Epilog

229 12 15
                                    

Penampakan halaman luas yang asri selalu terbayang di pikiran kita saat terlintas sebuah tempat bernama 'kampus'. Sayangnya, hal itu juga memberi dampak melelahkan bagi para penuntut ilmu. Mereka harus berlelah-lelah berjalan ke fakultas masing-masing. Sama seperti dia, gadis cantik dengan tumpukan buku di pelukannya yang tengah menyeka keringat di dahinya.

"Aleena!"

Gadis berambut sebahu dengan lesung pipit yang masih sama seperti empat tahun yang lalu itu menoleh pada sang pemanggil.

"Revan!"

Dia berhambur memeluk pria yang sangat dirindukannya itu.

"Pulang kapan?" tanyanya setelah mereka berdua duduk di taman kampus.

"Tadi pagi sampai, terus siap-siap ke sini."

Sosok lelaki matang yang tampan itu ikut tertawa melihat gadis di depannya menampakkan deretan gigi rapinya.

"Kebiasaan kamu mah. Selalu prioritasin aku, padahal bukan siapa-siapa."

Revan menyipit mendengar jawaban Aleena. "Mau jadi istriku?"

Mendelik, Aleena menabok lengan Revan pelan. "Kalau bercanda itu jangan kelewatan, Revan. Aku masih perempuan yang gampang baper."

Revan merogoh sakunya, mengambil kotak yang memang sudah disiapkan dari jauh-jauh hari.

"Aku nggak bercanda, Lena. Sejak awal aku udah bilang aku sayang dan cinta sama kamu. Kembali lagi, aku semakin terkagum dengan prinsipmu. Cuma kali ini, di saat kita udah sama-sama dewasa, aku pengen ngasih tau niat serius aku. Aleena Seviala, Will you marry me? Maukah kamu menua bersamaku dan menjadi ibu dari anak-anak kita?"

Terlampau terkejut, Aleena bahkan tidak bisa berkata-kata. Memang lima tahun sudah berlalu dan mereka tidak pernah bertemu sebab Revan memutuskan melanjutkan studi di luar negeri. Meski masih saling berkomunikasi, Revan dan Aleena tetap sama, tanpa status jelas sebab Aleena tidak mau berpacaran. Tapi masalahnya, selama ini Aleena terlampau terbuka dengan lelaki di depannya ini bahkan tentang list cowok yang sempat dikaguminya.

"Aleena? Aku pegel nih."

Tawa bahagia meluncur dari bibir kecil Aleena. Dia mengusap sudut matanya yang berair. Meraih lengan kokoh Revan untuk diajak berdiri, dia menjawab dengan mantap dan senyuman. "Yes, i will."

Tawa lebar dan binar bahagia menyeruak di permukaan. Revan segera membawa Aleena ke dalam dekapannya. "I love you, Lena."

Sembari tangannya mengusap punggung kokoh Revan yang semakin lebar, Aleena menjawab," I love you too."

Interaksi kedua insan itu tak luput dari dua pasangan yang menyaksikan dari jauh. "Kak, mau dilamar juga kayak Kak Aleena?" tanya Deon yang sekarang telah bertransformasi menjadi cowok idaman di kampus sebab ketampanannya telah terekspos, hal itu juga yang membuat Tere ketar-ketir.

Kalian tau bagaimana Tere bisa mengenal Deon? Karena saat itu, saat dimana Tere menyerahkan surat dari Revan kepada Aleena dan meminta maaf, sebelum itu adek kelas berpenampilan cupu di sekolahnya itu memberi sebuah rekaman saat Aleena mengakui dia sebagai sahabatnya tepat sebelum tragedi Beby berubah menjadi alter-egonya. Kebetulan, memang Deon masih ada di dekat situ. Setelah itu mereka pun semakin dekat.

"Mau dong. Kapan ke rumah? Besok bisa?" Jawaban khas Tere yang emang terlampau slengean.

Deon tertawa sembari menarik pinggang kekasihnya ini. "Segera ya. Aku bakal kabari ortu di Singapore dulu."

Tere balas memeluk kekasihnya. Percayalah, dia sebenarnya sangat gugup sekaligus malu terlihat dari wajahnya yang memerah. Tapi bukan Tere namanya jika kalah begitu saja dengan rasa malunya.

Di sisi lain, "Akhirnya mereka mau married juga ya, Yang."

"Iya, Lex. Aku kasihan lihat Aleena yang selama lima tahun ini pura-pura tegar padahal bener-bener kehilangan Revan. Terlebih semua lamaran lelaki, Aleena tolak, demi cowok itu. Taulah seberapa susahnya mencoba setia sama lelaki yang bahkan belum menjadi siapa-siapa."

Alex tersenyum, lantas mengecup kening Beby.

"Yuklah, kita pulang tengok si jagoan ayah, ditinggal lama-lama entar malah rewel. Biarin calon pasangan halal itu saling melepas rindu."

Beby terkekeh mendengar ucapan lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya itu. Memang, di tahun kedua kuliah, mereka memutuskan untuk menikah yang disetujui oleh keluarga kedua belah pihak.

Masing-masing sudah menemukan bahagianya. Memang benar, bahagia bukanlah akhir dari segala macam proses hidup. Semuanya masih berlanjut, tapi setidaknya satu proses telah mereka lewati setelah segala rintangan yang menghalangi.
_____________

4 Agustus, 2021.

Author berharap semoga dari cerita ini, kalian bisa mendapat setitik manfaat. Author sendiri lebih suka nulis cerita happy ending daripada sad ending. Biarlah kehidupan author yang ngenes ini ada di nyata doang. Di halu, yang bahagia aja ye😂

Terima kasih yang sudah bersedia membaca. Nantikan karya author selanjutnya🤗

Salam sayang,

Author.

My Secret Admirer [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang