Prolog

764 37 28
                                    

Hidup dihantui sosok tak dikenal bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Semua itu tak bisa disamakan dengan kisah fiksi novel-novel roman. Sebaliknya, hal tersebut justru cenderung menyeramkan jika diposisikan dalam kenyataan.

Raut pucat pasi Aleena mengiringi langkah lebarnya menuju rumah berlantai dua yang sudah tertangkap indra penglihatannya. Derap langkahnya kian cepat, tangannya menggapai pagar hitam hanya untuk menggedor paksa sembari memencet brutal bel di sampingnya.

Lima menit berlalu, penantiannya membuahkan kekalutan. Matanya terbuka lebar saat dia mengingat bahwa dirinya tak ada di rumah semalam, melainkan menginap di kediaman seberang. Yang artinya, kunci rumah dan gerbangnya ada di sana. Ternyata, rasa takut yang dominan mulai memengaruhi kinerja otaknya.

Memutar balik tubuhnya, derap langkah kembali terdengar sebelum sebuah teriakan mengisi kesunyian. "Tereee, bukaa!" 

Teriakan tak tahu adab itu membuat sang empu rumah terlonjak kaget sebab terbangun dari mimpi indahnya tanpa direncana.

Masih mempertahankan raut kesal, dia berjalan untuk membukakan pintu sahabat laknatnya sebelum memikirkan sebuah rencana membanting Aleena dan melemparkannya keluar dari gerbang rumahnya. Sayangnya, kemampuan karatenya tidak bisa dia gunakan jika berada dalam radius satu meter dengan Aleena.

"Ngapa sih lo? Ganggu tidur gue aja!"

Tanpa menanggapi ucapan sahabatnya itu, Aleena buru-buru masuk ke dalam rumah Tere yang gedenya kebangeten tapi cuma ditinggali satu orang.

Tere mendengkus dan mengumpat dalam hati mendapati dirinya diabaikan.

"Terjadi lagi?"

Lawan bicaranya terdiam, membuat sang penanya cukup tahu melihat raut ketakutan sahabatnya yang masih kentara.

Lirihan kecil terdengar, "Gue capek tau, Re."

Helaan napas Tere menyambutnya, "Lagian gue heran deh sama lo. Orang kalo punya secret admirer tuh rata-rata pasti seneng. Lah lo? Kayak orang dikejar setan aja."

Aleena mendelik kesal dengan kepala yang bergeleng mantap. "Bukan gini cara nunjukin cinta, Re. Gue bisa jantungan kalau tiap hari diginiin!"

"Setiap orang punya cara berbeda dalam mencintai, Al."

Anggukan Aleena menjadi jawaban. "Gue tau. Tapi gue juga punya aturan sendiri. Apa lagi kalau itu menyangkut hidup dan mati gue,"

Satu bantal sukses mengenai wajah Aleena. "Lebay lo, bambang!"

Aleena menatap Tere serius. "Gue serius."

Tawa membahana Tere membuat Aleena mendengkus kesal. "Lo nggak cocok serius-serius, Al. Orang muka lo aja baby face gitu, wkwk."

Aleena mengelap wajahnya frustasi, antara kesal dan malu. "Gue tau gue cantik. Tapi ini berlebihan tau!"

Sejenak, keheningan menguasai keadaan sebelum Tere tiba-tiba menabok lengannya.

"Aw, sakit oy!"

"Gue ada ide, Al!"

Meski masih merengut, namun tak ayal Aleena menjawab. "Ide apa?"

"Gimana kalo kita selidiki siapa dalang di balik semua ini?"
_________

Revisi Prolog: 11 August, 2021.

My Secret Admirer [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang