Beraneka makanan sudah tersaji diatas meja, dua laki–laki berjalan beriringan keluar dari lift. Dion berjalan sembari membawa komik 'Re Life' dan Altariz hanya menggenggam handphonenya.
"Malam, Bun." Sapa Dion
"Malam,"
"Ayah belum pulang, Bun?" Tanya Altariz
"Belum, padahal tadi siang Bunda telfon pulang sore. Tapi udah malam gini belum balik–balik, bikin khawatir aja."
"Sellow Bun. Paling kena macet atau ada urusan. Biarin lah Bun, Ayah kan udah gede! Nggk bakal nyasar kok Bun." Ucap Dion
"Kalo mampir ke rumah janda sebelah gimana, Bun." Ucap Altariz memprovokasi, tak jauh dari rumahnya tinggal seorang janda cantik yang rumornya sering Open BO di rumahnya.
"Bener kata Abang Bun," ucap Dion terkekeh.
"Ngadi–ngadi kalian berdua!"
Setelah selesai makan, Bundanya mengambil piring–piring sisa makan tak sengaja tangannya menyikut gelas.
Pyar
"Astaga!"
"Perasaan Bunda kok nggk enak, apa terjadi sesuatu sama Ayah?!"
"Mending Bunda telfon Ayah deh," ucap Altariz
Triiing.. Triiing..
Suara telfon rumah berdering hingga membuat mereka mengalihkan pandangannya.
"Bun, angkat! Siapa tau penting," ucap Dion
Berjalan menghampiri sebuah nakas berwarna putih, lalu mengangkat telfon rumah itu.
"Halo dengan siapa?"
"Saya Suster dari rumah Sakit Pamungkas, dengan Nyonya Jasver? Apa ini anda?"
"Iya saya sendiri, ada apa Sus?"
"Pak Jasver mengalami kecelakaan—,"
"Saya akan kesana." Menutup panggilan sepihak.
"Bun kenapa?" Ucap Altariz sembari memegang pundak Bundanya yang bergetar.
"Ayah kecelakaan," ucap Bundanya langsung memeluk Altariz, membalas pelukannya sembari mengelus punggung yang bergetar, tangisan Bundanya dapat ia rasakan karena ceruk lehernya yang terasa basah.
"Sekarang kita susul Ayah ya Bun." Ucap Altariz, Bundanya hanya mengangguk.
"Dion ikut Bang!!"
"Ambilin gue jaket, buruan!!" Dion mengangguk langsung berlari menuju lift. Dengan kecepatan seperti kilat, Dion datang dengan ngos-ngosan sembari menyodorkan jaket hitam.
Mereka berjalan keluar rumah, menuju rumah sakit. Jaket hitam, kaos putih dipadukan dengan celana berwarna cream. Begitu pas ditubuh Altariz, sedangkan Dion hanya mengunakan kaos berwarna kuning dan celana hitam. Sang Ibunda hanya mengunakan dress rumahan berwarna navy.
Rumah sakit yang begitu megah, yang didirikan oleh Kakeknya. Berjalan masuk disambut oleh beberapa suster.
"Mari saya antar," ucap salah satu suster, berjalan beriringan menuju ruang rawat.
Cklek
"Ayah..,"
"Bun sabar," ucap Dion mengelus pundak Bundanya, yang sedang memeluk Ayahnya. Infus yang terpasang ditangan, kepala yang diperban, dan alat bantu pernafasan.
"Dion lo jagain Bunda, gue mau keluar bentar."
"Oke Bang,"
Saat keluar dari ruang rawat ada dua orang berseragam Polisi, yang akan masuk. Tapi niat mereka diurungkan karena melihat Altariz.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARIZ ( REVISI )
Teen FictionRevisi !!!! [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ⚠️WARNING JOMBLO MENJAUH⚠️ [16+] Altariz Jasver Pamungkas. Seorang murid laki-laki gagah, jutek, pintar dan tentunya tampan. Menggunakan bandana hitam di lengan kanan adalah ciri khasnya. Pemilik sekolah SMA...