Pain Rainier

438 76 2
                                    


Tahun 2020, Rusia.

Hyunsuk sudah nyaman tinggal di Rusia, sudah cukup bahagia tinggal disana tanpa perlu memikirkan tentang bisnis ayahnya yang kotor.

Hyunsuk bahkan hampir lupa kalau dia punya rumah, Hyunsuk tak ingin pulang lebih tepatnya.

Setelah mendedikasikan hidupnya di dunia perkampusan musik, Hyunsuk pun lulus dengan nilai sempurna.

Dia beralih pindah ke rumah yang lebih layak setelah kelulusan, sesekali pergi keluar menikmati tiap sudut keindahan Rusia.

Mengisi waktu luangnya, Hyunsuk bermain viola didepan air mancur tengah kota.

Disana Hyunsuk mendapatkan beberapa uang tambahan, berlahan membuatnya tidak punya pikiran untuk pulang.

Sudah lima tahun lamanya dia tinggal disana, teman punya, uang punya, rumah pun ada. Mungkin Hyunsuk akan menghabiskan seumur hidup di negara itu.

Tapi pepatah yang mengatakan bahwa 'manusia hanya bisa berencana sisanya Tuhan menentukan' itu ternyata benar adanya.

Hyunsuk suatu hari mendapatkan telepon dari Tuan Kim. Hyunsuk mengangkatnya dan suara ricuh langsung masuk ke telinganya membuat Hyunsuk bingung sekaligus panik sendiri.

"Halo?!"

Hyunsuk tak mendengar jawaban apapun, sampai 5 menit lamanya dia hanya mendengar suara putus-putus.

Hyunsuk langsung memesan tiket pesawat pulang ke tanah kelahiran setelah telepon dari Tuan Kim tiba-tiba terputus.

Hyunsuk sudah memesan pesawat yang paling cepat jadwalnya tapi dia tetap terlambat.

Betapa terkejut Hyunsuk saat dirinya turun dari taksi dan melihat rumahnya sudah hangus dalam lahapan api yang berlahan padam akibat hujan.

Hyunsuk membuka pagar rumahnya dengan tangan gemetaran, di seluruh area rumah terdapat banyak mayat bawahan ayahnya.

Hyunsuk berjalan pelan hingga ke teras rumahnya.

Hyunsuk tak sanggup lagi berjalan, kakinya lemas sudah ketika tubuh ayahnya terdampar di depan matanya.

Hyunsuk terduduk, "ayah? Ayah bangun... Ayah, aku pulang ayah... Aku sudah pulang..."

Tak ada jawaban.

Air matanya mengalir deras mengingat selama ini dia selalu mengabaikan juga bersikap tidak sopan pada ayahnya.

Hyunsuk lupa akan rumahnya sendiri.

"Ayah-"

"Mama! Mama!"

Kepala Hyunsuk terangkat untuk melihat ke sekitar, suara ini terdengar familiar.

Hyunsuk berdiri masuk ke dalam rumahnya dengan hati-hati.

Di ruang tengah dia melihat seorang pemuda sedang menangisi tumpukan reruntuhan.

"Jihoon?"

Pemuda itu menoleh, dia segera berlutut di hadapan Hyunsuk.

"Master t-tolong mama... Mama tertimpa runtuhan it-itu ta-tadi masih ada suara-"

Hyunsuk terdiam.

Dia berusaha mengajak anak itu berdiri, "Jihoon-"

"Tidak Master! Mama masih hidup! Dia tidak akan meninggalkanku... Aku-"

Hyunsuk berjongkok kemudian dia tarik pemuda itu kedekapannya, "Jihoon, maafkan aku..."

Tak ada lagi percakapan, hanya ada suara gemuruh langit dan tangis derasnya Jihoon di tengah kekacauan malam itu.



Character corner (Tuan Kim)

Merupakan kepala pelayan rumah Hyunsuk sekaligus ayah dari Yoshi dan Mashiho. Sudah bekerja dibawah perintah Tuan Besar Choi sejak mereka berdua masih muda.

Meskipun sudah sering bersama, Tuan Besar Choi masih suka memberi hukuman berlebihan pada Tuan Kim tanpa alasan yang jelas. Tapi entah kenapa Tuan Kim tak pernah dendam pada Tuan Besar Choi.

Therefore [sukhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang