Part 6

166 15 16
                                    

ALEENA tertegun melihat uluran tangan di depannya. Revan punya pacar? Kakak kelas pula? Kok dia nggak tahu? Ralat. Kok dia harus tahu? Entahlah, pikiran Aleena berkecamuk saat mengetahui fakta bahwa Revan telah memiliki pacar! Sialan. Dia tidak mengerti dirinya sendiri.

Dengan canggung, Aleena menyambut uluran tangan Beby. "Oh, h-hai, Kak. Gue Aleena dari kelas XI MIPA 6."

Beby mengangguk. "Gue tau."

Aleena menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia harus ngapain lagi?

"Gue tadi lihat Revan gandeng tangan lo."

Bukan gandeng, tapi narik, Kak.

Aleena tersenyum, mengapa dia seolah jadi pihak ketiga dalam hubungan mereka? Oh ayolah, Aleena tidak mau disebut pelakor!

Dengan pelan, Aleena menjelaskan apa yang terjadi. Tentang dia yang tak sengaja menabrak Revan, tentang Revan yang menariknya ke UKS, dan tentang sikunya yang diobatin paksa oleh Revan. Dia menceritakan semuanya dengan sedetail-detailnya, kecuali perihal jantungnya yang berdegup kencang saat Revan tersenyum padanya.

Beby mengangguk sebelum berdiri. "Makasih udah jelasin semuanya ke gue. Gue berharap ini terakhir kalinya gue berurusan sama lo."

Tinggal bilang aja, "jangan deket-deket sama pacar gue lagi!" batin Aleena menjerit kesal.

"Aleena!"

Sebuah suara membuat Aleena mendongak menatap Tere yang sedang berjalan tergesa ke arahnya. Matanya menyipit saat dia menangkap kehadiran Alex di sebelah Tere, bukan, bukan Aleena cemburu dengan hal sepele, siapapun berhak bersama Alex, tapi apa tidak berlebihan sampai saling genggam tangan segala? Sepertinya Aleena lupa bahwa tadi dia juga tanpa sadar bergandengan dengan Revan.

"Len, lo nggak papa kan? Kata orang-orang, lo lagi di-bully kakak kelas."

Aleena menggeleng. "Gue nggak papa kok. Kak Beby cuma tanya-tanya doang ke gue."

Aleena meringis, sebegitu cepatnya kabar dirinya bersama Beby menyebar. Sepertinya asumsi bahwa dinding pun memiliki telinga itu benar. Mana gosip tersebut dilebih-lebihkan pula. Tak usah kaget bagaimana para netizen itu sangat gercep dengan berita tentangnya. Bukan, bukan karena Aleena primadona, tapi Bebylah yang seorang primadona terkenal di sekolah ini. Meskipun sebenarnya Aleena juga cukup terkenal karena parasnya terlebih di samping Tere yang jelas jelas merupakan salah satu atlet sekolah ini.

Aleena kembali melirik genggaman tangan kedua orang di depannya yang belum terlepas juga. Tere yang menangkap gerak mata Aleena pun seketika melepas genggamannya.

"Err, sorry, Kak. Gue nggak sengaja."

Alex tersenyum maklum. "It's okay, kok. Kayak sama siapa aja."

Tere pun duduk di depan Aleena, tepat di kursi yang tadi ditempati Beby. "Jadi, ceritain semuanya sama gue. Apa yang terjadi sampe Kak Beby nyamperin lo."

"Tere, Aleena, gue pergi dulu ya. Ada urusan," pamit Alex.

Aleena mengangguk. "Iya makasih, Kak." Dia paham, Tere masih malu karena telah menggenggam tangan Alex atau karena ketahuan olehnya?

***

"Sekarang jelasin sama gue, lo ngapain nemuin Aleena?"

Beby menatap dalam netra milik Alex. "Tadi gue lihat Revan sama dia."

Alex mengembuskan napas kasar. "Lo tau nggak udah seberapa jauh berita ini kesebar? Kalau sampe Revan tau, abis lo sama dia, By."

My Secret Admirer [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang