"Kak, kenapa baru pulang." Seorang gadis dengan wajah pucat. "Kenapa tadi nggk jemput aku?!" Lanjutnya.
"Sibuk."
"OOh gitu ya, yaudah kalo gitu Yaya ke dapur dulu." Ucap Yaya dengan suara pelan, kakinya rasanya tidak kuat membopong tubuhnya.
"Sakit?!" Ucap Arya
"Cuma demam doang kok." Ucap Yaya menunduk. Dengan tiba-tiba Arya menggendong ala bridal style Adeknya. Yaya hanya diam dan mematung.
Membawa ke kamar, lalu meletakkan dengan pelan. Bukan berarti Arya dingin kepada Adeknya ia tak menyayanginya. Justru dia sangat perhatian walaupun caranya agak berbeda.
"Tidur! Jangan kemana-mana. Mau buat bubur." Ucap Arya lalu berjalan keluar kamar. Yaya tersenyum tipis melihat perilaku sang Kakak.
"Cuma ini yang bisa gue lakuin." Arya melihat sekilas dari celah pintu. Berjalan pergi menuju dapur.
Berbekal Video dari youtube, Arya bertekad membuat bubur. Walaupun terlihat mudah, tapi bagi seorang Arya adalah hal yang susah.
15 menit kemudian
Segelas air putih dan semangkok bubur sudah tersaji di atas nampan. Arya membawa nampan dengan hati-hati. Membuka pintu kamar dengan sikutnya, lalu menaruh nampan di pangkuan sang Adek.
"Minum dulu airnya." Yaya mengambil segelas air lalu meminumnya sedikit.
Mengambil mangkoknya lalu menyuapi sang Adek.
"Aku bisa makan sendiri Kak?!" Mencoba mengambil alih mangkoknya, tapi nihil Arya menjauhkannya."Tinggal buka mulut apa susahnya." Arya menyodorkan sendoknya ke mulut Yaya, membuka mulutnya dan mengunyah pelan-pelan.
"Enak Kak," ucap Yaya tersenyum. "Beli dimana Kak? Jam segini kok ada orang jual bubur?!" Lanjutnya
"Buat sendiri. Lihat youtube tadi."
"Keren deh Kak! Sekali buat langsung enak." Yaya tersenyum bahagia.
Kenapa si para cowok sekali masak langsung enak?
Dengan lahap Yaya memakan buburnya, hati Arya rasanya lega melihat keadaannya mulai membaik. Arya menaruh mangkok kosong ke nakas dan memberikan Yaya air minum.
"Banyakin istirahat kalo butuh sesuatu panggil saja." Yaya mengangguk lalu Arya mengambil gelas kosong di tangannya. Yaya merebahkan tubuhnya, Arya menyelimuti lalu mengelus puncak kepalanya.
"Maaf!"
"Nggk papa kok Kak! Makasih udah buatin bubur terenak yang pernah aku makan." Arya hanya mengangguk.
"Selamat malam, Kak."
"Malam."
Berjalan menuju sakelar lalu mematikan lampunya. Menutup pintu dengan pelan, melihat kedatangan seorang wanita yang memakai seragam kantor.
"Lo kok belum tidur?" Tanyanya
"Mau tidur! Malam." Arya menuju kamarnya, meninggalkan wanita itu sendirian.
Huft
Setelah itu, wanita itu juga pergi, menuju kamarnya. Melepas jaketnya melemparnya ke kasur. Terlihat perban yang masih terpasang dengan rapi.
Tiba-tiba terlintas Ara dipikirkannya, mengingat hal apa yang tadi ia lakukan. Membuat ia mengembangkan senyumnya. Melemparkan tubuhnya ke kasur, menatap langit-langit atap.
Membayangkan Ara membuat rasa sakit di pundaknya dan kakinya menghilang begitu saja. Terkadang cinta adalah obat ampuh untuk mempercepat proses penyembuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARIZ ( REVISI )
Teen FictionRevisi !!!! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ⚠️WARNING JOMBLO MENJAUH⚠️ [16+] Altariz Jasver Pamungkas. Seorang murid laki-laki gagah, jutek, pintar dan tentunya tampan. Menggunakan bandana hitam di lengan kanan adalah ciri khasnya. Pemilik sekolah SMA...