Kepada siapa Aku percaya?

22 1 0
                                    

Entah sudah berapa kali ponsel yang diberikan Jidan bergetar didalam tasku.

Seseorang menarik tanganku dari arah belakang.



"Ra, kamu kenapa?" tanya Jidan dengan ponsel yang masih ada di tangannya



"Nggak papa, aku cuma capek aja"


"Kenapa Ra? Cerita sama aku"


"Aku nggak papa. Ini kampus aku nggak mau bawa masalah pribadi kesini. Lepasin aku!" tegurku


"Cerita dulu sama aku Ra, aku ada salah sama kamu?"


Jidan masih kekeh tidak mau melepaskan tanganku, hingga terjadi perkelahian kecil antara kami.



"Lepasin nggak?!"

"Nggak! Kita bukan ABG puber lagi Ra. Kita udah nikah udah punya anak, apapun masalahnya kita selesaikan bersama nggak gini caranya" tutur Jidan


Kak Lian datang menangkis kasar tangan Jidan, tanganku saja terasa sakit ketika kena hantaman tangan Kak Lian.


"Jangan gitu bro ini kampus! Masalah rumah tangga jangan dibawa kesini. Mungkin Rara capek, kasian juga dia jagain Papanya yang sakit" ujar Kak Lian



"Kak Lian tahu darimana kalau Papaku sakit?" tanyaku


"Kemarin aku lihat kamu masuk kamar ranap kebetulan aku lagi ngantar ponakanku sunat. Nanti siang mau jengguk Papa kamu sama Reta juga"



"Makasih ya kak, tapi lebih baik jangan dulu. Soalnya Papa nggak mau diganggu katanya"


"Ohh gitu ya. Yauda nanti aku bilangin ke Reta"



Tanpa basa basi Jidan langsung menarikku menjauh dari Kak Lian.





"Jidan apaan sih kamu!" tegurku



"Aku masih suami kamu Ra, kamu harusnya menghargai aku. Apa pantas kamu-----"


"Jidan stop! Jangan larang aku dan jangan atur aku lagi! Aku kecewa sama kamu"


"Kecewa kenapa? Aku nggak tahu akar masalahnya kalau kamu diam Ra"


"Sebelum kamu tiduri aku dengan keadaan mabok kamu lebih dulu tidur sama Dinda kan?"


Jidan mengerutkan dahinya. Raut wajahnya nampak heran. Mungkin ia bingung aku tahu darimana.


"Bohong kamu sama aku. Bangkai yang kamu tutupin dari aku sekarang udah tercium baunya. Aku kecewa sama kamu"

Ku tinggalkan Jidan yang masih diam mematung. Perasaan benci terhadapnya mulai muncul kembali dalam diriku bahkan. Aku jijik dengan badanku sendiri. Aku bisa menerima masa lalu Jidan tapi kalau sudah melewati batasan aku nggak bisa. Serendah itukah Jidan memandang wanita?



Selesai mata kuliah hari ini aku menyempatkan diri ke Fakultas Teknik. Syukurlah tidak ada tanda - tanda Jidan di basecamp.


"Rara, Lo ngapain kesini? Jidan mana?" tanya Aryo



"Mau main aja sama kalian"

"Main? Main apaan Ra? Udah sana pulang nanti dicariin Jidan" sahut lelaki disebelah Aryo


Aryo mendekat ke arahku.

"Ikut gue Ra"


Aryo membawaku keluar basecamp. Kami duduk berdua di gazebo.


Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang