GILA

94 7 0
                                    

Hampir tiga jam lamanya kami berkutat di depan layar laptop. Sebentar lagi tugas kami akan selesai, jadi kami berniat untuk menyelesaikannya sekarang juga.

"Hufff.... Akhirnya selesai juga. Makasih ya Ra udah pinjemin buku sekalian ngajarin aku" ujar Reta

"Sama - sama ta, kayak sama siapa aja"

"Ra, laper nih. Aku pesenin makanan mau?" tanya Reta

"Aku masakin buat kamu mau?" tanyaku balik

"Mau banget. Aaa makasih Rara sayang"

Daripada Reta menggunakan uangnya untuk pesan makanan online. Belum lagi biaya ongkirnya, lebih baik ku manfaatkan bahan di kulkas untuk membuatkannya makanan.


"Ra, pinjam charger ya" teriak Reta dari ruang tengah

"Iya" jawabku

Tak lama kemudian, Reta berlari ke dapur.

"Ra, sapu mana sapu" tanya Reta panik

"Buat apa?" tanyaku

"Ransel kamu ada ularnya Ra"


"Ular?" tanyaku


Aku dibuat Reta penasaran. Bagaimana bisa di ranselku ada ularnya? Akupun mengajak Reta kembali ke ruang tengah.

"Dimana, Ta?" tanyaku

Reta menarik - narik tanganku. Supaya aku tidak mendekat ke arah meja dimana tasku berada.

"Tadi aku reflek buangnya, ke bawahnya aquarium"

Aku mendekat ke arah aquarium.

"Ta, sini deh"

Reta mendekat ke arahku. Tepat di belakangku.

"Ini ular mainan" aku mengangkatnya dengan tangan kosong

"Pasti ini kerjaan Jidan. Kamu kenapa sih Ra ninggalin barang kamu sembarangan. Untung yang dimasukin ular mainan, coba kalau ular beneran. Pasti kamu di NGAP!" gerutu Reta

"Reta cantik, Jidan nggak bakal masukin ular beneran ke ransel aku. Dia nggak mungkin berani"

"Ra, jangan lupa ya kalau Jidan pernah ngunciin kamu di kamar mandi. Dia cowok nekad, ngeselin, sok bossy lagi di kampus. Kak Lian aja dilawan. Apalagi kamu yang kalau dilawan nggak ada perlawanan sama sekali. Gemes aku sama kamu, Ra"

Terdengar keributan dari arah ruang tamu. Seperti suara Mama dan Papa.


"Pa - Ma, ada apa sih? Disini ada Reta, jangan ribut gitu" tegurku


"Ini Papa kamu ada - ada saja kelakuannya. Masa kamu mau dinikahin sama anak koleganya. Mama nggak setuju, Mama maunya kamu nikah sama lelaki pilihan kamu sendiri. Bukan pilihan Papa kamu" keluh Mama

"Ra, aku pulang dulu ya" pamit Reta

Reta takut dengan Papa. Papa orangnya tegas dan keras. Tak heran jika semua temanku yang main ke rumah akan segera pamit pulang begitu melihat papaku.


"Ra, kamu harus bantu Papa. Kamu satu - satunya harapan Papa sekarang. Papa nggak mau jatuh miskin lagi. Nanti kalau perusahaan Papa sudah stabil, kamu bisa minta cerai"

"Pa! Papa mau anak semata wayang kita jadi janda di usianya yang masih muda?! Papa mau anak kita menikah tanpa cinta?! Kenapa sih yang ada dipikiran Papa hanya uang, uang, dan uang?!" sahut Mama

Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang