okay sesuai riques, malam ini up untuk menemani malam Minggu kalian para pembacaku yg jomblo seperti author hihi 😹
•••
Jarum jam kini telah bertengger di angka 11 malam hari. Dan sampai saat ini, Rauna masih terlelap dan belum membuka kedua matanya.
Fuyu dan Dagna telah membawa beberapa keperluan Rauna selama ia menginap di rumah sakit, seperti baju, pakaian dalam, vitamin ibu hamil dan perlengkapan mandi khusus untuknya selama kehamilan.
Sedangkan Rafa dan Raka sejak sejam yang lalu sudah pulang ke rumah masing-masing sebab besok mereka berdua akan menghadiri sidang perdana mereka sebagai pengacara.
Dan kini, Dagna sedang mengajak Vendra ke kantin untuk mengisi perut terlebih dahulu karena sejak pagi Vendra belum memakan apapun.
"Ayo Kak dimakan dulu, walaupun cuma selembar roti tawar seenggaknya perut Kak Vendra terisi," titah Dagna sembari menyodorkan sebungkus roti tawar berisi selai coklat.
Mau tidak mau, Vendra pun terpaksa memakan roti tersebut. Mau bagaimanapun, ia tetap harus menjaga tubuhnya agar tidak jatuh sakit dan bisa menjaga Rauna yang sedang terbaring lemah saat ini.
Walaupun kedua tangannya sedang merobek bungkus roti, namun pandangan dan pikiran Vendra masih tertuju pada Rauna seorang. Penampilan Vendra saat ini benar-benar sangat kacau.
Dagna bergidik ngeri melihat Vendra yang terlihat seperti orang kerasukan. Walaupun tatapan matanya kosong, namun suami dari sahabat tercintanya ini masih tetap tampan walau dilihat dari lubang sedotan sekalipun.
Merasa jengkel saat melihat bungkus roti tersebut masih belum terbuka, akhirnya Dagna pun merebut roti tersebut dari genggaman Vendra dan merobeknya dengan sekali tarikan. Setelah itu, ia pun mengambil roti tersebut dan langsung menyodorkannya kedalam mulut Vendra secara paksa.
Spontan, mata Vendra membulat seketika dan langsung terbatuk-batuk. Sialan Dagna, apa tidak bisa menyuapi dirinya dengan perlahan! Tapi jika Dagna menyuapi dirinya, bisa bahaya nanti dirinya akan disangka pasangan gay dengan Dagna. Naudzubillah.
"Ya Allah makan roti aja nggak bisa, manja amat lu, Bang!" kesal Dagna.
"Makanya nikah, biar lu rasain apa yang gue alami sekarang."
"Nggak dulu, Kak, belum minat. Gue masih punya cita-cita jadi simpanan om-om kaya raya," jawab Dagna dengan percaya diri.
"Nggak waras ya, lu?"
"Hah nggak, Kak. Emang cita-cita gue dari kecil. Mama dulu janda, terus dapat duda kaya raya di Malaysia. Semenjak itu, Mama nggak pernah nangis lagi soalnya dompet nya selalu penuh plus nggak perlu capek-capek kerja lagi. Gue terinsipirasi dari Mama hahahaha, mau join nggak, Kak?"
"Terserah lu deh, gue angkat tangan kalau berhadapan sama lu."
Dagna pun tertawa keras mendengar ucapan Vendra. Setelah puas tertawa, ia pun ijin pada Vendra untuk pergi ke mobil untuk mengambil dompet nya yang tertinggal. Dan kini, tinggal lah Vendra seorang diri di kantin rumah sakit yang keadaannya mulai sepi.
Sembari menghabiskan rotinya, Vendra sempat beberapa kali mengecek handphone miliknya untuk memastikan kabar Rauna dari Fuyu. Namun ternyata nihil, Fuyu tak memberi pesan apapun padanya yang artinya Rauna belum membuka matanya hingga saat ini.
Saat sedang mengecek beberapa tugas mahasiswa di handphone, tiba-tiba datang seorang pria dengan tubuh sempoyongan berjalan ke arah meja yang sedang Vendra duduki. Semakin mendekat, Vendra semakin mencium aroma menyengat dari tubuh pria ini yang dapat dipastikan bahwa pria ini sedang mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Ka-ting ku!
Non-Fiction"Aku mohon Rauna, menikahlah denganku! Setidaknya, pikirkan keadaan bayi kita!" mohon Vendra. Mendengar permohonan Vendra, hati Rauna sedikit tersentuh. Ia menimang kembali tawaran Vendra untuk menikahi dirinya. Setelah berpikir panjang, akhirnya Ra...