Gracia pun turun dari motornya yg sudah terparkir di halaman rumah itu, Membantu shani membuka helm, dan menuntun shani untuk masuk kerumah itu. Setelah mengetuk pintu. Keluarlah sesosok wanita paruh baya yg terlihat awet muda, hanya rambutnya yg sedikit memutih namun wajahnya tidak ada keriput sama sekali.
"mamiiiih" ujar gracia sambil memeluk ibunya. Shani sedikit terkejut mengetahui bahwa wanita ini adalah ibunya gracia. Sungguh tak terlihat seperti wanita paruh baya, gracia dan ibunya malah terlihat seperti adik kaka yg hnya beda beberapa tahun saja
"duh nak, kok ga kabarin mamih sih? Mamih kan bisa siapin makanan yg banyak kalau tau kamu mau pulang"
"aku kan pulang buat ketemu mamah bukan buat makan, kalau makan tinggal ke warteg depan kampus" ujar gracia cemberut.
"udah dooong jangan manyun2 gtu ih, nanti kamu saingan ama mamih lucu nya"
"ya kan emang kamu mah lucu kaya mami" ujar graci Terzenyum lebuar sambil menekan pipinya dengan telunjuk. Membuat shani menahan dirinya sekuat tenaga untuk tidak menguyel2 pipi gracia.
"hehehe dasar, oh ini siapa nak?"
"ini, pacar gre mih, namanya shani"
"oooh salam kenal, saya veranda, mama nya gracia, ini pertama kalinya loh gracia bawa pacar kerumah". Ujar mamih ve dengan ramah.
"iya tante, saya shani" ucap shani sambil mencium tangan mamih ve.
"yu masuk nak, ajak shani nya yaaa".
Mereka pun masuk ke rumah mamih ve, shani terlihat takjub dengan apa yg dilihat nya, memang dari luar terlihat memakai bilik bambu, tapi didalam rumah ini begitu mewah namun sederhana, dinding bambu itu ternyata didalamnya dilapisi oleh tembok yg kokoh, shani pun terkejut melihatnya.
"kaget ya shan? Jadi dulu ini gudang perabotan, dulu kami tinggal disini, sampai ayah gracia punya usaha dan sukses, dia bisa memperbaiki rumah ini. Tapi dia gamau rubah bentuk awal rumah ini, katanya biar kami ingat dari mana kami berasal"
Shani pun mengangguk paham.
"mih, nanti kita ziarah yu" ujar gracia
"boleh, nanti mami minta tolong si mbak buat siapin bunga2 nya ya" jawab mamih ve
"ziarah?" tanya shani.
"iya shan, kita nanti ke makam papi"
"shani sedikit terkejut mendengar hal itu".
"papi berpulang setahun lalu, dia terkena DBD, dulu dia pernah demam tinggi, tapi dia enggan ke dokter karena usahanya harus dia perhatikan, demi mengidupi kami". ujar gracia lemas.
"maaf ya gre"
"gapapa kok, kamu gada salah apa apa, kok minta maaf?"
"yu nak, kita ziarah, shani mau ikut?"
Shani pun mengangguk. Dan mengikuti ibu dan anak ini untuk berziarah ke makam ayah dan suami tercinta.
Setelah selesai ziarah mereka kembali kerumah. dirumah shani asik mengobrol dengan gracia, mami ve dan mba. shani merasakan nyaman dirumah ini karena mami ve memperlakukannya seperti ia memperlakukan gracia.
Hari pun sudah menuju sore. Gracia bersiap untuk pulang. Shani pun sudah siap namun tiba2 hp nya berbunyi, dan shani pun sedikit menjauh dari gracia. Setelah telepon selesai, shani pun menghampiri gracia.
"telepon dari siapa?" tanya gracia.
"dari.. Papa" jawab shani.
Gracia pun mengangguk paham dan tersenyum, mungkin dia terlalu overthink dan tak terbukti.
"yaudah yu pulang yu"
Shani pun naik ke motor gracia dan memeluknya erat.
"gee kalau aku diem aja berarti aku tidur yaaaa" ucap shani sedikit meninggikan suaranya agar terdengar oleh gracia.
"iyaaa, pegangan aja yg kenceng". Jawab gracia
Shani pun memeluk gracia semakin erat, lalu memejamkan matanya. Namun tidak seperti biasanya, pelukan shani lebih kuat dari biasanya, seakan ia ketakutan dan nafas nya pun tidak tenang seperti biasanya. Gracia tak mau ambil pusing karena ia harus fokus ke jalan. Semoga yg ia takutkan tak terjadi.
Makin ga jelas ya ceritanya? Wkwkwkwk
Tp ku bakal terus terima kasih ke semua yg udah baca, vote ataupun komen.
Maaf kalau ada kesalahan dan semoga menghibur yaaa.