Sinar matahari mulai masuk kamarku. Rasa nyeri di sekujur tubuhku masih terasa. Mataku mengedar ke segala arah. Aneh. Tidak terlihat berantakan seperti semalam.
Perlahan, aku turun dari ranjang. Terlihat di meja belajarku ada sebuah kotak yang bukan punyaku.
Ternyata setelah ku dekati, diatasnya ada secarik kertas yang ditulis oleh Jidan.
Sorry ponsel Lo semalam Gue banting. Gue ganti dengan yang lebih bagus dari sebelumnya.
Aku berjalan ke arah cermin. Luka lebam ku hanya di sudut bibir. Itu bisa aku tutupi dengan masker. Akupun segera bersiap ke kampus.
Aku ketinggalan satu matkul. Sebab aku terlalu lama merenung di kamar mandi. Ada yang hilang dari diriku. Tapi aku nggak tahu apa itu. Apa mungkin cuma perasaanku saja?
"Ra, kok kamu berangkat kuliah? Jidan bilang kamu sedang sakit" tanya Mama yang masih berkutat di dapur
"Rara cuma flu aja Ma. Mungkin karena cuaca. Rara sehat kok Ma" jawabku
"Mama buatin bubur buat kamu, tunggu matang dulu ya. Nanti Mama bekalin buat kamu"
"Makasih ya Ma. Kalau begitu Rara bilang dulu sama ojol di depan buat nunggu sebentar"
Sesampainya aku di kampus, segera ku menuju kelas karena sepuluh menit lagi kelas akan dimulai. Semua bangku telah terisi hanya menyisakan satu bangku di sebelah Jidan dan posisinya paling belakang.
Aku kaget saat Kak Lian tiba - tiba menahan langkah kakiku dengan memegang tanganku. Sontak semua pasang mata tertuju padaku.
"Kamu kenapa Ra? Kok takut gitu aku pegang"
"Nggak a--aku cuma kaget"
Saat aku duduk disebelah Jidan, ia juga tak melihatku sama sekali.
Dosen masuk kelas dan membuka mata kuliah siang ini.
"Arumi Dian Lara hadir?" tanya Pak Amri
"Saya pak" aku mengacungkan tangan
"Saya dapat pesan dari Pak Dekan, selesai mata kuliah saya kamu diminta menemui beliau"
"Baik Pak, terimakasih informasinya"
Selepas menemui Dekan, aku bergegas pulang. Dalam perjalanan pulang, Dinda menghadangku.
"Lo udah ngadu ya sama Jidan soal Gue?" tanya Dinda sambil mencengkram lengan kiriku
"Aku nggak mau ribut sama kamu, Din. Urusan kamu sama Jidan, aku nggak mau ikut campur" tegasku
"Gue tahu, Lo sebenarnya nggak sakit! Tadi waktu di toilet Gue lihat bibir Lo lebam dan di leher Lo yang Lo tutupi dengan syal itu"
Dinda menunjukkan layar ponselnya.
"Gue sempat vidioin diri Lo tadi. Dan Gue akan sebar ke grub kelas. Kalau Rara yang terkenal lugu, polos, dan Good Attitude ternyata nggak sebaik yang dipikirkan. Gue tahu Ra apa yang terjadi sama Lo" sambung Dinda
"Gue kirim sekarang juga ya" ancam Dinda
"Apa yang bisa aku lakuin buat kamu? Tapi aku mohon jangan sebarin vidio aku"
Dinda tersenyum tipis.
"Nanti Gue chat" jawab Dinda sambil berlalu pergi.
Aku pulang dengan berjalan kaki. Sengaja aku tidak naik ojol ataupun taxi. Jidan juga terlihat menghindariku.
Belum jauh dari kampus, mobil Jidan berhenti di depanku. Turunlah sang empu dari mobilnya.
"Kenapa Lo nggak nunggu di tempat biasa sih? Gue bingung nyariin Lo. Buruan masuk! Lo mau jalan kaki apa sampai rumah?!" dumel Jidan
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wedding
Short Story"Gue minta sama lo jangan sampai anak - anak di kampus tahu kalau kita udah nikah! Jadi, gue mau kita rahasiakan ini untuk selama - lamanya" "Kenapa harus selama - lamanya?" "Gue suami lo jadi lo harus nurut apa kata gue! Lo paham bukan tugas dan ke...