Ini kisah tentang pria berparas tampan yang dingin tak tersentuh, namanya Ares G. Syahreza.
Karena bujukan dari sahabat-sahabat idiotnya, akhirnya Ares pindah sekolah ke SMA Vishaka. Bukannya tenang, Ares tambah pusing saja semenjak pindah di sekolah ini. Karena seorang gadis cantik yang terus saja mengganggunya.
Berparas menarik dan juga tampan tidak selalu menyenangkan, Ares selalu saja disorot kemanapun ia berada. Dan ia sangat benci itu.
Ares memiliki hidung mancung, rahang yang tegas serta mata biru jernihnya yang mampu membuat para gadis bertekuk lutut hanya pada sekali tatapan.
Seperti sekarang, tidak ada satupun pasang mata yang tidak melihat ke arahnya. Ares berjalan santai melewati lapangan dengan headphone yang terpasang di kedua telinganya.
Penampilan Ares memang sedikit urakan, bukan sedikit sebenarnya, tapi memang sudah urakan. Seragam dikeluarkan, tidak memakai dasi dengan kancing baju atas yang dibuka, dan jangan lupa rambutnya yang acak-acakan, untung saja ia masih waras untuk memakai sepatu berwarna hitam. Yang para siswi herankan, kenapa Ares masih sangat mempesona dengan penampilan seperti itu?
"Selamat pagi kak!"
'Sial!'
"Kenapa salam Diana tidak dibalas?"
Gadis cantik mungil menghalangi jalan seorang Ares, gadis itu merentangkan kedua tangannya. Ia memang berniat menghentikan langkah Ares.
"Selamat pagi kak Ares yang tampan rupawan!" Sapa gadis itu, Diana Abigail.
Masih sama, Ares tidak merespon apapun. Pria itu hanya menatap datar Diana, tidak mau repot-repot untuk membalas sapaan gadis itu.
Ares berjalan kembali melewati gadis petakilan dihadapannya kini, gadis itu sangat tidak penting menurut Ares.
Diana menghela nafasnya, "kak Ares sama ya kayak es krim, manis-manis tapi dingin." Gumamnya pelan.
_____
Kamis, 09 Januari 2020
22.50
KAMU SEDANG MEMBACA
Brass Monkeys
Teen FictionAres G. Syahreza namanya, jangan tanyakan parasnya, karena kalian akan mati ditempat jika melihatnya langsung. Dia dingin dan tak tersentuh. Diana bilang, Ares lebih dingin dari Es krim coklat kesukaannya. Ares tak pernah tertawa, berbicara saja ja...