⚠️TYPO BERTEBARAN
***
07.15
Pagi yang cukup cerah, seharusnya Bella sudah berangkat ke sekolah setengah jam yang lalu, tapi mengingat dirinya demam semalaman, si dia ngelarang buat masuk sekolah dunk, entah Bella pun tidak tau apa motifnya sampai dia maksa begitu, tapi jujur, dalam hati kecilnya sikap raja yang seolah menghawatirkannya membuat hati bella rindu dengan kasih sayang nenek, selama ini neneknya lah yang selalu menemani dan menyayanginya, soal masa kecil, maaf Bella bahkan tidak ingat apakah dirinya diberi kesempatan oleh Sanghyang untuk menikmatinya, Bella juga tidak tau siapa orang tuanya, terkadang rasa itu juga akan hadir kala dirinya termenung, rasa dimana benaknya selalu bertanya 'bagaimanakah rasanya masa kecil?' dan 'apakah dirinya punya masa kecil? Lantas kenapa tak ada ingatan satu pun tentang masa indah itu?'
Bella duduk dengan bibir sengaja di monyong monyong kan nggak jelas di sofa depan tv, bukanya imut tapi jatohnya malah kek monyet, sesekali mengayunkan kakinya karena gabut pagi pagi.
Dan yang lebih bangsatnya lagi, Bella tuh lagi kesel karena pembicaraan semalam belum selesai, karena si ayam ini nggak mau ngelakuin malah nyuruh Bella tidur, padahal kan Bella masih punya banyak pertanyaan, lalu entah kenapa dan sejak kapan Bella sudah tertidur pulas.
Wajahnya semakin di tekuk saja ketika melihat sebuah tangan kekar yang menyodorkan piring berisikan nasi goreng buatanya di depanya.
"Ck! Nggak mau raja! Aku nggak laper!". Bella mendorong pelan tangan itu.
"Lihat wajahmu, kau sangat pucat, kenapa kau keras kepala sekali adinda". Dan yah, kesabaran Hayam Wuruk mulai terkuras untuk menghadapi tingkah Bella yang jadi kekanakan ketika sakit, Bella menatap kearah Hayam Wuruk dengan mata yang sudah berkaca kaca, bahkan se sebagai ini!?
"Astaga, lucu sekali"
"Aku nggak laper, jangan maksa dong, jahat banget sih". Sungut Bella, bahkan suaranya sudah bergetar karena tangis, Hayam Wuruk menghela nafas, dari pagi gadis ini sudah di suruh mandi tapi tidak mau, di suruh pakai baju tebal juga tidak mau, sekarang disuruh sarapan pun tidak mau! Apa sih maunya? Lama lama Hayam Wuruk bisa mati muda kalau begini!
Ia memutuskan untuk duduk di sebelah Bella yang masih memandang tv menyala di depanya tanpa minat, entah film apa yang dia tonton Hayam Wuruk tidak tau, hanya ada dua bayi bajang botak, itu aja sih setau Hayam Wuruk.
"Kamu maunya apa hmm?". Tanyanya sambil membenarkan rambut Bella yang memang kayak singa, orang belum mandi!
Bella menepis tangan Hayam Wuruk dan menatapnya sengit. "Gara gara kamu aku nggak sekolah, padahal kan cuma demam biasa, aku pusing tau harus mikirin pensi apa yang cocok buat aku! Udah tampilnya tiga kali, solo, waktunya mepet lagi, argh bihadap emang si Sania!". Rancaunya sambil mencak mencak tidak jelas membuat Hayam Wuruk harus menahan tawanya. Lihatlah betapa imutnya gadis ini, mata sembab, hidung merah karena demam dan tingkahnya yang seperti anak kecil, itu sangat... Menggemaskan. Eh
"Tampil apa? Sania itu apa? Kamu mau ke solo?". Tanya Hayam Wuruk, dia memang sedang bingung mendengar beberapa kalimat aneh yang belum ia tau, sementara Bella menghela nafas lelah, tangannya tergerak mengambil selembaran kertas dari cepitan sofa, oh bahkan sudah cukup banyak lipatan lipatan kertas semacam itu di sana, Bella menyodorkannya ke Hayam Wuruk, pria itu pun menerima dan langsung membuka, menscean satu persatu kalimat untuk bisa memahami isi dari lembaran tersebut.
Entah kenapa tatapan Hayam Wuruk menjadi aneh, ia menatap Bella yang asik mengayun ayunkan kakinya. "Surat untuk orang tua?". Bella mengangguk pelan. "Oh, aku mengernyitkan sekarang, kamu nggak bisa kasih ini ke orang tua kamu karena kamu nggak punya orang tua? Lalu kamu bingung siapa yang akan menghadiri-"
"Hais! Bukan itu masalahnya, kalau itu mah udah biasa kali raja! Aku juga udah biasa ambil rapot sendiri, masalahnya itu...". Dan mengalir lah cerita Bella tentang bagaimana Sania memaksanya menandatangani edaran bihadap berupa pensi untuk perpisahan tahun ini yang sempat tertunda enam bulan karena covid, entah dorongan dari mana Hayam Wuruk tergerak untuk mengambil piring berisi nasi goreng lalu menyodorkan sesendok ke mulut Bella, Bella sempat ingin menolak. "Coba deh, siapa tau nanti dapat ide". Bujuk Hayam Wuruk, dan ya, entah sadar atau tidak Bella langsung menerima suapan itu, ide bagus Ferguso!
Hayam Wuruk sempat terkekeh kala melihat Bella geregetan sendiri karena bercerita kalau hari H sudah sangat dekat sementara dirinya belum tau akan menampilkan apa?
"Jadi gitu, aku tuh pusing raja! Mana seminggu lagi harus lomba adu bacot juga! Ah elah!!!". Bella mengacak acak rambutnya kesal, suapan itu masih berlanjut, pria itu benar benar telaten menyuapi Bella. Dalam tanda kutip, tanpa Bella sadari.
"Bagaimana kalau menyanyi?". Saran Hayam Wuruk, Bella masih mengunyah tapi terhenti sejenak kemudian membulatkan mata dan menatap Hayam Wuruk binar. "Bwhenar hyugha".
"Telan dulu!". Hayam Wuruk meraup wajah Bella gemas, Bella segera mengunyah dan menelanya cepat. "Bener juga, eh tapi kan solo raja, gak papa deh nanti minta tolong kak Kevin buat mainin gitarnya". Seketika tangan Hayam Wuruk yang hendak menyuap berhenti, hanya sebentar kemudian menyiapkan lagi, jangan tanya kenapa berhenti? Itu hanya reflek, mungkin.
Bella langsung mengotak Atik ponselnya sambil terus mengunyah, bahkan nasi di piringnya tinggal setengah. "Lagu apa ya...". Gumamnya terus menschrol beranda YouTube, entah kebetulan dari mana lagi kemarin yang sempat dia lihat saat sedang di ruang kepala sekolah muncul di beranda.
Bella segera menyodorkan ponselnya. "Raja liat, gimana kalau aku nyanyi ini, pasti bagus- ck raja ih! Liat sini dulu". Bella mendengus kesal, pasalnya Hayam Wuruk selalu menolak ketika berurusan dengan ponsel dan tv, pokoknya benda benda berjenis itu lah, padahal kan mereka nggak gigit.
"Ck, kamu kenapa sih!? Ponsel aku nggak gigit". Hayam Wuruk tetap menoleh kearah lain, Bella menyerah, ia menghembuskan nafas kasar, niat ingin minta pendapat malah di kacangin.
"Maaf, aku tidak suka cahayanya, benar benar mengganggu mataku jika aku berburu nanti, dan itu tidak baik, sebaiknya kamu jangan gunakan benda bersihir itu adinda, ini demi kebaikanmu". Tuturnya bijak, ck! Bijak apanya, bisa bisa Bella jadi kolot juga kalau tanpa ponsel.
"Susah juga ngomong sama manusia purba!"
"Eh tapi kurang dua lagi, menurut kamu apa?". Ucap Bella dengan semangat 69, Hayam Wuruk menoleh sambil menyingkirkan benda kotak bersihir itu menjauh. "Menari"
Raut wajah Bella berubah, wajahnya berubah jadi bodoh, seumur umur dia bahkan tidak pernah tau satu nama tari tarian di Indonesia, lah ini di suruh menari? Ya kali!
"Aku mana bisa menari, aku nggak paham begituan". Keluhnya memelas, Hayam Wuruk kembali menyuapkan sesuap nasi dan di terima dengan baik oleh mulut Bella. "Hmmm bagaimana kalau aku yang mengajarimu? Aku sering melihat Nertaja dan Pitaloka menari, aku akan menjadi pasanganmu". Hayam Wuruk tersenyum setelah menyiapkan suapan terakhir, sedangkan Bella masih tampak syok mendengar ucapan Hayam Wuruk tadi, dia mau jadi partner dan mengajarinya menari?
"M-memari... Denganku...?"
Dengan santainya Hayam Wuruk mengangguk seraya tersenyum, tak tau kah jika kalau senyumnya itu tidak baik untuk jantungnya Bella?
Bella bergerak menyentuh dadanya sendiri.
Hayam Wuruk meletakkan piring yang telah kosong membuat Bella tersadar jika dia telah menghabiskan sarapan, tapi tetap saja wajahnya masih bego.
"Tiga hari". Bella menatap kearah Hayam Wuruk. "Kita gunakan tiga hari ini untuk berlatih". Selanjutnya tatapan Hayam Wuruk berubah...
"Dan itu lebih dari cukup untuk menyempurnakan semuanya"
Sumpah Bella syok!
"Jantung aman kan?"
"Dimulai dari malam ini"
***
To Be Continue
Note: makasih dah mau baca cerita gaje bin ambyar nya Ridha;)
Sayang kamu banyak banyak
Next chap insyaAllah kita bengek lagi:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Attachment [MAJAPAHIT]~on going
Fantasy⚠️ •Cerita mengandung kata kata kasar dan adegan kekerasan •Fantasi •18+ (kecuali author) APAPUN BISA TERJADI DALAM SEJARAH KADANG YANG DI FAKTAKAN BELUM TENTU ITU FAKTANYA ______________ "kamu siapa?". tanya seseorang berpakaian aneh ya...