part 30

10.1K 530 72
                                    

Dewa
Al buruan ke gedung tua!!

Melihat pesan yang dikirim Dewa membuat ia bergegas  bangkit pergi. Tak tega membangunkan Bundanya, Altariz mengelus rambut Bundanya lalu menyambar kunci mobil lalu berjalan dengan langkah cepat.

15 menit mengendarai mobilnya, turun dari mobil melihat teman-temannya yang masih menggunakan seragam sekolah. Altariz berjalan ke gerombolan laki-laki, membelah barisan. Berdiri disamping Dewa.

"Tanpa aba–aba dari gue, lo mau nyerang Arya." Ucap Altariz menatap tajam Dewa, nyalinya mulai menciut jika ditatap Altariz seperti ini.

"Ya, sorry. Maksud gue kan baik! Biar lo bisa jagain Bokap lo," ucap Dewa

"Seenggaknya lo ngabarin gue dulu." Ucap Altariz memutar bola matanya malas.

"Tujuan kita baik Al!! Nggk terima kita, tembok sekolah  dicoret–coret kalo 'Bokap lo pembunuh'." Ucap Udin menyahuti, Altariz mengernyitkan keningnya tipis. Udin menyodorkan sebuah gambar foto di handphonenya 'Pak Jasver pembunuh.' Coretan pilox merah yang cukup besar di pagar sekolahnya.

"HINA BANGET CARA LO!!"

"LO PIKIR BOKAP GUE BAKAL PEDULI, DENGAN APA YANG LO LAKUIN. ENGGAK!!"

Arya menggenggam erat kedua tangannya, rahang yang sudah mengeras.

"Tenang Arya!!"

"Gue emang nggk sekaya lo. Tapi lo dengerin baik–baik.  Altariz Jasver Pamungkas yang terhormat." Jeda Arya mencoba mengontrol emosinya.

"GUE PERCAYA KALO TUHAN NGGK TIDUR AL!!"

"UNTUK PERTAMA KALINYA DALAM HIDUP SEORANG ARYA PRATAMA MAU MENCARI KEADILAN!!"

"CIH.. KESAMBET APA LO!!" Ejek Altariz dengan lantang. Menimbulkan kekehan dari teman-temannya. Arya tak peduli ia berjalan pergi, disusul rombongannya.

"Al tumben Arya nggk ngajak ribut! Malah cabut pergi mereka." Ucap Ozi

"Pasti ada sesuatu yang lagi direncanakan," ucap Dewa

"Cabut," ucap Altariz pergi.

Sedari tadi Ara menggoyangkan lengan Mamanya. "Ayo Mama! Ara pengen jenguk," ucap Ara memelas, melihat wajah anaknya. Lena tak tega, ia menarik nafas sebentar lalu menghembuskan.

"Iya, tapi nunggu Papa kesini. Sekalian kita jenguk sama–sama! Udah sekarang kamu istirahat dulu, kamu kan baru siuman." Mamanya menarik selimut dari kaki Ara hingga kedada.

"Handphone Ara yang hilang gimana, Ma?"

"Beli lagi, nanti Mama telfon Papa buat beliin handphone baru. Lagian cuma handphone doang! Ikhlasin aja."

"Tapi nanti kalo ketemu Ma?"

"Ya udah nggk papa, malah enak dong punya handphone dua! Lagian cuma Iphone 12 Pro Max, yang hilang. Kalo ketemu berarti itu rejeki kamu, Sayang."

"Iya Mama,"

~18.00~

Cklek

"Tante," berlari menghampiri seorang perempuan yang sedang duduk. "Miss u..." Viola mendusel–duselkan kepalanya ke dada Neli. Memeluk dengan erat.

"Nel aku taruh buahnya disini." Neli hanya mengangguk. "Oma, Oppa nggk ikut, Vi?" Tanyanya.

"Nggk Tan, Oma dan Oppa cuma titip salam. Soalnya tadi habis dari makam Papa, hari ini kan Papa ulang tahun." Ucap Viola mengembangkan senyumnya lebar.

"Oh iya ini kan tanggal 11 Juli. Astaga.. lupa!" Neli menepuk jidatnya.

"Nggk papa, yang penting Om Jasver cepet siuman."

ALTARIZ ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang