-
Sesi foto bersama telah berakhir, semua orang pun mulai meninggalkan Kampus sedikit demi sedikit hingga keadaan Kampus kini mulai sepi. Hanya beberapa orang yang berlalu-lalang, dan itupun bisa ditebak mahasiswa Kampus yang masih menginjak semester tengah maupun semester muda.
Keluarga Rafa dan Raka sudah sedari tadi pamit untuk pulang ke rumah, mereka sedang mengadakan acara keluarga yang diadakan buyut mereka. Begitu juga dengan keluarga Kevin yang harus pulang untuk mengabarkan kepada keluarga besar bahwa Kevin telah menjadi Sarjana Hukum.
"Eh maaf, emak gue nyuruh gue pulang nih adek gue katanya rewel pengen nyium ketek gue," ucap Dagna tiba-tiba setelah membaca pesan yang baru muncul di notif handphone miliknya.
"Ketek lu bau, nggak usah halu!" balas Fuyu.
Bram yang mendengar ucapan Dagna seketika langsung membayangkan, bagaimana cara adiknya mencium ketiak abangnya? Apakah Dagna mencolek ketiaknya menggunakan telunjuknya lalu menutup hidung adiknya menggunakan telunjuknya yang telah terkontaminasi dengan racun ketiak nya? Ataukah, ia langsung mengarahkan hidung adiknya ke arah ketiaknya? Bukankah itu sangat melanggar hak asasi dunia perketiakan?
"Yaudah, kamu pulang aja nggak papa. Saya juga ada urusan di gedung C," titah Vendra. "Oh iya, Bu, Rauna ikut ke rumah ibu aja nggak papa kan? Nanti aku jemput kalau sudah selesai," lanjutnya.
Wati tersenyum hangat mendengar ucapan putra sulungnya ini, benar-benar sangat dewasa. "Iya, Nak."
Dengan wajah yang tampan dan tersenyum lebar, Vendra mendatangi Rauna yang berdiri tak jauh dari ibunya. Ia berniat untuk pamit pada istri kecilnya ini.
"Nanti Kakak jemput ya, nggak lama kok," pamit Vendra sembari memberi tangan kanannya pada Rauna bermaksud untuk salim.
Rauna pun mengangguk mantap dan langsung menempelkan bibir mungilnya itu ke punggung tangan suaminya. Wajah Vendra langsung berseri-seri melihat istrinya yang sangat patuh pada dirinya, rasanya ia seperti melihat bidadari Surga yang menjelma menjadi istrinya.
"Buset, udah kayak di pilem-pilem ye, Puy. Rauna cocok jadi istri sholeHot," bisik Dagna di telinga kanan Fuyu.
Fuyu pun langsung tertawa keras mendengar ucapan Dagna.
Setelah itu Vendra pun ijin pamit dan pergi ke gedung C yang letaknya sedikit jauh dari tempat nya saat ini, disusul dengan Dagna dan Fuyu yang juga pamit untuk pulang ke rumah masing-masing. Dan kini, tinggal lah Rauna beserta Wati dan Bram.
"Ya sudah ayo kita pulang, tunggu pak Supir di Halte bagaimana?" ajak Wati pada putra bungsu dan juga menantunya.
Mereka berdua pun mengangguk setuju dengan ajakan Wati. Namun saat di perjalanan menuju Halte, Pak Supir menghubungi Wati jika mobilnya saat ini sedang mogok dan letaknya sangat lah jauh dari Kampus Vendra.
"Wealah, lah kok mobilnya mogok toh. Terus kita gimana ya pulangnya?" dumel Wati.
Mendengar sang ibu mendumel pelan, spontan saja membuat Bram maupun Rauna menghentikan langkah kaki mereka dan langsung menatap wajah Wati.
"Ah, begini kata Pak Supir mobilnya lagi mogok dan masih jauh dari sini. Terus kita pulangnya gimana ya?" ucap Wati.
"Telfon kak Vendra aja gimana, Bu?" usul Bram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Ka-ting ku!
Non-Fiction"Aku mohon Rauna, menikahlah denganku! Setidaknya, pikirkan keadaan bayi kita!" mohon Vendra. Mendengar permohonan Vendra, hati Rauna sedikit tersentuh. Ia menimang kembali tawaran Vendra untuk menikahi dirinya. Setelah berpikir panjang, akhirnya Ra...