yang berada di kantong celananya.

"Beli Fruit t*a."

"Itu aja?"

Rauna pun mengangguk kecil.

"Mau ditemani?"

"Nggak usah, saya sendiri aja."

"Ya sudah, hati-hati ya."

Setelah mendapat ijin, Rauna pun turun dari mobil dan berjalan menuju pintu indoma*et dengan senandung kecil.

Sementara di mobil, sembari menunggu sang istri membeli minuman, tiba-tiba handphone Vendra berbunyi. Saat di periksa, rupanya Rafa yang menelfon dirinya.

Rafa.

"Iya, halo."

"Halo, oyy! Lu dimana, Nyet?"

Bayi Ka-ting ku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang