Part 2

282 24 33
                                    

"AYO, Tere!"

Sorak sorai heboh seorang gadis terdengar begitu memekikkan ketika melihat sahabatnya bertanding. Dia yakin, sahabatnya itu pasti menang. Aleena tidak tahu, ada enam mata yang tengah memperhatikan dirinya.

"Hai, Len."

Aleena menoleh dan mendapati ketua ekskul karate tampan yang menyapanya. Seketika, melting dibuatnya.

"H-hai juga, Kak."

"Nih buat lo."

Aleena memandang sepasang jepit rambut di tangan Alex dan juga sang empu pemberinya.

"Eh buat aku, Kak?" tanya Aleena seraya menunjuk dirinya sendiri.

Pemuda berambut gondrong tersebut tersenyum. "Gue rasa lo denger gue ngomong apa tadi."

Aleena menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Pipinya bersemu merah. Lo malu-maluin banget sih, Aleena!

Dengan ragu-ragu, Aleena menerimanya. "Terima kasih, Kak."

"Oy, Len! Eh, ada Kak Alex juga," ujar Tere santai seraya duduk selonjoran di samping Aleena dan minum botol yang ada di tangan Aleena.

"Ngapain, Kak?" tanya Tere.

Alex tersenyum dengan sedikit salah tingkah. "Nggak ngapa-ngapain kok, Re. Ya udah, gue pergi dulu ya."

Tere mengangguk sebagai jawaban. Dia pun mengalihkan pandangannya kepada Aleena yang nampak masih memperhatikan Alex. "Woy, naksir ya lo?"

Aleena menoleh ke arah Tere. Dia menggigit bibirnya. "Siapa sih yang nggak naksir sama Kak Alex, Re? Udah ganteng, ramah, jago karate, baik lagi!"

Tere menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu. "Gue kagak."

Aleena berdecak. "Awas aja kalo suatu saat lo kesemsem sama Kak Alex ya. Kualat lo!"

Tak mau ambil pusing ucapan Aleena. Tere pun membereskan tasnya. "Yuk balik!"

"Eh, udah selesei?"

Tere menaikkan alisnya. "Lo kira?"

"Ya ampun, sorry ya, Re. Gara-gara Kak Alex, gue jadi lupa sama lo."

"Anjirlah. Musnah aja tuh Alex-Alex. Bikin gue ternistakan sama sahabat sendiri."

Aleena tertawa sembari menyamakan langkahnya dengan Tere. "Selamat! Lo pasti menang kan?"

"O ya jelas dong. Siapa dulu? Tere gituloh!"

Mereka berdua tertawa bersama tanpa tahu ada seseorang yang masih menatap punggung mereka berdua dan mengambil sebuah benda dari tempat mereka semula yang lagaknya tertinggal oleh sang pemilik barunya.

***

Seorang gadis tengah menatap lekat langit-langit kamar bernuansa merah muda tersebut. Girly sekali, persis seperti pemiliknya.

"Aleena! Mama sama papa berangkat dulu ya!"

Pekikan sang mama membuatnya bergegas turun ke lantai satu. Sesampainya di sana, terlihat kedua orang tuanya sudah siap dengan dua koper besar.

My Secret Admirer [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang