Kamu bercanda?

54 5 0
                                    

Jidan tengah bersiap untuk pergi main bersama teman - temannya.

"Obatnya udah Lo minum?" tanya Jidan sambil menyisir rambutnya di depan cermin

"Belum, semalam aku lupa"

"Awas aja nanti kalau ngerenggek kesakitan. Gue nggak mau ya tiap bulannya Lo repotin mulu karena Lo lagi menstruasi. Lebay banget!"

"Kalau aku lebay, ngapain aku sampai kompres - kompresin perut aku? Kamu nggak tahu rasanya tapi kamu bilang aku lebay? Aku kuat Jidan. Aku yang kesakitan tiap bulan karena menstruasi aja masih bisa kamu sakiti. Sedangkan kamu kemarin demam aja cuma tiduran mulu di kasur"

"Lo ya Ra, nggak ada terimakasihnya dikit aja sama Gue. Gue bela - belain turun ke dapur dalam keadaan ngantuk buat masak air hangat untuk kompres perut Lo. Gue belain hujan - hujanan buat beliin Lo obat tapi nggak Lo minum. Gue udah nolong Lo banyak banget, tapi sayangnya kebaikan Gue nggak terlihat dimata Lo. Udahlah Gue cabut dulu! Males debat sama Lo!"

Jidan pun pergi.

Tak lama Jidan keluar dari kamar notifikasi pop up muncul di layar ponselku.

Jidan
Lo nggak usah keluar rumah. Kalau butuh apapun nitip aja sama Gue. Gue nggak mau Lo ditemuin orang lain pingsan di jalanan. Gue yang repot nanti

Sekedar ku buka dan ku baca.

Hari ini aku ada janji akan bertemu dengan Mama.

Akupun bersiap untuk pergi ke rumah Papa.



Sesampainya di rumah, ternyata Papa tidak ada di rumah padahal ini hari Minggu. Hari yang seharusnya Papa ada buat menemani Mama.

Sebulan yang lalu, Mama sempat khawatir akan keadanku. Namun sekarang Mama lebih sedikit tenang sebab sudah bertemu langsung dengan Mamanya Jidan. Mama ingin meyakinkan dirinya bahwa Mamanya Jidan sudah baik - baik saja dan bahkan jauh dari persepsi Mama sebelumnya. Tetapi, tetap saja Mama masih belum percaya dengan Jidan. Mama belum yakin bahwa Jidan mampu menjadi suami terbaik buat anak semata wayangnya.

Dan hal itu memang benar adanya. Jidan belum bisa menjalankan perannya sebagai suami.

"Hey sayang, udah lama disini?" tanya Papa

"Ma, hasil mancing Papa. Dimasak bumbu asam manis aja ya Ma" pinta papa

"Pa, inikan hari Minggu. Papa kok ngadain acara sendiri? Papa harusnya Qualty Time sama Mama" tegurku

"Papa udah ajak Mama tadi. Mamanya aja yang nggak mau"

"Jidan mana Ra? Kok kamu sendirian?" sambung Papa

"Jidan ada janji sama temen - temennya Pa"

"Papa mandi dulu ya"

Mama beranjak dari duduknya sambil membawa ikan hasil pancingan Papa.

"Ra kenapa?" tanya Mama begitu melihatku mual

"Amis baunya Ma"

"Emang ikan itu amis Ra. Aneh kamu kayak baru ketemu sama ikan"

Mama menatapku.

"Jawab jujur pertanyaan Mama. Kamu pernah tidur sama Jidan?"

Aku terkejut atas pertanyaan Mama. Kenapa tiba - tiba mama tanya seperti itu padaku?

"Jawab Nak!"

Akupun menceritakan yang sebenarnya terjadi pada Mama. Bahwa aku dan Jidan memang sudah lama tidur satu kamar tapi kami tidur terpisah. Namun, saat kondisi Jidan mabuk berat itu ia tidak sengaja dan bahkan tidak sadar melakukannya.

Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang