A Tip

99 15 2
                                    

Semenjak beberapa hari yang lalu Asahi berjanji untuk membalas perbuatan Yoshi dan Mashiho, kedua kakak adik itu tak lagi nampak batang hidungnya.

Dengar-dengar dari omongan pasar, persaingan obat mendadak menurun dalam semalam karena banyak bawahan Shi-Kyodai sedang dikejar kepolisian.

Hyunsuk tentu saja senang mendengar kabar itu. Hal ini membuktikan bahwa Asahi benar-benar serius dengan janjinya. Dan Hyunsuk bisa memanfaatkan waktu ini untuk menyempurnakan rencana sekaligus membiarkan Jihoon istirahat.

Namun menghilangnya dua kakak adik tersebut menciptakan suasana yang cukup kacau untuk Hyunsuk atasi di dunia gelap.

Selama semingguan ini ia telah disibukkan dengan membludaknya pesanan obat yang sempat dia jual bersama Mark.

Akibatnya, Hyunsuk harus sering berkunjung ke pabrik obat-obatan milik keluarga Mark dan selalu berakhir pulang tengah malam ke rumahnya sendiri.

Begitu pula malam ini.

Hyunsuk nekat meninggalkan Jihoon—yang biasa mengatur pekerjaannya di pabrik bersama Mark—di rumah dengan alasan takut Jihoon kelelahan.

Dan kini, dialah yang merasakan lelah luar biasa itu.

Hyunsuk memarkirkan mobilnya lalu bersender di bangku pengemudi selagi merenggangkan ikatan dasi di lehernya.

Hyunsuk keluar dari mobilnya, berjalan menuju pintu besar rumahnya sambil menyisir rambut yang berantakan.

Pintu itu terbuka, kedatangan Hyunsuk seperti biasa di sambut oleh Jihoon.

"Selamat datang, Master." Ungkap Jihoon.

Hyunsuk mengangguk, baru saja ia hendak melewati Jihoon dengan acuh tetapi mendadak ia berhenti berjalan saat melihat penampilan Jihoon secara dekat.

Pakaiannya kotor, ujung celananya nampak basah dan wajahnya tergores entah oleh apa.

"Kamu darimana?" Tanya Hyunsuk curiga.

Samar-samar Jihoon dapat mendengar nada khawatir diakhir pertanyaan tuannya itu.

Jihoon diam sejenak lalu menjawab, "a-ah aku barusan bertengkar dengan kucing tetangga master—"

Hyunsuk mengernyitkan dahinya. Jelas-jelas di lingkungan ini hanya ada rumah besar milik Hyunsuk dan beberapa rumah kecil untuk para pembantu. Dan seingat Hyunsuk, para pembantu yang tinggal di sekitar rumahnya tidak memiliki peliharaan.

"Kucing?" Potong Hyunsuk cepat.

Jihoon reflek menunduk, memutar otaknya berusaha keras untuk menutupi kebohongannya.

Hyunsuk hanya mampu menghela nafas melihat Jihoon berusaha keras menutupi apapun alasan dari penampilan buruknya malam ini.

Meskipun Hyunsuk tau, Jihoon tak pandai berbohong.

Jihoon mendongak tak kala Hyunsuk menyentuh puncak kepalanya dan mengacak rambutnya dengan senyuman.

"Memang kamu anjing sampai bisa bertengkar dengan kucing?"

Mata Jihoon berbinar-binar, dalam hati merasa senang karena Hyunsuk nampaknya tak terlalu peduli dengan kebohongannya dan Jihoon tak perlu susah payah menjelaskan.

Tangan Hyunsuk turun mengelus sisi wajah Jihoon yang tergores, "lain kali hati-hati ya" katanya maklum.

Jihoon sekilas dapat melihat pandangan sendu Hyunsuk kepadanya di tengah sisi tenang tuannya itu. Mungkin tuannya itu kelelahan usai bekerja seharian ini, begitu pikirnya.

Merasakan angin malam mulai bertiup kencang menyadarkan Hyunsuk untuk segera menghangatkan dirinya dan tidur nyenyak di kasur empuknya.

Ketika Hyunsuk hendak menarik tangannya yang masih bertengger manis di sisi wajah Jihoon, ia sadar Jihoon diam-diam mengenggam tangannya dan menahanya untuk tetap di posisi.

Hyunsuk menoleh, merinding seketika tak kala ia merasakan hangatnya genggaman Jihoon.

Angin malam kembali bertiup kencang membiarkan anak-anak rambut Jihoon yang mulai memanjang bergerak tak beraturan.

Jihoon nampak memejamkan matanya menikmati dinginnya tangan Hyunsuk menusuk tulang pipinya. Tangannya yang lain terangkat untuk menggenggam pergelangan tangan Hyunsuk.

"Jiho—"

Ucapan Hyunsuk tertahan di tenggorokan tak kala Jihoon mengecup telapak tangannya.

Hyunsuk berhenti bernafas, matanya membelakak, segenap nyawanya hampir melayang.

Jihoon melepaskan genggamannya. Matanya berlahan terbuka diiringi kedipan heran berkali-kali melihat Hyunsuk berdiri terpaku dengan ekspresi terkejut.

"Master?"

Hyunsuk berbalik membelakangi Jihoon, "tutup pintunya, aku ingin istirahat. Selamat malam."

Hyunsuk buru-buru naik tangga menuju kamarnya meninggalkan Jihoon sendirian di depan pintu dengan berbagai pertanyaan di kepala.

Apakah dia melakukan kesalahan?

Beberapa jam yang lalu, Pabrik Keluarga Mark.

"Hey, kamu kenapa disini?"

Jihoon terpenjat saat Haechan muncul secara misterius dari belakangnya.

"Tidak ada, aku hanya ingin melihat master." Balas Jihoon.

Haechan mengikuti arah pandangan Jihoon dan mendapati sosok Master Choi yang sedang sibuk berbicara di dalam pabrik bersama Mark, "Kenapa tidak kamu hampiri saja?" Tanya Haechan.

Jihoon memainkan ujung jemarinya, "Aku harusnya istirahat di rumah hari ini..." Ungkapnya sedikit gusar.

Haechan terkekeh melihanya. Tidak tahu Jihoon bisa jadi selucu ini jika sedang dalam mode santai.

"Tenang dia bisa mengatasi ini sendiri. Kamu sebaiknya pulang sebelum dia tau."

Haechan menepuk pundak Jihoon untuk menyemangati temannya itu.

Jihoon mengangguk setuju, "baiklah, terima kasih."

"Oh iya! Kamu mau tau cara instan menghilangkan rasa lelah tuanmu jika dia pulang nanti tidak?"

Jihoon menatap heran Haechan. Belum juga setuju lelaki itu sudah menjelaskan tipsnya kepada Jihoon dengan menggebu-gebu.

"Saat dia pulang nanti kamu kecup saja dia. Tau kan? Kecup pelan ya. Terserah dimana, tangan, kepala, wajah, kaki, mana yang bisa kamu jangkau. Aku yakin tuanmu akan kembali bersemangat lagi!" Ucap Haechan panjang lebar.

Meskipun tidak yakin, Jihoon menerima saran Haechan itu dan mengingatkan dirinya agar tidak lupa untuk mencobanya nanti.

Therefore [sukhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang