⚠️Typo BERTEBARAN
Ig: @jazill_hb
Ig: @jazmineuzumaki
WA: 0822-4529-4987***
Suara burung berkicauan saling bersautan untuk menyambut sang senja yang sudah mulai menampakan semburat merah di ufuk barat, membuat suasana sore di sepanjang jalan wilayah kota Majapahit berangsur sepi.
Berbeda dengan suasana kerajaan hari ini yang tampak ramai karena mempersiapkan penyambutan kedatangan sang Mahapatih hamangkubumi, Mahapatih Gadjah Mada yang baru pulang dari pertempuran.
Setiap jalanan istana di penuhi taburan bunga, aula utama dipenuhi para petinggi kerajaan dengan sang raja yang duduk gagah di singgasananya yang sudah dia duduki selama 5 tahun terakhir.
"Hidup yang mulia Gadjah Mada!"
"Hidup!"
Suara itu mulai bersahutan dari rakyat yang hadir menggema mengiringi masuknya seorang pria gagah perkasa dengan senjata berupa gada sakti rujak polo memasuki aula untuk menghadap sang raja.
Dialah Mahapatih Gadjah Mada, Dialah cikal bakal bersatunya bumi Nusantara, dan dialah putra dari mendiang panglima besar Majapahit.
Panglima Jawangkati.
Sosoknya yang perkasa membuat musuh gentar saat berhadapan di Medan perang, namanya selalu di agungkan sepanjang sejarah, kekuasaannya, serta sumpah palapa yang dia ambil bahkan masih melekat erat dalam hati rakyat Nusantara sampai detik ini.
Saat sudah berdiri tepat dihadapan sang raja, Mahapatih segera berlutut, menyatukan tangan serata menunduk penuh hormat.
"Salam hormat hamba menghadap yang mulia." Mahapatih berucap dengan tegas, tanpa basa basi sang raja segera bangkit menghampiriny.
"Bangunlah paman." Sang raja menuntun tubuh kokoh Mahapatih untuk bangun.
Laki laki bertubuh tinggi tegap proposional dengan mahkota serta perhiasan emas itu menatap Mahapatih lalu memeluknya, sungguh wajahnya terlihat masih sangat muda, alis tebal, hidung mancung, bibir merah alami sedikit tebal, rambut panjang hitam legam, dan jangan lupakan lesung pipinya saat tersenyum, benar benar terlihat sangat muda sekaligus menggemaskan untuk ukuran seorang raja.
Dialah raja muda ke 4 Majapahit, Putra sulung dari Ratu Dyah Ayu Tribuana Tunggadewi, Sri Wilwatiktanagareswara Sri Rajasanagaragharbott Pasutinama Dyah Sri Hayam Wuruk.
Halah, intinya Hayam Wuruk lah, aku tau lidahmu bakal keseleo kalau baca panjang panjang.
Ha ha
Hayam Wuruk menatap Mahapatih penuh bangga. "Aku tau paman Mada tidak akan pernah gagal, Selamat atas keberhasilanmu menakhlukkan daerah tumasik paman."
Mahapatih yang di pujipun menunduk hormat. "Terimakasih Baginda, hamba akan berusaha lebih keras untuk mewujudkan sumpah hamba untuk mempersatukan bumi Nusantara."
Sekali lagi Hayam Wuruk tersenyum bangga. "Semoga berhasil paman restu rakyat Majapahit selalu menyertaimu"
***
Setelah melakukan penyambutan atas kemenangan Mahapatih Gadjah Mada setelah berhasil menakhlukkan tumasik, semua anggota kerajaan kembali kekesibukan masing masing, termasuk raja Hayam Wuruk yang tampak sibuk berkutat dengan berkas rakyat di ruang kerjanya, seperti biasa, malam tak akan bisa menghalangi usahanya untuk mensejahterakan wilwatikta.
"Huffftt." Helaan nafas yang entah kesekian kalinya ia lakukan di tengah malam gelap gulita ini, dan kertas yang di pegangnya merupakan berkas terakhir untuk urusan seminggu kedepan, sudah menjadi kebiasaanya yang selalu menyelesaikan pekerjaan sebelum waktunya, tak akan berhenti jika belum selesai sepenuhnya, baginya hal ini bagian kecil dari tugas seorang raja, bagian utama yang dia harus lakukan adalah, memikirkan bagaimana cara untuk mensejahterakan perekonomian kerajaan yang ia emban.
Sungguh, di usianya yang baru menginjak 21 tahun ini dia benar benar di sukai sekaligus di takuti oleh rakyat dan musuh Majapahit, dia raja muda yang di cintai, sangat mumpuni dan membuat luas wilayah yang sebelumnya di pimpin oleh sang ibunda berkembang pesat.
Hari harinya selalu sibuk memikirkan bagaimana caranya mensejahterakan rakyat, di otaknya benar benar hanya ada Rakyat, Rakyat dan rakyat.
Kini Kaki sang raja menuntutnya melangkah menuju tempat favorit yang akan ia datangi seketika hatinya sedang gundah atau sedang banyak pikiran, tempat yang dipenuhi pohon beringin besar dengan angin spoy menenangkan di tengah malam, sangat strategis untuk merenung.
Hayam Wuruk duduk bersandar di salah satu pohon seraya merenung, malam hari benar benar waktu yang tepat untuk mendekatkan diri kepada sang kuasa, dan itulah yang saat ini sang raja lakukan, memejamkan mata seraya merapatkan doa doa suci untuk menjernihkan hati, memasrahkan segalanya kepada sang pencipta, hingga suara tapak kaki membuyarkan fokusnya.
"Mohon ampun Baginda, apa yang sedang anda lakukan di tengah malam begini?" Ujar seseorang yang baru saja datang, tutur katanya terdengar sangatlah lembut nan santun, membawa kesan damai.
Hayam Wuruk membuka kembali matanya seraya menatap kearah pemuda itu kemudian tersenyum. "Apa kamu lupa kalau aku sering kesini untuk menenangkan pikiranku?"
Hayam Wuruk menatap hamparan langit yang semakin gelap, menghembuskan nafasnya lelah seraya berucap. "Aku hanya sedang berpikir, kurasa aku akan melakukan meditasi untuk melakukan pendharmaan"
Dapat dilihat jika pemuda yang kini berlutut sambil menundukkan kepala penuh hormat di sebelah sang raja, ia sedikit terkejut mendengar hal itu. "Maaf, bukan maksud hamba lancang, tapi sebaiknya di tengah malam begini anda beristirahat sejenak, angin malam tidak baik untuk kesehatan anda". Lanjut nya masih dengan suara sopan penuh hormat.
Lagi lagi senyuman manis terbit di wajah Hayam Wuruk. "Tidak nak, masih banyak rakyatku yang kelaparan diluar sana, Masih banyak yang tidak dapat bekerja, Masih banyak yang mengalami kesulitan, dan bagaimana bisa aku istirahat sementara mereka kesulitan? Aku harus menjawab apa saat di hadapan Sanghyang nanti?"
Hati sang pemuda sedikit tersentil, ucapan yang baru saja keluar dari mulut rajanya bukan sekedar bualan, dia tau rajanya tidak pernah main main, terkadang dia berfikir apakah pengorbanan yang selama ini di lakukan sang raja tidak cukup membuat jiwanya sedikit puas?
"Raja yang perkasa." Batinnya
"Jika tidak ada yang di bicarakan lagi, bisakah kamu membiarkan aku sendiri nak?" Perintah, ah tidak, itu lebih disebut sebagai permintaan dari Hayam Wuruk.
Sang pemuda yang mengerti segera menunduk. "Kasindian dawuh Baginda, hamba mohon undur diri." Pamitnnya kemudian melangkah pergi setelah mendapat anggukan dari Hayam Wuruk.
Mata tajam Hayam Wuruk masih terus menatap punggung sang pemuda yang kian menjauh memasuki hutan, pikiran yang tadi sempat bimbang kini menjadi sedikit lebih tenang, sekali lagi ia menghela nafas.
Setelah dirasa hanya tinggal dirinya sendiri, Hayam Wuruk memutuskan kembali melanjutkan meditasinya, menjernihkan hati untuk mendekat kepada Sanghyang Karsa, meminta petunjuk untuk membuat Wilwatikta lebih berjaya lagi.
Tiba tiba angin yang berhembus disekitarnya menjadi semakin dingin, pendengarannya pun mendengar suara tiupan angin yang entah dari mana, Hayam Wuruk bisa merasakan dengan jelas jika jiwanya seakan di tarik keluar, jantungnya berdetak lebih cepat hingga dirinya melihat cahaya putih menyentuh kepalanya dan...
Semuanya menjadi gelap.
"Ayah!"
***
To Be Continue
Follow IG : @sydh_jazilah08
KAMU SEDANG MEMBACA
Attachment [MAJAPAHIT]~on going
Fantasy⚠️ •Cerita mengandung kata kata kasar dan adegan kekerasan •Fantasi •18+ (kecuali author) APAPUN BISA TERJADI DALAM SEJARAH KADANG YANG DI FAKTAKAN BELUM TENTU ITU FAKTANYA ______________ "kamu siapa?". tanya seseorang berpakaian aneh ya...