18. Silahkan pergi!

682 76 5
                                    

Kalau ada typo bisa dikoreksi ya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ada typo bisa dikoreksi ya :)

🐳🐳🐳

“Gak mau tau, kak Akash harus ganti sate Diana!” Gadis cantik itu menggedor-gedor pagar rumah bercat hitam.

Sedari tadi Diana memelototi Akash yang sedang berjoget-joget di halaman rumahnya sendiri, padahal hari sudah malam.

“Kalo gak mau ganti, nanti kak Akash yang Diana jadiin sate! Keluar, gak!!”

“Woy! Udah malem bego! Lo teriak-teriak gitu nanti tetangga pada denger!!” Akhirnya Akash merespon Diana.

“Beliin aja atuh, Bang. Lima belas rebu aja, nih!” sahut kang Juned, si penjual sate keliling yang kebetulan ada di depan rumah Akash.

Akash lesuh, ia berjalan menuju pagar mendekati Diana.

“Lo, kan, kaya. Masa sate aja lo tagih?” Akash masih membujuk Diana untuk tidak usah menagihnya lagi.

“Ya bedanya apa? Kak Akash, kan, juga kaya. Masa gantiin sate Diana aja gak mampu?” balas Diana menaik-turunkan alisnya.

Akash terdiam seribu biasa, biasanya orang kalau habis sakit akan bertambah baik karena dapat hidayah. Ini malah semakin mirip Fir’aun saja.

“Dzolim bener lo, bukannya tobat habis sakit.” Akash akhirnya memilih membuka pagar dan menyuruh gadis itu mengikutinya.

“Kang, satenya dua porsi!”

“Siap, Bang!”

Diana berjingkrak-jingkrak di belakang, akhirnya usahanya tidak sia-sia. Ia tidak harus mengeluarkan uang jajannya untuk membeli sate malam ini.

“Kak Akash ganteng, deh. Mirip monyet.”

“Oh, Dajjal lo!”

Bunyi klakson terdengar, motor sport terparkir di samping gerobak. Rupanya Ares. Pria itu membuka helm dan turun dari motornya, ia kemudian bergabung dengan Diana dan Akash. Duduk di samping gadis itu.

“Kang, tambah seporsi, ya.”

“Okeh, Bang!”

“Dari mana lo?” tanya Akash.

“Rumah, kenapa?” Singkat. Seperti biasanya.

Akash menggelengkan kepala, ia hanya bertanya saja. Sebagai bentuk basa-basi. Karena bertemu tanpa basa-basi dikit, itu seperti Sugiono tanpa ehem ehem.

“Eh, Kak Ares. Kangen Diana, ya?” Diana mengedip-kedipkan matanya.

“Kangen Akash gue,”

Akash tertawa terbahak-bahak melihat wajah Diana yang langsung bete, mulut dan matanya langsung sinkron, julidnya minta ampun.

“Lo pasang muka julid gitu, vibes-nya mirip ibu tiri banget, njir!”

“Lebih serem dari raja Namrud!”

Brass MonkeysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang