part 52

3.9K 66 33
                                    

Typo bertebaran belum revisi!!

"Mau ketemu siapa? Kok jam segini nggk sekolah?" Tanya satpam karena melihat dari seragam yang di pakai Arya membuat pak satpam agak takut jika ada tawuran lagi.

"Saya mau ketemu Viola, saya nggk mau tawuran pak. Tenang saja," ucap Arya

Arya menghubungi Viola karena tak mungkin ia masuk ke dalam, karena tak ingin memancing keributan.

"Gue udah sampai depan gerbang ini,"

"Tunggu."

Satpam itu kenal dengan Viola, selain suka terlambat, dia juga siswi yang sangat akrab dengannya.

"Pacarnya Viola?" Tanya Pak satpam.

"Bukan,"

Viola berjalan dengan di bantu Mia. Karena kelasnya hari ini jam olahraga membuat teman-temannya yang sedang duduk di pinggir lapangan melihat mereka.

"Al, itu kan Viola sama Mia?" Ucap Dewa sembari menunjuk mereka.

"Bukanya di Uks, mau kemana mereka? Kok ke arah gerbang," Altariz lalu bangkit dan berjalan menuju mereka, untung guru olahraganya belum datang.

Viola menajamkan matanya melihat Arya sedang mengobrol dengan Pak Budi, satpam sekolahnya.

"Gue nitip tas ya," Ucap Viola lemas.

"Iya sans lah,"

Arya melihat Viola datang lalu turun dari motornya.

"Lo gapapa? Kenapa wajah lo pucat gini?" Ucap Arya sembari memegang pundak Viola, Mia mundur kebelakang sedikit.

"Gue sakit," Arya langsung memeluk Viola, bahkan hatinya sakit.

"Tubuh gue sakit, hati gue sakit, kepala gue sakit."

Altariz yang melihat adegan itu antara bingung, marah dan kecewa.

•••

"Ara," panggil Karin membuat Ara menoleh ke samping. "Ini buat lo, tapi lo harus buka saat di rumah." Lanjutnya.

"Ini apa?"

"Nanti lo juga tau,"

"Makasih Karin," ucap Ara dengan senyuman tipis.

"Ara berharap kita bisa kayak dulu lagi,"

Singkat cerita, Ara berjalan menuju kantin dengan Eca dan Aca. Tiba-tiba perjalanan mereka terhenti karena ada ramai-ramai di lapangan.

"Ada apa di lapangan itu?" Tanya Eca kepada salah satu siswi.

"Altariz berantem sama Dewa,"

Ara langsung berlari menuju lapangan untuk melihatnya, dan benar Altariz sadang berantem. Ara mencoba masuk ke dalam kerumunan para siswa-siswi.

"Altariz udahhh.. kasian," teriak Ara membuat Altariz menghentikan pukulannya.

Ara menyeret Altariz memisahkan. Dewa bangkit lalu memegang rahangnya yang berdarah.

"Mulai detik ini gue keluar dari Albatross." Ucap Dewa lalu pergi.

Anak Albatross yang lainnya kaget dan hanya diam.

"Perasaan tadi pagi mereka akur kenapa kok jadi gini,"

"WHAT! nggk salah denger ini kan gue,"

"Ada masalah apa sih kok, sampai Dewa keluar."

Bisik-bisik dari para siswa-siswi membuat Altariz berteriak kencang. "BUBAR!!" Lalu merela pergi tak ingin melihat kemarahan seorang Altariz. Ara tetap berdiam diri walaupun Aca dan Eca pergi.

"Sayang, ayo ke uks lukanya di obatin dulu," ucap Ara sembari menyeret Altariz.

Setelah sampai uks, tidak ada yang memulai pembicaraan hanya keheningan yang melanda mereka.

"Maaf," ucap Altariz membuat Ara bingung.

"Untuk apa? Al nggk ada salah kok minta maaf,"

"..."

Altariz langsung memeluk Ara, "I love you more," membuat Ara tersenyum dan membalas pelukan Altariz dengan erat.

"Too,"

••••

"Dia anakku! Jika kalian tidak memberikannya saya tidak segan-segan membunuh putri kembarmu," ucap Agra membuat Anton dan istrinya diam, sekarang rumah Anton telah di datangi oleh tamu yang sangat ia benci.

"Apa kamu pecus mengurus Ara? Apa kamu lupa apa yang telah kamu lakukan di masa lalu?!" Teriak Anton

"Sabar, Mas." Ucap istrinya.

"Saya tidak peduli. Saya hanya ingin putri saya." Ucap Agra sembari mengeluarkan cek. "Berapa pun uang yang kalian mau saya akan berikan," lanjutnya

"KETERLALUAN KAMU! DIA BUKAN BARANG, YANG SEENAKNYA BISA KAMU TUKAR DENGAN UANG."

Teriakan dari mantan istrinya membuat Agra murka. Dia mengeluarkan pistol di balik jasnya, menodongkan ke mereka.

"Kamu mau bunuh aku silahkan. Tapi satu hal yang harus kamu tau, di pintu ada Ara yang bisa melihat semua kejadian. Apa kamu mau Ara semakin membenci kamu." Anton langsung menoleh ke belakang, iya benar putrinya berdiri di depan pintu dengan seragam yang masih melekat.

Ara berjalan menghampiri kedua orang tuanya, langsung memeluk papanya. Agra iri melihat apa yang dilakukan putri kandungnya kepada Anton, ayah sambung.

"Ara benci sama, Om! Sampai kapan pun Papa Ara cuma satu. Kalau Om mau bunuh Mama dan Papa, bunuh Ara juga." Ucap Ara membuat kaget mereka.

Deg

Mendengar perkataan dari putrinya membuat hatinya sakit.

"Ayo kita pergi," ucap Agra langsung pergi diikuti anak buahnya.

"Ara sekarang ke kamar ganti baju ya, Mama dan Papa mau berbicara berdua dulu." Ara mengangguk lalu pergi.

Saat Ara sudah pergi Anton mengeluarkan sebuah handphone, dan melihatkan sebuah video untuk bukti bahwa Agra adalah bandar narkoba.

"Aku harus ngumpulin bukti-bukti dulu, karena aku tau kalau Agra punya uang dan kuasa. Aku yakin pasti ada anak buah Agra yang sedang memata-mata kita, jadi aku pesan sama kamu tolong jaga anak-anak. Mungkin aku akan menambah penjaga di rumah ini buat keamanan." Ucap Anton

"Kapan selesai masalah ini, Mas? Aku pengen hidup kita tenang,"

"Sebentar lagi, kita harus sabar."

"Tetap semangat walaupun banyak cobaan hidup,"

-author-

Hello guys
Jangan lupa vote, comment and share guys!!

Komen sebanyak-banyaknya nanti dapat cowo kayak gua, muach.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALTARIZ ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang