[24]Putra Sang Mada

558 74 16
                                    

⚠️TYPO BERTEBARAN

***

"Sumpah ingsun amukti Palapa"

Bella yang mendengar suara lantang itu segera berbalik, dia menatap kearah sebuah bangunan dengan lapangan luas serta banyaknya orang orang aneh berkumpul disana, langkah kakinya menuntun untuk mendekat, atensi kesadaran Bella seluruhnya hanya terfokus kearah tiga manusia yang saling berhadapan di dekat bangunan aneh seperti candi, Bella terus berjalan tanpa menyadari perlahan orang orang di sekelilingnya menghilang dan menyisakan dua orang dengan seorang bayi di gendongan sang wanita itu.

Bella mematung menatap seorang wanita berwajah cantik khas Nusantara dengan aura wibawa yang-

"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palap"

Pria itu berucap dengan tegas nan lantang dengan tatapan mengarah tepat kearah wanita dan seorang bayi di depanya, Bella masih mematung merasakan betapa hebatnya aura kewibawaan yang menguar di sekeliling tiga orang itu, wanita yang menggendong seorang bayi tersebut berjalan melangkah mendekati si pria dengan langkah pelan gemulai.

Sikap yang lembut nan santun itu benar benar khas Jawi sekali.

Keduanya berhadapan, pria jangkung dengan tubuh kekar tapi terkesan kurus itu tersenyum tipis, sedangkan si wanita dengan rambut hitam legam dan panjang langsung menunduk seraya tersenyum sebagai bentuk rasa takdzim, tatapannya begitu teduh menenangkan, astaghfirullah dia benar benar cantik, nyaris membuat Bella belok, eh- astaghfirullah.

Tangan pria itu tergerak menggendong sang bayi, berbeda dengan beberapa saat lalu yang terlihat garang dan tegas, kini pria itu terlihat sangat lemah lembut menimang sang bayi penuh kasih sayang, bayi itu terlihat manis dan imut, sangat berbeda dengan bayi pada umumnya.

Tatapan dua orang dewasa itu saling tatap dan meneduh, keduanya tersenyum haru lalu sama sama menatap sang bayi.

"Putraku...". Gumam sang pria.

Tanpa sadar air mata Bella ikut menetes melihat keharuan di depanya, keluarga kecil itu begitu istimewa di mata Bella.

"Aku bersumpah akan membuat dia menjadi raja besar di masa yang akan datang adinda" wanita itu mengangguk haru.

"kita akan membuat dia menjadi raja terbesar sepanjang sejarah Wilwatikta"

"Ini sumpahku..."

"SUMPAH UNTUK PUTRAKU"

"Smara Bhumi Adi Manggala..."


Hayam Wuruk terperanjat kaget ketika Bella tiba tiba terbangun dari tidurnya, gadis itu terengah-engah dengan keringat mengalir deras di pelipisnya, Bella telrihat bingung, tubuhnya bergetar, tatapnya bergerak tak tentu arah.

"Adinda, kau tidak apa apa?"

Tak ada jawaban, bahkan Bella masih membelakangi Hayam Wuruk, Hayam Wuruk mendekat hendak menyentuh pundaknya. "Adinda kau kena-"

"Jangan sentuh!!!". Bella langsung berdiri dan menunjuk tepat kearah Hayam Wuruk, dan seketika hatinya mencolas ketika melihat deraian air mata di pipi Bella, gadis itu masih terisak, air matanya terus mengalir deras.

Hayam Wuruk berdiri hendak mendekat tapi Bella langsung menghindar. "Tenanglah... Aku Hayam Wuruk, aku tidak akan menyakitimu". Bujuknya pelan, dan berhasil.

Perlahan tangan Bella yang awalnya menunjuk turun, tatapan Bella menjadi kosong, tiba tiba tubuhnya terasa lemas, tapi dengan sigap Hayam Wuruk menangkapnya sebelum terjatuh, Hayam Wuruk mengangkat tubuh gadis itu ala bridal style dan membawanya kekamar, melangkah dengan tenang seakan tanpa beban.

Attachment [MAJAPAHIT]~on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang