Tujuh bulan telah berlalu. Sama sekali Mama tidak menghubungiku. Aku ingin ke rumah Mama tapi Jidan dan Papanya melarang ku kesana. Mereka bilang Mamaku butuh waktu untuk bisa menerima Jidan dan anaknya.
Setelah aku keluar dari rumah sakit. Papanya Jidan memboyongku, Jidan, dan juga Mamanya untuk tinggal di rumah lama mereka. Jidan dan Papanya juga lebih protektif padaku. Aku sama sekali tidak diijinkan keluar rumah sendiri, bahkan hanya sekedar beli roti di warung sebelah aku harus ditemani Jidan.
Poin plusnya, Jidan bisa merasakan kembali kebahagiaan dari keutuhan keluarganya. Kedua orangtua Jidan memang belum bercerai, Jidan sendiri yang menjauhkan Mamanya dari Papanya demi kesehatan mental Mama.
Jidan datang dengan membawa piring berisikan camilan buatan Mama.
"Makan Ra" tuturnya
Ku tutup laptopku. Jidan sedang menikmati makanannya.
"Besok aku kuliah offline"
Jidan berhenti mengunyah, ia memutar badan menghadapku.
"Boleh, tapi janji sama aku. Apapun yang kamu dengar nanti jangan sampai terpancing emosi"
Aku mengangguk paham.
"Raa, cobain deh" teriak Mama antusias
Beliau menyodorkan pisang coklat dengan topping keju diatasnya. Jujur, selama pindah ke rumah lama Mama jadi suka bereksperimen di dapur. Mama jadi lebih produktif di bandingkan sebelumnya yang banyak merenung di kamar. Papanya Jidan juga selalu pulang lebih awal bahkan tidak pernah absen untuk makan malam bersama. Begitupun dengan Jidan, ia lebih kalem dari sebelumnya.
"Makasih ya Ma"
"Ma, Jidan berangkat dulu ya" pamit Jidan
Baru kali ini aku salut dengan Jidan. Dan untuk pertama kalinya aku tersenyum bangga padanya.
Jidan menjual motor kesayangannya untuk menyewa ruko dan dijadikannya bengkel motor. Walaupun sederhana dan seadanya namun customernya lumayan banyak. Padahal baru hitungan bulan Jidan membuka bengkel motornya. Dari awal memang Jidan ingin mengambil jurusan teknik mesin namun Papanya yang menjerumuskan ke Manajemen. Maka dari itu Jidan memberontak kepada Papanya. Mamanya disakiti mentalnya, Jidan dikubur impiannya.
Ternyata Jidan punya segudang masalah daripada aku. Jidan punya sakit hati yang luar biasa pada Dinda. Jidan punya banyak luka namun ia tidak pernah mengeluh pada siapapun. Jidan tidak punya tempat untuk pulang dan bercerita.
"Ma, Rara ke tempat Jidan ya"
"Mama temenin ya, tunggu Mama selesai cuci perabot dulu"
"Rara sendiri aja Ma. Lagipula dekat kok nggak jauh. Boleh ya Ma" bujukku
"Kenapa tadi nggak ikut Jidan sekalian?" dumel Mama
"Boleh ya Ma"
"Hati - hati jalannya"
Aku berjalan keluar komplek untuk sampai ke bengkel Jidan yang terletak di pintu masuk gang perumahan.
Sesampainya di depan bengkel ternyata Jidan memberiku kejutan.
"Rara, Lo udah balik dari Kalimantan?" tanya Dinda
"Udah"
"Lo mau kemana? Suami Lo mana? Lo tinggal di dekat sini?" cecar Dinda
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wedding
Cerita Pendek"Gue minta sama lo jangan sampai anak - anak di kampus tahu kalau kita udah nikah! Jadi, gue mau kita rahasiakan ini untuk selama - lamanya" "Kenapa harus selama - lamanya?" "Gue suami lo jadi lo harus nurut apa kata gue! Lo paham bukan tugas dan ke...