Part 4

196 22 26
                                    

Terlihat sepasang sahabat tengah jogging pagi di sebuah taman yang dipenuhi pasangan muda-mudi.

"Re, istirahat dulu deh. Gue nggak kuat lagi," ujar Aleena sembari mengatur laju napasnya.

Tere ikut mendudukkan diri di samping Aleena. "Elah, baru segini doang udah ngos-ngosan lo. Makanya sering-sering olahraga, Na!"

Aleena tak menghiraukan ucapan Tere, dia sedang sibuk mengibas-ngibaskan handuk kecil yang tersampir di bahu kanannya. Keringat mengucur deras dari dahinya.

"Re, lihat tuh pasangan di depan kita."

Menyipitkan mata, Tere berdecak. "Pasangan yang mana, Na? Di depan kita bejibun pasangan kali!"

"Itu loh yang lakinya pake kursi roda," ujar Aleena seraya menunjuk pasangan yang dimaksud menggunakan jari telunjuknya.

"Ooo itu, bilang kek dari tadi pasangan kakek-nenek gitu! Kan gue pasti langsung tau, secara di sana pasangan yang beumur banget cuma mereka."

Aleena mengangguk. "Mereka kelihatan sweet banget ya, padahal udah sama-sama beruban gitu."

Tere menelengkan kepalanya, menatap Aleena yang berada tepat di sebelahnya. "Lo pengen kayak mereka, Na?"

Yang ditanya pun mengangguk dengan tegas. "Jelas dong."

"Emang lo punya laki?" tanya Tere sarat akan ejekan.

Aleena melotot. "Punyalah!"

"Siapa emang?"

"Taehyung."

Tere mendelik kesal. "Sehat lo, Na?" ujarnya sembari pura-pura mengecek suhu tubuh Aleena tepat di dahi.

Aleena berdecak malas. "Sehatlah!"

"Abisan lo mimpinya nggak masuk akal, takutnya otak lo ada yang geser."

"Sembarangan!" sahut Aleena sembari menggeplak bahu Tere. "Dah ah yuk, ke tempat Babeh!"

Mereka berdua pun berjalan santai sembari menggosip ria. Hingga suara notifikasi ponsel menghentikan langkah mereka.

"Handphone siapa tuh yang bunyi?" tanya Aleena sembari bertatapan dengan Tere.

Tangan Tere mendarat mulus di atas kepala Aleena. "HP gue selalu di-silent, bego. Kan lo yang selalu bunyiin notifikasi dengan dalih takut ortu lo ngabarin."

Aleena tersenyum konyol sebelum merogoh ponselnya dari saku celana training miliknya. Dia mengernyit kala mendapati nomor tak dikenal mengirim pesan padanya.

Warung soto langganan lo tutup, istrinya lagi lahiran. Lo sarapan pake bubur ayam aja. 

- A

Secret Admirer.

"Warung Babeh tutup, Re."

"Hah?" Tere memastikan pendengarannya tak salah. Pasalnya, daripada berbicara, Aleena lebih terlihat menggumam. Terlebih, dia pun tengah mengenakan earphone.

Aleena tak menghiraukan Tere, dia menarik tangan gadis itu untuk bergegas menuju warung langganannya yang sebenarnya letaknya masih cukup jauh dari tempatnya berada.

"Aduh Aleena! Lo ngapain sih main tarik-tarik aja? Udah saking lapernya apa gimana!"

Tere masih mengatur napasnya akibat tarikan dan langkah Aleena yang tidak ada selow-selow-nya. Namun yang diajak bicara terdiam begitu saja. Dia pun ikut mengarahkan pandangannya ke tempat yang membuat Aleena bertransformasi menjadi patung.

My Secret Admirer [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang