6. Selalu ingat cara tersenyum

570 66 0
                                    


"Buat kak Ares!"

Ares menatap Diana sinis, seperti biasa, ia akan mengabaikan gadis itu. Ares sudah mengatakan ribuan kali, jika ia tidak suka akan kehadiran Diana.

Diana juga melangkahkan kakinya mengikuti Ares, mempercepat langkahnya demi beriringan dengan pujaan hatinya itu.

"Kak, Diana buatnya pake perasaan kok. Gak di kasih racun juga. Diana jamin aman, walaupun kak Ares ngabisin satu loyang sekalipun."

Ares tak peduli, yang ada di pikirannya hanya bagaimana agar ia bisa menghindar dari jangkauan gadis cerewet di sebelahnya ini. Ia sangat risih, dan juga merasa muak karena seperti di bayang-bayangi oleh gadis itu.

"Bisa gak gausah ikutin gue?" tanya Ares pada akhirnya.

Diana tersenyum dan menggeleng, "Gak bisa."

Pria itu menghela nafas jengah, dan kembali melanjutkan langkahnya. Dengan kakinya yang panjang, ia melangkah lebar-lebar dan terkesan terburu-buru. Menjauhi Diana yang sekarang agak kewalahan mengejarnya. Ares menampilkan smirknya, sepertinya gadis itu memang sudah putus urat malunya.

Diana merentangkan sebelah tangannya, saat berhasil menghalau langkah Ares. Sedang tangan satunya membawa kue yang sudah susah payah ia buat.

"Kak, kenapa sih menghindar terus? Gak capek apa?" keluh gadis itu.

"Diana aja capek harus ngejar kak Ares terus."
Diana mendekat selangkah, dan menyodorkan kuenya pada Ares. Berharap pria es itu menerima pemberiannya. Senyumnya tambah mengembang, saat pria itu juga melangkah maju, ia kira Ares akan mengambilnya.

Tapi dengan tak berperasaan, Ares membanting kuenya hingga berceceran. Bahkan ciparatan krim mengenai sepatunya.

"Lo bener-bener gak punya harga diri, ya!" Ares menunjuk Diana dengan kilatan amarah di matanya.

"Jadi cewek, jangan terlalu murah!!"

"Gue udah tolak lo berkali-kali! Tapi lo masih datang dengan percaya diri!!"

Diana melangkah mundur, matanya kini berlinang. Perkataan Ares menyakiti hatinya. Menggores perasaannya. Pria itu mempermalukannya.

"MANA RASA MALU LO?!"

"LO TARUH DI RUMAH?!"

Ares mendekati Diana, hingga tubuh itu mentok di tiang bendera yang tepat berada di belakang gadis itu.

"Diana, asal lo tau!!"

"GUE GAK SUKA SAMA CEWEK YANG GAK PUNYA HARGA!!"

Setelah berkata seperti itu dan berhasil menyudutkan Diana, Ares berbalik. Melangkah dan menginjak kue yang berserakan tadi tanpa adanya rasa bersalah. Ia menjauh pergi setelah membombardir pertahanan Diana.

Gadis itu mengangkat wajahnya yang sudah banjir air mata, ia memberanikan diri melihat sekelilingnya, dia menjadi tontonan gratis. Diana berniat membuat kenangan indah tadinya, tapi pria yang ia sukai malah memakinya. Melukai hatinya dengan kata-kata kasar. Pria itu, Ares, benar-benar tak menyukainya.

🐳🐳🐳

Setelah kejadian kemarin, Diana kembali ke sekolah masih dengan mempertahankan senyumnya, yang selama ini menjadi favorit siswa-siswi SMA Vishaka. Gadis yang dikenal dengan kepribadian ceria itu rupanya tak mudah down walaupun dimaki dengan kasarnya. Poin plus seorang Diana, selalu bisa tersenyum sehingga tak ada yang tau jika ia sedang bersedih.

"Pagi, Diana." sapa seorang teman sekelas, Garel. Semua penghuni kelas XI MIPA 4 tahu, jika pria asli Bandung itu menyukai Diana. Tapi Diana tak pernah peka.

"Pagi juga," sapa balik Diana sambil tersenyum. Ia berjalan menuju bangkunya.

Seorang siswi mendekati mejanya, "Karena pagi lagi cerah, senyumnya juga harus cerah, dong." ujar Sari menepuk-nepuk pundak Diana.

Semua memang menyukai Diana, tak ada yang membenci gadis itu. Sehingga tak ada satu pun yang membahas perkara sore hari itu. Mereka tahu dengan benar tugas sebagai teman, menghibur teman saat sedang bersedih.

Selama ini, jika di antara mereka ada yang mendapat masalah, Diana menjadi orang pertama yang selalu menggenggam tangan dan berkata jika semua akan baik-baik saja. Gadis itu selalu menebar senyum persahabatannya pada siapa pun.

Diana tersenyum saat melihat Manda memasuki pintu kelas, sahabatnya itu berlari ke arahnya sembari memeluknya.

"Selamat pagi, senyum Pepsodent ku."

"Matahari udah menyingsing, waktunya kita bermetamorfosis." lanjut Manda.

Diana terkekeh menertawai lelucon Manda. Sejak kapan pelajaran olahraga berubah menjadi istilah metamorfosis? Apa karena sama-sama panas-panasan?

Sambil menunggu Sarah datang, mereka berbincang-bincang sesekali tertawa jika ada yang lucu. Dan teruntuk Sarah, berita Diana dimaki oleh Ares tidak boleh sampai di telinga gadis itu. Semua orang tahu, jika Sarah tidak akan segan-segan membalas dendam lebih sadis pada siapa pun yang menyakiti orang-orang terdekatnya. Murid SMA Vishaka sudah mengerti, sehingga mereka diam saja tak menyebarkan. Atau semua menjadi rumit.

🐳🐳🐳

Diana tersenyum simpul memegang sebuah susu kotak rasa vanilla, yang ditempelkan dengan plester menjadi satu dengan sebungkus roti cokelat. Gadis itu lalu mengambil selembar notes kecil, tangannya yang memegang pulpen kini menari-nari di atas kertas berwarna merah muda itu.

Untuk kak Ares, semangat ulangan Geografinya🖤

Selesai menulis sepatah kata, Diana menempelkan surat kecil itu pada susu kotak. Ia akan memberikannya pada Ares.

Diana adalah stalker yang hebat, ia tahu jika hari ini Ares ada ulangan. Ia selalu ingin tahu, jika itu tentang Ares.

Dengan langkah ceria, ia melangkahkan kakinya menuju loker kelas 12. Dengan tingkat menguntitnya yang luar biasa, Diana bisa dengan mudah menemukan loker pria idamannya.

Pelan-pelan ia mendekati loker yang terpampang nama Ares G. Syahreza. Gadis itu menatap sekitar, dirasa aman, ia langsung mendekati loker itu cepat-cepat. Diana lalu membuka loker, matanya membola saat melihat tumpukan surat di dalam loker calon pacarnya.

Gadis cantik itu mendengus tak suka, dipungutnya semua surat-surat di dalam loker, dan dengan senang hati ia membantu Ares membuang semua itu ke tempat sampah di dekat dinding.

"Jangan marah-marah terus, kak. Diana kasih hadiah nih, biar gak marah-marah lagi sama Diana."

Ia menutup kembali lokernya setelah menyimpan pemberiannya dengan aman di dalam sana.

"Lo ngapain?"

Diana tersentak mendengar sebuah suara yang mengagetkannya tiba-tiba, ia berbalik dan mendapati wajah tampan rupawan sang pujaan hati.

"Habis ngambil baju olahraga di loker," jawab Diana dengan bego. Jelas-jelas jika di sini adalah tempatnya para kelas 12, khusus pria lagi.

Sadar dengan kebodohannya, ia langsung berlari terbirit-birit menjauh dari jangkauan mata Ares.

Sebelah alis pria itu terangkat, menatap aneh gadis yang baru saja kepergok membuka lokernya.

Brass MonkeysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang