part 50

9.4K 354 38
                                    

Tolong jangan lupa di vote!!

~kediaman rumah Ara~

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," Viola berjalan menghampiri Mamanya yang sedang duduk di sofa.

"Capek banget badan Ara, Ma."

"Yaudah sana mandi terus tidur," ucap Mamanya sembari mengelus kepalanya. Mengangguk patuh lalu bangkit dan berjalan menuju kamarnya.

5 menit kemudian

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, saat ingin tidur. Ia mendengar suara ricuh di luar membuatnya ia keluar.

"Mama ada apa?" Tanyanya dengan bingung.

"Kamu masuk ke kamar ya." Perintah Mamanya dengan tegas. Membuat ia sedikit takut, tak biasanya Mamanya berbicara seperti ini.

Sedangkan Papanya dan beberapa satpam sedang menghadang orang yang ingin masuk kerumah.

"Itu siapa, Ma?"

"MASUK KE KAMAR ARA." Ucap Mamanya meninggi membuat ia kaget. Untuk pertama kalinya Mamanya membentak seperti ini.

Hiks

Mendengar tangisan itu membuat ia tersadar. "Maafin Mama, Sayang. Mama tidak sengaja," langsung memeluk putrinya. "Mama tidak mau kamu diambil mereka," lanjutnya membuat Ara mendongakkan kepalanya.

"Mereka siapa?"

"Putriku." Panggilan itu membuat mereka yang sedang berpelukan menatap orang itu. Sedangkan, Papa Ara dan satpam rumahnya sedang di tahan oleh orang-orang itu.

"LEPASKAN SUAMI SAYA!!" Mamanya menyembunyikan ia dibelakang punggungnya.

"Berikan putriku ke saya."

"CIH! SAYA TIDAK MAU. APA ANDA LUPA DENGAN APA YANG ANDA LAKUKAN DI MASA LALU."

"APA PERLU SAYA INGATKAN KEMBALI!"

Hening

"Lepaskan mereka," suruh Agra kepada anak buahnya.

"Mari kita berbicara baik-baik." Lanjutnya.

"Papa Ara takut." Memeluk Papanya, mengelus puncak kepala Ara.

"Putriku sudah besar."

"Silahkan duduk." Ucap Anton.

Ia sedang duduk di tengah kedua orang tuanya. Papanya menggenggam tangannya dengan erat, dingin. Mamanya juga menggenggam tangannya dengan bergetar dan dingin.

"Sebelumnya saya minta maaf, karena mengganggu waktunya." Agra sedikit menurunkan egonya dan emosinya. Ia tidak mau membuat putrinya takut.

"Sampai kapan kalian akan menyembunyikan ini." Lanjutnya.

"Laki-laki seperti anda mana pecus mengurus anak."

Apa dia masih bisa disebut seorang Ayah, dia bahkan jauh dari kata baik.

Jika putrinya tau bagaimana dia, apa masih menerima sebagai seorang Ayahnya.

Hanya tuhan yang tau.

__

~Malam hari~

Drrrtt..

Altariz yang selesai mandi lalu mengambil handphonenya di atas kasur. Tersenyum lebar saat sang pujaan menelfon.

"Halo, Sayang."

"..."

Hening

Tak biasanya dia seperti ini, biasanya terdengar suara keceriaan dan kepolosannya.

ALTARIZ ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang