part 34

8K 471 56
                                    

Jangan lupa follow Author💕
(Males revisi)

Happy Reading
—o0o—

Suasana hening yang begitu ia rasakan, mengendarai mobil sembari sesekali melihat perempuan disampingnya yang tidur begitu lelap. Setelah mengatakan alamat dimana rumahnya ia langsung tidur. Sebelum Ara mengatakan Altariz sudah tau dimana ia tinggal.

Menepikan mobilnya sebentar ke pinggir jalan, mengelus puncak kepala Ara dengan pelan. Lalu menyelipkan rambut Ara kebelakang telinga.

"Apa gue udah mulai suka sama dia."

Hingga tangannya mengarah ke pipi Ara, mengelus dengan pelan menggunakan jarinya. Terlihat jelas wajah yang begitu cantik, tidak ada jerawat diwajahnya ataupun bekas jerawat. Melepaskan seatbelt lalu memajukan badannya untuk lebih dekat dengan wajah Ara.

Cup

Mencium sekilas puncak hidung Ara turun kebawah ke bibir Ara.

Cup

Tak disangka ciuman Altariz ke bibir Ara membuat terbangun. Seperti seorang putri yang tertidur begitu panjang dan bisa terbangun dengan sebuah ciuman dari pangeran.

Jarak yang begitu dekat membuat mereka saling berpandangan satu sama lain.

"Al cium Ara?" Bukannya menjawab ucapan Ara, Altariz justru semakin mendekatkan wajahnya melumat bibir Ara dengan pelan seolah takut rusak. Sedangkan, Ara hanya diam mematung tidak tau apa yang harus ia lakukan.

Merasa kehabisan nafas Altariz melepas sebentar untuk Ara bisa menghirup oksigen. Bukannya berhenti ia malah melanjutkan aksinya, beralih pada leher Ara menjilatnya berulang kali.

"Iiih.. Risi.. Al ngapain di leher Ara?" Ucap Ara tergelitik.

"Jangan gitu.. Bukan permen Al." Lanjut Ara tertawa sedikit–sedikit.

Ia ingin menggigitnya meninggalkan bekas tapi ia urungkan. Memundurkan badannya kembali duduk semula.

"Kok Ara merinding. Bismillahirrohmanirrohim! Allohu laa ilaaha illaa Huwal Hayyul Qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa nauum, la Huu maa fis samawaati wa maa fil ardh, mann dzalladzii yasyfa’u ‘inda Huu, illa bi idznih, ya’lamu maa bayna aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiituuna bisyayim min ‘ilmi Hii illaa bi maa syaa’, wa si’a kursiyyuus samaawaati walardh, wa laa yauudlu Huu hifdzuhumaa, wa Huwal ‘aliyyul ‘adziiim." Ucap Ara mengangkat tangannya menempelkan pada puncak kepala Altariz, membuat Altariz tercengang. Bingung dengan apa yang dilakukan Ara.

"Setan keluar dari tubuh Al," lanjut Ara.

"Gue nggk kesurupan. Lo ngapain tadi? Baca mantra segala lagi." Ucap Altariz sembari menurunkan tangan Ara.

"Hah! Astaga Al ini bukan mantra, Ara tadi baca ayat kursi buat ngusir setan dari tubuh Al. Habisnya Ara tadi merinding sampai perut Ara kayak digelitik,"

"Lo hidup dijaman apa sih? Kayak orang baru keluar dari goa tau nggk lo." Ucap Altariz datar.

"Ara bukan manusia purba."

"Tapi pemikiran lo primitif banget tau nggk."

"Nggk, Ara pintar kok ikut olimpiade MTK waktu SD terus SMP ikut Olimpiade IPA, SMA dua tahun di Amerika—,"

"Stop! Gue nggk butuh ocehan lo, mending diam aja lo deh." Kesal Altariz membuat Ara diam lalu menundukkan kepalanya. Rasa takut menyelimuti dirinya.

"Maaf," ucap Ara bergetar dengan kepala tertunduk.

"Lo nangis?" Menggelengkan kepalanya. Membuat Altariz menghela nafas. Mengangkat dagu Ara.

ALTARIZ ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang