Diana menggoyang-goyangkan kakinya, ia sedang menikmati kesendiriannya di taman sekolah. Ini hari pertamanya masuk lagi, setelah beberapa minggu kemarin harus tinggal di rumah sakit.
Ia tidak lagi takut lagi untuk berdekatan dengan pria, karena berkat Ares yang meyakinkannya. Ares menjadi obat Diana, tak ia sangka pria dingin itu bisa menyembuhkannya dengan cepat, padahal traumanya bisa sampai bertahun-tahun dulu.
Malam kemarin, Ares meyakinkannya jika ternyata tidak semua laki-laki itu sama. Ternyata ada yang ganteng dan juga ada yang jelek. Tidak sama bukan? Ha ha.
Beberapa siswa-siswi berlalu-lalang di hadapannya, ia tersenyum melihat drama SMA. Sepasang sejoli berlarian ke sana ke mari kayak serial India, ada pula yang malu-malu badut kayak si Mei Mei saat bertemu Mail di kartun Upin dan Ipin.
Senyum simpul tercipta di bibir Diana melihat pemandangan itu, sampai akhirnya ia melihat pemandangan yang lebih indah lagi. Tanpa sengaja matanya bertubrukan dengan iris mata tajam Ares. Pria itu sedang berada di rooftop, dan sepertinya juga sedang melihat ke arahnya. Patut diacungi jempol, penglihatan Diana cukup tajam jika menyangkut keberadaan Ares. Dari belakang saja ia tahu bagaimana sempurnanya bentuk punggung pria yang membuatnya tergila-gila itu.
Diana melambaikan tangannya pada Ares, lalu cepat-cepat mengambil gadgetnya yang ia taruh di saku seragamnya.
Kak Ares ngapain di situ?
Diana mengirimkan pesan singkat untuk pria itu, tak lama kemudian ponselnya bergetar. Balasan pesan Ares masuk.
Fotosintesis
Diana terkekeh melihat balasan singkat itu, ia membalas lagi.
Emang kak Ares mau memproduksi zat apa?
Ting!
Glukosa, jawab Ares.
Biar apa emang?
Ares menjawab lagi, Biar tambah manis.
Dengan kecepatan turbo jemari Diana menari-nari di atas keyboard.
Jangan deh, nanti Diana tambah suka.
Beberapa detik menunggu balasan pesan dari Ares, ia menyempatkan untuk melambaikan tangannya pada pria itu.
Ting!
Tujuan gue emang itu!
"Arghh! Help! Kewarasan Diana meleleh, tolong!!"
Di atas sana Ares terkekeh melihat tingkah gadis itu yang seperti cacing kepanasan, padahal ia hanya mengetik pakai jari, tapi bisa menembus hati gadis itu.
🐳🐳🐳
"Kak Ares kenapa kayak bunglon, sih? Tadi aja hampir bikin Diana kejang-kejang, eh sekarang malah kayak kuyang." Diana memajukan bibirnya sepuluh meter karena Ares mengabaikannya sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brass Monkeys
Teen FictionAres G. Syahreza namanya, jangan tanyakan parasnya, karena kalian akan mati ditempat jika melihatnya langsung. Dia dingin dan tak tersentuh. Diana bilang, Ares lebih dingin dari Es krim coklat kesukaannya. Ares tak pernah tertawa, berbicara saja ja...