Aku Ragu

69 5 0
                                    

Energiku seperti terkuras habis. Tak ada semangat yang tersisa untuk hari ini. Tepatnya, sehari setelah pertemuan dengan keluarga Jidan. Di kampus Jidan tidak bisa akur denganku, lalu bagaimana nanti?

Aku sadar bahwa Jidan tidak mencintaiku. Begitupun denganku. Rencana menikah itu ada, tapi tidak dalam waktu dekat. Untuk sekarang aku hanya ingin fokus untuk segera menyelesaikan kuliahku. Sedangkan Jidan, ia bahkan belum bekerja. Malahan hanya bisa foya - foya dan bermalas - malasan.




Dulu aku memgimpikan sosok imam yang bisa bertanggung jawab atas aku & anak - anakku nantinya. Sosok yang bisa diandalkan untuk menjadi kepala keluarga. Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidupku. Tapi... Apa takdir berkehendak lain?


PUG !

Aku meringis kesakitan saat punggungku dihantam benda keras dari belakang.


"Ehh lemes banget lo" ledek Jidan sambil menenteng tumpukan buku ditangannya.


"Aku ragu dijodohkan sama kamu, apalagi sampai nikah sama kamu"

Jidan memegang pundakku dan mencengkeramnya dengan kuat.

"Apapun alasan lo gue nggak akan terima. Mau bagaimanapun keadaannya pernikahan kita harus terjadi"

"Buat apa kita menikah kalau tidak saling cinta?" tanyaku


"Buat selamatin nyokap gue"


"Maksud kamu?"


Jidan menarik tanganku dengan kasar dan mengajakku pergi ke arah parkiran.

"Masuk!"

"Nggak! Kamu mau ngapain?" tanyaku

Jidan membuka pintu mobilnya dan mendorong ku masuk dengan kasar.





Apa aku mampu menghadapi perlakuan Jidan yang kasar?



"Kamu nggak perlu kasar sama aku, aku bisa masuk sendiri. Kamu tinggal ngomong baik - baik nggak perlu otot leher kamu keluar" tegurku



"BISA DIEM NGGAK?! GUE MAU CERITA" bentak Jidan



Entah apa yang aku rasakan. Aku baru kali ini melihat Jidan se emosional itu. Sudah berapa lembar tisu digunakannya untuk menghapus air matanya yang keluar dari sudut matanya. Masalah yang dihadapi Jidan lebih rumit dari masalah ku. Bahkan Jidan mengetahui apa yang menjadi masalah ku.


"Besok kita nikah. Gue akan siapin semuanya. Gue sama lo sama - sama terjebak, nggak ada pilihan lain selain kita nikah. Lo ngerti kan?!" ujar Jidan


"Kenapa harus secepat ini?" tanyaku

"KENAPA LO HARUS BANYAK TANYA SIH RA?! LO NGERTI NGGAK SITUASI YANG KITA HADAPI?!"

"Aku masih ingin kuliah, aku juga ingin berkarir. Buat aku menikah itu bukan suatu hal yang bisa dimainkan Jidan. Nikah itu sakral dan aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup aku, dengan sosok lelaki yang benar - benar mencintai aku. Ini bukan semata - mata karena uang dan kamu butuh aku"


"Siapa yang larang lo kuliah? Lo masih bisa kuliah, gue juga tetep kuliah. Lo mau kerja juga silahkan. Setelah nikah lo urus hidup lo sendiri, gue nggak bakal ngatur sedikitpun. Begitupun dengan gue"

"Apa lo hanya mau di nikahin Lian? Kakak tingkat yang nggak lulus lulus itu hah?" sambung Jidan



Jidan meletakkan semua buku yang dibawanya di pangkuanku.

Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang