23

3.1K 299 38
                                    

-

"Gue kesel makanya gue lawan. Nggak habis pikir sama orang jaman sekarang, suka banget ngehujat orang tanpa tau kebenaran nya. Ibu hamil kayak Rauna kalau tau dia dibully begini pasti mentalnya down, ngaruh ke janinnya. Apa mereka nggak mikir? Sesama cewek padahal, tapi mulutnya pada lemes semua!" omel Raka tak henti-henti.

Selepas melabrak salah satu mahasiswi sebelumnya, ia langsung pergi menuju ruangan Vendra. Ingin sekali Raka meninju habis-habisan mahasiswi tersebut, namun ia masih mengingat prinsip hidupnya untuk tidak menyentuh wanita.

Vendra sendiri pun tak bisa melarang Raka, ia tahu betul sahabat nya ini sangat sensitif pada wanita hamil mengingat ibu kandungnya yang meninggal saat ia masih SMA karena simpanan ayahnya mem-bully ibunya hingga bunuh diri dengan keadaan masih mengandung janin yang berusia 8 bulan.

"Iya, Ka, gue tau. Lo sabar dulu, minum tuh teh botol di kulkas," titah Vendra pelan.

Bukannya Raka yang mengambil, justru Rafalah yang beranjak dari sofa dan mengambil teh botol di kulkas. Ia mengambil 3 botol dan memberikan pada kedua sahabatnya.

Merasa sejuk setelah meminum teh dingin, Raka pun akhirnya duduk dengan tenang dan berusaha mengatur pernafasan nya secara perlahan-lahan.

"Terus Rauna gimana, Vend? Udah tau masalah ini belum?" celetuk Rafa tiba-tiba.

Sebenarnya, Rafa pun tak kalah khawatir nya seperti Raka. Sebab, dirinya adalah sepupu terdekat Raka dan memiliki trauma yang mendalam seperti yang dialami oleh saudaranya, Raka. Bedanya, Rafa masih bisa mengontrol emosinya, tidak dengan Raka yang bisa saja membludak secara tiba-tiba.

"Alhamdulillah sih gue bisa tahan dia buat nggak keluar dari apart. Sebenarnya, gue juga kasian sama Una. Tapi mau gimana lagi, gue takut dia nggak aman kalau pergi ke luar."

Mendengar jawaban Vendra, Rafa dan Raka pun mengangguk setuju secara bersama. Memang benar apa yang dikatakan oleh Vendra, Rauna masih belum aman jika bepergian keluar sendirian. Bisa saja, dalang dari masalah ini mengintai dari jauh dan memiliki rencana busuk untuk melenyapkan Rauna.

Hal ini pun tak bisa dipungkiri, mengingat masalah yang menimpa Vendra dan Rauna yang tiba-tiba menjadi ramai di kalangan mahasiswa/i. Walaupun di waktu acara wisuda Vendra sempat membocorkan pernikahan nya dengan Rauna, namun berita yang beredar saat ini sangat tak masuk akal. Banyak foto-foto antara Rauna dan Vendra saat sedang jalan berdua di Mall, Cafe bahkan di taman dekat apartemen milik Vendra. Dapat dipastikan bahwa dalang tersebut sudah mengintai sejak lama.

Dan yang paling membuat Vendra geram adalah, rekaman cctv saat Rauna dan Vendra memasuki kamar yang sama saat kejadian di 'malam' itu pun juga ikut tersebar dengan catatan yang tertulis "Vendra telah membayar Rauna untuk menghabiskan malam bersama. Rauna adalah kupu-kupu malam!"

Sungguh, rasanya Vendra ingin membunuh orang yang telah menyebar berita bohong tersebut.

"Terus Rauna sekarang di rumah sama siapa?" tanya Raka.

"Fuyu, Dagna."

"Tu dua bocah apa bisa jaga rahasia? Gue ngeri si Puyuh keceplosan," tanya Rafa.

Vendra menutup botol tehnya lalu merapikan tempat duduknya. "Nggak, mereka malah takut Rauna kenapa-napa. Kemarin, si Fuyu juga di labrak salah satu orang tua mahasiswi semester 4 karena Fuyu bogem tu cewek."

Spontan, kedua bola mata Rafa dan Raka membulat secara bersamaan.

"Demi apa lu? Si Puyuh berani bogem cewek lain?" tanya Rafa dengan mata yang masih tak menyangka.

Bayi Ka-ting ku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang