Blank

82 14 0
                                    

Sinar matahari menyelinap masuk ke ruangan tersebut melalui sela-sela gorden yang tertutup. Jihoon membuka matanya, terbangun untuk segera mandi dan menyiapkan sarapan tuannya.

Langkah Jihoon terhenti di depan pintu kamar yang asing baginya. Jihoon melihat ke sekitar dan teringat.

Jihoon sedang tidak di rumah.

Jihoon sudah tidak pulang selama 5 hari lamanya. Lima hari atau lebih, Jihoon ingat sudah berhenti menghitung waktu karena tak ingin menyakiti dirinya sendiri dengan fakta bahwa sejauh ini tuannya tak pernah sekalipun datang mengunjungi atau bahkan mengirimkan pesan kepadanya.

Setelah hari itu. Setelah hari dimana Hyunsuk memilih untuk tutup mata dan membuangnya begitu saja tanpa memberi dirinya kesempatan untuk menjelaskan.

Jihoon kembali duduk di sofa tempat dirinya terbangun tadi.

Tidak. Yang salah itu dirinya. Seharusnya dia tidak semudah itu masuk ke dalam perangkap Yoshi. Yoshi pasti sudah merencanakan semua ini agar tuannya membenci Jihoon. Agar Jihoon dibuang.

Jihoon lah yang bodoh.

Pemuda itu berangkat dari sofa untuk keluar dari kamar inap diam-diam. Tiba-tiba perutnya terasa lapar, sudah berapa hari sejak terakhir dia makan dengan benar?

Jihoon tidak ingat.

Sudah berapa lama sejak terakhir Jihoon kelaparan begini?

Jihoon tidak ingat. Hyunsuk tidak pernah membiarkannya kelaparan.

Jihoon sampai di sebuah minimarket hanya untuk membeli makanan instan. Ia duduk di kursi minimarket yang kosong dan makan dengan tenang.

Jihoon ingat selalu memakan makanan instan bersama ibunya dahulu sebelum mereka dibawa masuk ke rumah keluarga Choi. Ibunya selalu pulang membawa makanan yang pas hanya untuk mereka berdua, tapi Jihoon selalu dapat porsi lebih karena ibunya tidak pernah memakan habis makananya.

Atau mungkin ibunya sejak dahulu selalu sengaja makan tidak habis agar Jihoon dapat makan lebih banyak.

Jihoon tidak pernah sadar akan hal itu sampai hari ini.

Pintu minimarket di sebelah tempat Jihoon duduk terbuka. Seseorang lewat di belakangnya menuju kasir dan samar-samar Jihoon dapat mencium aroma parfum yang familiar melewati indra penciumannya.

Jihoon menghentikan segala aktifitasnya. Cahaya di matanya kembali bersinar secara berlahan. Jihoon sadar akan wangi parfum ini.

Wangi Hyunsuk. Wangi khas Hyunsuk.

Jihoon menoleh ke arah kasir bertepatan dengan saat orang yang menbawa wangi familiar itu berbalik untuk keluar dari minimarket.

Jihoon terdiam setelah mengetahui bahwa orang dengan wangi familiar itu ternyata bukan Hyunsuk.

Jihoon pergi dari sana sebelum perasaan aneh di benaknya semakin berkembang seiring kepalanya berulangkali mengucapkan kalimat yang tabu baginya.

Jihoon rindu Hyunsuk.


Author corner

Guys i keep rewriting this chap for these past few days, the feeling isn't feeling-ing i cant π^π

Therefore [sukhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang