RS

1.3K 156 7
                                    

Setelah 1 jam gracia kembali ke rumah sakit dan kembali duduk didepan ruang icu, meskipun disana ada shani, tp mereka tak berinteraksi. Shani beberapa kali mencuri pandang pada gracia, sedangkan gracia hanya menatap sendu pada celine yg ada didalam. Shani ingin mengajaknya mengobrol namun ia masih terasa canggung, namun tak bisa dipungkiri, menatap gracia dari samping adalah sesuatu yg membutnya betah, apa lagi jika melihat hidungnya.

Tak lama suster icu keluar. "pak, bu, sudah waktunya jam besuk, silahkan bila ingin menemui pasien"

"baik sus, terima kasih"

Baik gracia dan shani masuk dan mereka berseberangan, gracia di kanan celine, dan shani di kiri celine. Gracia duduk dan menggenggam tangan celine, ia menatap intens pada celine seakan sangat menunggu kapan waktunya celine bangun, tangan kiri gracia terangkat untuk mengusap lembut kepala celine. Sedangkan shani mengelus pelan tangan kiri celine. Ia juga menunggu kapan celine membuka matanya.

Tiba2 celine sedikit bergerak dan perlahan membuka matanya. Baik gracia dan shani sama sama terkejut, beberapa saat kemudian celine menatap gracia dan mengembangkan senyum tipis.

"ka gre...." ucapnya lirih.

Gracia segera memeluk celine nmun ia lakukan dengan hati2, saat gracia memeluk, celine juga sempat menoleh kearah kiri dan menatap shani disana. Sedang menggenggam tangan kirinya, tangan kiri celine pun terangkat dan mengelus pipi shani.

Tak banyak yg bisa mereka lakukan, hanya saling menggenggam tangan untuk saling menguatkan, gracia dan celine masih berinteraksi, sedangkan shani memperhatikan keduanya.

"keluarga celine" panggil seorang suster.

"iya sus?" ucap gracia dan shani.

"dokter menunggu kalian diruangan"

"baik sus" ucap gracia

"biar saya saja yang mengadap dokter" ucap shani.

"shan?" tanya gracia

"saya kaka nya celine sus" ucap shani, awalnya suster melirik antara celine dan shani, baru suster mengiya kan.

"ikut saya".

"shani..." ucap gracia.

"kamu tunggu disini, jagain celine".

Dan kini shani sudah diruangan bersma dokter penanggung jawab.

"selamat datang ibu...."

"shani dokter.

"baik ibu shani, ibu siapanya celine?"

"saya kaka nya dokter".

"baik. Mohon maaf sebelumnya ibu, hasil dari CT-Scan pasien. Disana kmai menemukan sebuah jaringan abnormal yg tumbuh di otak adik ibu. Jaringan itu mengambil semua nutrisi yg dialirkan darah menuju otak sehingga otak kekurangan nutrisi, karna itulah kesadaran adik ibu menurun, jaringan itu akan semakin membesar dan akan membuat otak kehilangan kemampuannya untuk mengendalikan tubuhnya sendiri, kami juga menemukan bekas operasi di kepala adik ibu dan menemukan bahwa ini bukan cuma berulang tapi sudah berlangsung lama"

"ma.. Maksud dokter?" tanya shani tak percaya.

"itu tumor otak, ibu. Adik celine ini sudah pernah operasi sebelumnya namun tumbuh lagi. Dan bila dibiarkan, pasien bisa meninggal".

Shani tak percaya bila celine yg begitu ceria, bisa menyembunyikan hal ini, setelah berbincang lagi dan mengobrol dengan mama celine melalui telepon, shani kembali ke ruangan.

Sesampainya disana, ia melihat gracia yg setia mengusap lembut tangan celine yg ia genggam. Ia begitu sabar menanti celine sadar, kini iapun menghampiri gracia dan mengusap pundaknya pelan.

"kamu yg sabar ya" ucap shani

Gracia hanya membalas dengan anggukan.

Shani pun hanya bisa diam, dan berdoa semoga dapat diberi yg terbaik.

"maaf kak, jam besuk sudah habis, silahkan menunggu diluar" ucap salah seorang perawat yg mengampiri mereka.

Keduanya mengangguk paham. Namun sebelum pergi, gracia sempat mencium punggung tangan celine. Shani melihatnya dengan jelas, itu membuat hatinya sedikit teriris, karena..... Itu adalah hal yg gracia lakukan padanya dulu, dan itu tandanya gracia enggan berpisah. Perlakuan manis itu membuatnya sedikit termenung, apa yg gracia lakukan pada celine adalah hal yg biasa dilakukan padany dulu. Ia merindukan perlakuan gracia yg lembut, hati2 dan penuh perasaan, memang seno awalnya adalah tipe ideal untuk shani maupun keluarganya, ia mapan, baik dan  keluarganya sangat menerima shani dengan baik, namun pasti cepat atau lambat ia akan tau kepribadian aslinya seperti apa.

"shani.... Ayo" panggilan gracia menyadarkan shani dari lamunan.

Kini keduanya duduk di kursi ruang tunggu, gracia hanya diam menatap pintu ruangan, berharap waktu cepat berlalu menuju jam besuk selanjutnya sehingga bisa bertemu celine. Sedangkan shani sering curi2 pandang kearah gracia, ingin sekali rasanya mengajaknya mengobrol, namun entah mengapa rasa canggung masih menyelimutinya.

"kamu ga pulang? Biasanya kalau di kampus kamu jam segini udah dijemput",  ucap gracia.

"eng... Enggga.... Aku disini mau temenin celine" ucapnya kaku.

"kalau kamu dicariin nanti atau mau pulang, pulang aja gapapa, aku bisa nunggu disini sampai mama celine kesini" ucap gracia.

"ii.. Iya.." ucap shani lebih kaku lagi. Bahkan shani sempat berfikir bahwa gracia tak ingin ada dia disana. Namun ia tak mungkin pergi karena dia disini untuk celine.

"gee... Kalau kamu ngantuk, tidur aja. Aku yg jagain celine". Ucpanya melihat mata gracia yg memerah dan kantung mata yg mulai menampakkan wujudnya.

"aku ga ngantuk" ucap gracia singkat. Sehingga shani makin canggung. Padahal shani ingin sekali mengobrol, ia ingat dulu gracia sangat bawel, ia bisa memaklumi situasi ini, namun bginya skrng, gracia terlalu kaku padanya.

"gimana tadi kata dokter?" tanya gracia.

Shani terkejut dengan pertanyaan itu, ia bingung harus menjawab apa. Apakah harus jujur, atau ia tak mengatakan yg sebenarnya.

"shaan..." ucap gracia yg menyadarkan shani. Dengan ragu2 ia memberikan hasil itu pada gracia, dan pelan2 mulai menceritakan apa yg dokter ceritakan tadi.

"shan ini bohong kan?"

"aku juga ga percaya ge. Tapi itu yg dokter bilang tadi".

Graciapun menghampiri dan melihat celine yg masih terbaring lemah didalam sana. Mereka terus duduk menunggu, masuk saat jam besuk dan saling bergantian pulang untuk berganti pakaian.

Setelah berhari2 dirawat kondisi celine naik turun, sempat sadar dan mengobrol namun kembali turun bahkan sempat tak sadar. Dan kini kondisinya semakin lemas dan membutuhkan donor darah. Sayangnya golongan darah B disana, gracia berinisiatif mencari darah di PMI namun stock disana udah habis.

Gracia kembali ke rumah sakit. Ia melihat mama celine sedang memeluk shani, gracia memghampiri, semakin dekat semakin terdengar isak tangis yg berasal dari mama celine.

"shani?"

Shani menoleh dengan mata sembab dan airmata yg mengalir deras. Gracia pun panik dan langsung melihat dari jendela pintu. Air matanya meleleh saat dokter menutup tubuh celine dengan selimut.

"CEELIIIINEEEEEE....!!!"



Akhirnya dilanjut lagi, meskipun makin sini makin lama upnya. Moga masih ada yg nungguin yaaa.... Maaf ya lama banget.

Btw setelah ini di up aku gatau kapan cerita ini up lagi, tp yg pasti, aku bakal usahain cerita ini akan aku selesaikan. Makasih yg udah komen vote ataupun baca.

See you at the next part.

Hasil Halu AjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang