Dua Sisi

30 2 0
                                    

Sepulang kerja aku dikejutkan dengan ulah Jidan. Tidak buruk. Hal yang sama sekali tidak pernah ku bayangkan terjadi. Aku disambut dengan hangat oleh Jidan. Ia menarikku untuk duduk di kursi meja makan yang tak semewah di rumahnya.

"Cobain Ra, aku sendiri yang masak bermodal lihat YouTube" pintanya

Mataku tertuju pada tumpukan perabot kotor di ujung dapur.

"Kamu nggak lagi merencanakan sesuatu kan?" tanyaku curiga

Karena jujur aku selalu waspada kala Jidan berbuat baik padaku, pasti ada maksud lain dibalik sikapnya yang baik.

Jidan terdiam, ia tak menjawab pertanyaanku.


"Makasih ya udah repot repot masak. Lain kali kamu nggak perlu seperti ini" sambungku



Saat kami akan makan terdengar seseorang mengetuk pintu. Aku terkejut kala membuka pintu, terdapat Pak RT dan beberapa ibu - ibu.

Aku lupa belum lapor soal keberadaan Jidan. Akupun kembali masuk kedalam untuk meminta Jidan bertemu dengan mereka dan menyerahkan fotocopy buku nikah serta KTP Jidan.


"Emang wajah aku kriminal? Pantesan ibu ibu tadi celingak celinguk mulu di depan rumah" keluh Jidan

Aku kembali duduk di meja makan untuk melanjutkan makanku.



"Kok kamu diam aja dari tadi? Aku ajak kamu ngobrol loh Ra. Aku tinggalin Mama aku dirumah buat jagain kamu disini Loh" ungkap Jidan



Dadaku sakit mendengar ucapan yang keluar dari mulut Jidan.


"Aku nggak minta kamu buat tinggal disini. Bukannya kamu sendiri yang kekeh mau temenin aku? Aku juga nggak minta kamu buat tanggung jawab atas diriku dan anak yang aku kandung"

Jidan mengebrak meja.

"Kamu berani sama aku? Aku suami kamu!"


"Status kamu memang suami aku, tapi aku tidak menemukan tanggung jawab dan kewajiban kamu atas aku"


Terdengar lagi suara ketukan pintu dari depan.

Kali ini Jidan yang keluar. Aku kembali duduk untuk menenangkan diriku.

Jidan kembali datang dan menarik tanganku. Mukanya memerah, aku bisa melihat luapan emosinya dari sorot matanya.


"Ngapain Nanda kesini?!"

"Aku nggak tahu"

Jidan melepaskan cengkeramannya dan membiarkan ku menemui Mas Nanda, Kakak dari Aryo teman Jidan.



"Hai Ra, maaf ya aku ganggu kamu. Aku kesini cuma mau ngasih ini aja kok" Mas Nanda mengulurkan goodie bag padaku


"Mas makasih udah baik banget sama aku. Tapi jangan terus - terusan gini, aku bingung balas budinya gimana"


"Jangan hiperbola. Salam buat suami kamu ya. Kalau gitu aku pulang dulu"


"Hati - hati ya Mas. Terimakasih makanannya"


Begitu aku menutup pintu, Jidan langsung merebut goodie bag dari tanganku dan membuangnya ke tempat sampah.


"Kamu kenapa sih?" tanyaku


"KAMU TANYA AKU KENAPA? AKU MARAH! KAMU NGAPAIN DEKET SAMA NANDA!! KAMU UDAH BERSUAMI RA!"


"Apa aku marah tiap kamu dekat dengan Dinda? Apa aku marah tiap Dinda pegang kamu?"


Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang