Pada akhirnya hari itu tiba,
Hari dimana Jidan mengikrarkan janji suci bersamaku."Ra, apa kamu yakin dengan pernikahan ini?" tanya Mama
"Kalau kamu ragu lebih baik kamu mundur, Nak. Kamu bisa kabur dan Mama akan bantuin kamu" sambung Mama.
Aku bisa saja menolak pernikahan ini. Tapi kepada siapa aku mengadu? Aku tidak mungkin mengadu pada Reta. Reta sudah banyak ku repotkan. Lalu dengan Jidan? Dia juga membutuhkan aku untuk menolong mamanya, sebab Dinda tidak bisa mengatasi masalahnya.
"Ma, Jidan itu orangnya baik. Mama percaya sama Rara. Tampangnya saja yang nakal, tapi anaknya sangat baik. Super duper buuuuaaaaik"
"Ra, ayo berangkat" sahut Papa dari pintu kamarku.
💝💝💝
"Sayang, Papa pulang dulu ya. Semua barang kamu sudah diangkut Jidan ke mobilnya" ujar Papa
"Pa, papa tepati janji papa ke Rara. Papa nggak boleh berantem sama Mama dan Papa harus berhenti ikut judi online. Rara mau papa Rara yang dulu" tuturku
"Papa janji"
Mama memelukku erat. Air matanya tumpah sejak akad tadi.
"Pa, ini titipan papa aku tadi sebelum beliau pergi. Jumlahnya sesuai dengan yang Papa minta" Jidan menyerahkan sebuah koper hitam pada Papa
"Makasih ya"
💝💝💝
Setelah acara akad selesai. Jidan memintaku segera ganti baju. Akupun menurutinya.
Jidan masih fokus mengemudi.
"Jidan, maaf aku cuma mau tanya. Kenapa Mama kamu nggak dirawat saja? Supaya mendapatkan perawatan yang tepat"
Spontan Jidan menginjak rem.
"Lo belum ada duapuluh empat jam jadi istri gue udah berani bilang gitu ke gue?? Lo keberatan ngurus nyokap gue?? Ehh lo pikir uang yang dibawa bokap lo ratusan ribu?! Milyaran Ra! Uang segitu nyarinya susah. Kalau lo keberatan ngomong aja gampang. Gue akan laporin bokap lo ke polisi atas tindakan penipuan"
"Bukan gitu maksud aku. Kita obati Mama kamu dengan pengobatan yang tepat"
"LO MAU BAWA NYOKAP GUE KE RUMAH SAKIT JIWA?! MAKSUD LO NYOKAP GUE GILA??!"
"NYOKAP GUE NGGAK GILA RA?! BOKAP GUE YANG GILA. DIA MAIN GILA DENGAN PEREMPUAN LAIN RA!! BOKAP GUE YANG GILA!!!"
Tanpa Jidan sadari tangannya telah berada di leherku.
"Jidan" tuturku pelan
Napas Jidan terengah - engah. Keringatnya bercucuran. Perlahan tangannya terlepas dari leherku.
"Jangan buat gue emosi Ra. Gue bisa saja bunuh lo" Jidan kembali melajukan mobilnya.
Aku tahu Jidan sulit mengendalikan emosinya. Pikiran Jidan banyak, ia tak punya tempat untuk berbagi. Semuanya ia pendam sendiri. Wajar saja jika Jidan sangat emosional.
Mobil Jidan berhenti di depan rumah. Jidan bilang ini rumah yang dibelinya sendiri dari hasil tabungannya.
"Bawa semua barang di bagasi ke kamar. Kamar gue paling atas sebelah kanan. Kamar lo sebelahan sama gue diatas" tutur Jidan yang kemudian pergi berlalu begitu saja masuk ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wedding
Short Story"Gue minta sama lo jangan sampai anak - anak di kampus tahu kalau kita udah nikah! Jadi, gue mau kita rahasiakan ini untuk selama - lamanya" "Kenapa harus selama - lamanya?" "Gue suami lo jadi lo harus nurut apa kata gue! Lo paham bukan tugas dan ke...