Ares membuka lokernya, dilihatnya sebuah susu kotak lengkap dengan notes kecil di sana. Sedikit senyum miring tercipta di bibirnya sesaat setelah membacanya. Ditutupnya kembali loker itu, dan menggenggam susu kotak itu.
Kash! Ares melempar susu kotak itu ke Akash, buat, lo!
Ares memberikan susu kotak pemberian Diana ke Akash, sedangkan coklatnya diberikan ke Lingga. Sebelumnya notes yang tadi melekat di sana sudah ia buang terlebih dahulu
.
Tumben, ujar Akash sambil menyedot susu pemberian Ares.Ares tak menghiraukan, ia memperbaiki tali sepatunya yang belum terikat dengan benar. Setelah mapel olahraga adalah pelajaran geografi. Seperti yang Diana ketahui, kelas Ares memang akan ada ulangan geografi.
Karena sudah masuk pergantian jam pelajaran, sembari menunggu pak Seto, Ares dan teman-temannya bermain game online terlebih dahulu.
🐳🐳🐳
Seperti hari-hari kemarin, hari ini Diana masih seperti perangko. Selalu ingin menempel pada Ares, gadis itu seperti tidak ada kapoknya walaupun sudah pernah dibentak dan dimaki oleh Ares.
Ares akan menenangkan diri di taman sekolah, ia sadar jika sedang di ikuti Diana. Dibiarkan saja, ia terus melangkahkan kakinya hingga berhenti di kursi cukup dua orang di bawah pohon rindang. Bisa ia rasakan jika gadis itu masih di belakangnya.
Merasa tempatnya pas untuk beristirahat, ia duduk dengan kaki panjangnya yang menjuntai. Matanya dipejamkan seiring berhembusnya angin sepoi-sepoi. Ares merilekskan tubuhnya yang terasa kaku.
Coba kasih Diana alasan, bagaimana untuk gak jatuh cinta sama kak Ares?
Ares mendengar ucapan itu, tapi ia memejamkan saja matanya tak ingin meladeni cewek yang selalu mengejar-ngejarnya itu.
Diana duduk di sebelah Ares, menatap wajah damai Ares lamat-lamat. Ia berdecak kagum, ia pikir hanya ada di novel-novel saja pria tampan bak dewa. Ternyata di dunia nyata juga ada, dan sekarang di depannya.
Walaupun tidak ada manusia yang sempurna, tapi Diana tetap akan bilang kalau kak Ares itu benar-benar sempurna.
Tangan Diana terulur ingin menyentuh wajah ares, tapi ia urungkan. Takutnya pria itu akan marah besar padanya.
Kayaknya Diana harus pergi, di sini bikin jantung Diana gak sehat.
Setelah berucap itu, Diana berdiri hendak pergi. Tapi tak kunjung melangkah karena tangannya ingin sekali menyentuh wajah Ares. Dengan keberanian yang berusaha ia bangun, Diana memberanikan diri memegang pipi Ares.
Anjayani anjayani, Diana megang pipi kak Ares. Omegat omegat! gadis itu rusuh sendiri sambil berlari sekencang-kencangnya, ia takut Ares akan mengetahui aksinya.
Setelah gadis itu pergi, baru Ares membuka matanya. Memandang Diana yang sudah menjauh, senyum geli tersungging di bibir penuh pria itu.
Bodoh!
🐳🐳🐳
Malam ini, Ares dan sahabat-sahabatnya mengadakan acara barbeque-an di rumah akash. Walaupun besok masih sekolah, mereka tidak peduli. Bolos bisa jadi solusi.
Diana yang habis membeli camilan di supermarket, menghentikan motornya saat melihat rumah Akash terdengar ada suara-suara. Ia melirik ke dalam pagar rumah kakak kelasnya itu, matanya berbinar senang saat melihat Aresnya sedang berada di sana.
Kak Ares! Halo! Diana melambaikan tangannya, tersenyum lebar pada Ares yang kini sedang melihat ke arahnya.
Belum sempat Diana mengeluarkan suaranya lagi, tangannya tak sengaja menyentuh gas motor hingga Scoopy-nya langsung melaju begitu saja. Untung saja ia bisa mengimbangi, sehingga tak harus malu jika saja ia jatuh.
Melihat itu, Akash dan Lingga yang buru-buru ke luar pagar untuk memeriksa keadaan Diana, sekarang tertawa sangat keras. Cewek aneh, pikir mereka.
Sedangkan Ares mengulum rapat-rapat bibirnya, ingin tertawa juga tapi ia tahan. cewek itu ada-ada saja.
Dia kok bisa lewat sini? tanya Lingga kembali memasuki pagar setelah memastikan gadis itu baik-baik saja.
Tiap hari mah dia lewat sini, ujar Akash.
Kok bisa?
Ya karena Diana itu tetangga gue.
Hah? Masa iya? Kok gak pernah lihat sebelum-sebelumnya?
Jarang keluar emang dia, baru-baru ini setelah SMA dia udah sering kelihatan.
Emang rumahnya di mana? tanya Lingga, Ares hanya menyimak saja.
Noh! tunjuk Akash menggunakan dagu pada sebuah rumah besar yang berjarak dua rumah dari rumahnya.
Lingga dan Ares menoleh, di atas sana berdiri seorang gadis sambil melambai-lambaikan tangannya. Siapa lagi jika bukan Diana. Ares bisa melihat jika pandangan gadis itu tertuju padanya, sambil terus melambai-lambai.
Mereka kembali melanjutkan acara bakar-bakarnya yang sudah hampir matang. Hingga suara dentingan ponsel Ares berbunyi. Ares memeriksa ponselnya, seperti biasa pesan dari Diana.
Diana gak akan minta, kok. Jadi jangan risih ya, kalau Diana liatin terus.
Ares menoleh ke rumah tiga lantai itu, ia melihat jika gadis itu masih ada di sana. Tak berniat membalas pesan Diana, Ares lebih memilih memakan jagung bakar yang sudah matang. Sesekali ia melihat gadis yang juga sedang menatapnya itu.
Kak Ares kenapa bisa ganteng banget? Gelapnya malam aja gak bisa nyembunyiin keindahan kak Ares.
Ares tersedak biji jagung saat membaca chat yang barusan masuk, gesrek-gesrek begitu ternyata Diana sangat pintar bermain kata. Setelah meminum air, barulah kerongkongan Ares terasa lega.
Kak Ares jangan malam-malam tidurnya, besok sekolah.
Ares kembali melihat ke arah Diana, gadis itu masih setia berdiri di balkon kamarnya. Padahal sudah larut, dan juga angin malam semakin dingin. Tapi gadis itu malah berdiri anteng sambil menumpu wajah menggunakan kedua telapak tangan. Dengan pandangan masih tertuju untuk Ares.
Bukan paksaan, Ares meraih handphone-nya lalu mengetik beberapa kata di sana.
Masuk Diana, udah malem. Di luar dingin.
AARGHH!
Pekikan Diana membuat ketiga pria itu tersentak kaget, otomatis menoleh ke arah Diana yang sedang jingkrak-jingkrak sambil menatap layar ponselnya dengan bahagia.
Gila beneran dah itu anak, ujar Akash.
Ares yang melihat itu menggelengkan kepalanya tak habis pikir, chat sederhana darinya membuat Diana bisa sebahagia itu.
🐳🐳🐳
Selamat membaca dan semoga terhibur 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Brass Monkeys
Teen FictionAres G. Syahreza namanya, jangan tanyakan parasnya, karena kalian akan mati ditempat jika melihatnya langsung. Dia dingin dan tak tersentuh. Diana bilang, Ares lebih dingin dari Es krim coklat kesukaannya. Ares tak pernah tertawa, berbicara saja ja...