Terimakasih

51 4 0
                                    

Aku terkejut saat bangun dari tidurku. Bagaimana bisa aku sudah berada di kamarku?

Seingatku, semalam aku masih di dapur bersama Jidan. Apa dia yang membawaku ke kamar?

Astaga! Sudah jam tujuh lebih. Aku belum masak dan belum membersihkan rumah. Pasti nanti Jidan akan marah besar karena aku telat membuatkan sarapan untuknya.

Dengan panik aku bergegas turun ke dapur.

"Hey sayang, baru bangun?" sapa Mama yang sedang mengambilkan anaknya nasi.

Aku terdiam sejenak. Memastikan bahwa aku benar-benar bangun dari tidurku.

Benarkah pemandangan yang aku lihat pagi ini adalah nyata???

"Auw" rintihku saat Jidan tiba - tiba berdiri didekat ku dan mencubit pinggangku.

"Ngapain bengong?! Buruan duduk!!!" Bisik Jidan

"Makasih ya Ra,kamu anak baik. Jidan beruntung sekali punya istri sebaik kamu. Mama juga berterimakasih sama Jidan, karena Jidan nggak salah ngasih mantu buat Mama. Udah anaknya cantik, baik, telaten lagi ngerawat Mama" tutur Mama.

"Ma, Raranya jangan dipuji terus dong. Besar kepala nanti" balas Jidan

Kami bertiga sarapan bersama.

"Mama jago masak ya, rasanya enak. Rara mau belajar masak sama Mama" tuturku

"Enakan masakan kamu Ra. Kamu lebih jago dari Mama. Kalau nggak percaya coba tanya Jidan" sanggah Mama

"Masakan Mama sama masakan Rara paling enak seduania" sahut Jidan

"Mama jangan sedih lagi ya, sekarang udah ada Jidan sama Rara yang bakal temani Mama" sambung Jidan

"Rara mau mandi dulu ya Ma, sekalian mau persiapan"

"Sayang tunggu!"

Aku menyengitkan dahi mendengar perkataan Jidan barusan.

"Lo nggak usah heran kayak gitu. Kita harus pura - pura jadi suami istri beneran di depan Mama"

Aku hanya bisa terdiam menanggapi penuturan Jidan.

Suami istri beneran katanya. Bukankah selama ini aku sudah menjalankan tugasku sebagai istri terhadap Jidan tanpa harus bersandiwara?

BRAK

Suara pintu kamarku dibuka oleh Jidan.

"Jidan bisa nggak masuk kamar aku baik - baik?"

"Buruan bantuin gue pindahan"pintanya

"Pindahan kemana?" tanyaku

"Ya dari kamar Gue ke kamar Lo"

"Maksud kamu kita satu kamar?!"

"Yaiyalah cupu! Mama udah sembuh, siapa tahu nanti dia naik keatas saat kita sedang diluar. Terus apa yang Mama akan pikirkan kalau dia tahu kita nggak sekamar?!"

Jidan menarik tanganku kasar.

"Ayo cepetan! Telmi banget sih Lo?! Gue juga nggak bakal ngapa ngapain Lo. Tenang aja kali"

Setelah semua barang Jidan masuk di kamarku. Jidan menutup pintu kamarku dengan segera.

"Lo rapiin ya. Gue mau Vidcall dulu sama Dinda" pinta Jidan yang langsung merebahkan dirinya di ranjangku.

"Jangan disitu, aku mau beresin kamar. Nanti kalau aku lalu lalang, Dinda tahu gimana? Lebih baik di teras balkon aja" ungkapku

"Pinter juga Lo"

Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang