Ku keluarkan semua bajuku yang ada dalam lemari. Ternyata aku tidak memiliki baju oversize.
"Kamu mau nutupin perut kamu?" tanya Jidan yang baru saja keluar dari kamar mandi
Dengan masih berbalut handuk di pinggangnya ia berjalan menuju lemari bajunya.
"Kamu bisa pakai kemejaku. Masih baru belum pernah aku pakai. Kalau kamu mau aku juga punya jaket, beberapa belum pernah aku pakai" sambungnya
Ku ambil jaket milik Jidan.
"Aku pinjam dulu ya"
Aku tidak bilang pada Jidan bahwa pagi ini aku ada bimbingan skripsi. Kalau aku bilang pasti akan jadi masalah yang lebih panjang, sebab Jidan tidak ingin aku terlalu cepat menyelesaikan skripsiku. Ia khawatir jika aku akan stres nantinya. Padahal aku stres bukan karena mengerjakan skripsi dan tugas kuliah tapi aku stres karena perilakunya.
Ku percepat langkahku untuk ke ruangan Pak Baqi. Karena jujur selama bimbingan online aku tidak menemukan kendala. Berharap tidak ada revisi. Karena jika revisi pastinya nanti Jidan akan menggerutu padaku.
"Pagi Pak"
"Pagi, silahkan duduk"
Aku duduk di kursi yang ada di depan Pak Baqi. Ku letakkan hasil print out yang ku bandel di meja Pak Baqi.
Bukannya membuka berkasku beliau malah menanyakan hal hal yang tidak berkaitan dengan skripsiku.
"Maaf Pak, pertanyaan terakhir bapak termasuk privasi saya. Dan nggak harus saya jawab" tolakku secara halus
"Owhh maaf maaf" Pak Baqi beranjak dari tempatnya dan berdiri di sampingku
"Kamu nggak gerah pakai jaket? Kalau kamu mau langsung saya ACC nggak pake revisi"
Aku terperanjak saat Pak Baqi tiba tiba saja meraba tengkuk leher belakangku.
"Pak! Motor Bapak kebakaran!"
Tanpa pikir panjang Pak Baqi berlari meninggalkanku dan Jidan dalam ruangannya.
"Kamu nggak papa? Tua bangka ngapain kamu?" tanya Jidan
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku. Otakku masih mencerna apa yang terjadi. Aku nggak bisa bayangkan kalau Jidan tidak datang menolongku, apa jadinya aku sekarang.
Jidan langsung mengambil berkasku dan menarikku keluar ruangan.
"Ra, bisa nggak sih kasih tahu aku dulu kamu mau kemana? Untung feeling aku bener kamu mau bimbingan. Bukannya aku udah bilang sama aku kalau mau bimbingan jangan sendirian. Sekarang tahu apa maksudku?" dumel Jidan
"Aku tunggu dikelas" sambungnya
Jidan pergi meninggalkanku seorang diri ketika mendapati satu per satu mahasiswa mahasiswi berdatangan.
Seakan semesta mengerti keadaanku, langit yang tadinya cerah mendadak mendung dengan awan gelapnya. Hembusan angin kencang mulai menyapaku. Tak berselang lama hujan turun dengan sangat derasnya, padahal masih pagi.
Ku urungkan niatku masuk kelas. Aku kangen Mama. Aku ingin dipeluk Mama. Apakah Mama juga merasakan hal yang sama seperti ku?
Di bawah guyuran hujan aku berjalan seorang diri keluar dari area kampus.
Untuk pertama kalinya aku meninggalkan kelas tanpa alasan. Aku masih merasakan sentuhan tangan Pak Baqi di pundakku. Aku nggak terima atas perlakuan beliau, tapi aku nggak bisa berbuat apa - apa. Kejadiannya sangat cepat bahkan aku tidak memiliki rasa curiga terhadap beliau. Seharusnya aku bisa waspada saat beliau menanyakan hal yang menyimpang bukan malah duduk terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wedding
Short Story"Gue minta sama lo jangan sampai anak - anak di kampus tahu kalau kita udah nikah! Jadi, gue mau kita rahasiakan ini untuk selama - lamanya" "Kenapa harus selama - lamanya?" "Gue suami lo jadi lo harus nurut apa kata gue! Lo paham bukan tugas dan ke...