Betrayer

95 15 1
                                    

Jihoon melihat Hyunsuk sedang asik berkutat dengan laptopnya di meja kerja. Ia menatap ponselnya yang berisi pesan notifikasi dari seseorang yang beberapa hari ini terus-terusan menganggu ketenangannya.

Menyadari tatapan intens Jihoon di sebrang ruangan, Hyunsuk berdehem dan mengalihkan perhatiannya kepada Jihoon.

"Ada apa Ji?" Tanya Hyunsuk lembut.

Hyunsuk tiba-tiba mengunci tatapannya ke Jihoon, membuat yang lebih muda segera menunduk.

Jihoon genggam erat ponsel yang ada ditangannya, "master... aku mau pergi keluar sebentar, apakah boleh?"

Hyunsuk mengernyit mendengar pertanyaan Jihoon, "jam segini? Sudah terlalu larut untuk pergi keluar." Ucap Hyunsuk sambil memperhatikan jam tangannya yang menunjukkan angka 12 malam.

Jihoon meneguk ludahnya gugup, haruskah dia beberkan saja pesan yang tersimpan di ponselnya kepada Hyunsuk.

"Kalau urgent tidak papa, bawa saja mobilku. Tapi pulang sebelum matahari muncul, oke?"

Jihoon mengangguk banyak-banyak pada penawaran Hyunsuk, buru-buru pemuda itu pergi membawa kunci mobil Hyunsuk yang terletak di atas meja dan menghilang di balik pintu.

Hyunsuk menghela nafas. Lelaki itu berdiri untuk menutup laptopnya lalu membereskan barang-barang yang ada di atas mejanya agar tak terlihat berantakan.

Begitu selesai, Hyunsuk keluar dari ruangan yang kosong itu. Ia berjalan menuju kamarnya sembari mengecek ponselnya yang seharian ini tak ia gubris.

Hyunsuk menautkan alisnya heran saat melihat pesan paling atas dengan notif paling banyak dan nomor yang tidak tersimpan.

Nafasnya tertahan saat membuka roomchat pesan dari nomor tak dikenal itu.

Semakin jempolnya tergerak mengulir pesan ke bawah, semakin panas hatinya terasa. Hyunsuk bahkan hampir meretakan layar ponselnya karena mengenggam benda pipih itu dengan terlalu kuat.

"Yoshi...."

Sementara itu disisi lain, tepatnya di sudut kota Sunshitti.

Jihoon keluar dari mobilnya untuk masuk ke dalam gang kecil yang minim penerangan.

Jihoon lepaskan topi yang menutupi sebagian wajahnya begitu melihat seseorang dengan postur tubuh tinggi berdiri tak jauh darinya.

"Apalagi yang kamu mau?" Pertanyaan Jihoon bergema di gang sempit itu.

Sosok yang ditanya berbalik menampakkan wajahnya yang khas, "Jihoon, tidak bisakah kau menyambutku dengan pelukan hangat setiap kita bertemu? Bukankah kita teman dulunya?" Ucap lelaki itu dengan senyuman licik.

Jihoon merinding mendengar itu, "teman? Yang benar saja, Yoshi. Kau membunuh ibuku, menyakiti keluarga Master Choi!" Jawabnya emosi.

Ya, beberapa hari ini Jihoon diam-diam bertemu Yoshi untuk membicarakan sesuatu. Jihoon sebenarnya tidak ingin berhubungan lagi dengan Yoshi tapi Yoshi terus-menerus menganggunya.

Yoshi sampai mengancam akan menyakiti Hyunsuk jika Jihoon tak kunjung ingin menemuinya.

Jihoon tidak punya pilihan lain selain mengikuti permintaan Yoshi daripada Hyunsuk harus terluka.

Yoshi tertawa, "ayolah, aku selalu membantu ibumu yang sakit-sakitan itu selama Hyunsuk pergi. Harusnya kau berterima—"

Belum selesai Yoshi bicara, Jihoon langsung menutup mulut lelaki itu dengan melempar satu suitcase ke wajah Yoshi.

Yoshi menatap Jihoon penuh amarah, "DASAR PEMBANTU—Oh!" Yoshi terdiam saat suitcase itu terbuka di atas tanah, memperlihatkan isinya yang penuh oleh uang.

Yoshi berjongkok untuk mengambil suitcase tersebut. Jihoon menatap Yoshi dengan tatapan jijiknya, tidak menyangka yoshi adalah orang yang selalu siap membantu ibunya dahulu. Orang yang Jihoon percaya.

"Berhenti mengungkit masalah ibuku. Utangku padamu sudah selesai disini. Jangan hubungi aku lagi." Final Jihoon.

"Tunggu." Ucap Yoshi menghentikan langkah Jihoon yang ingin pergi dari sana.

"Kenapa buru-buru sekali kau pergi?"

Jihoon berdecak kesal. Ia lanjut berjalan menjauh dari Yoshi tak berniat mendengar ocehan penuh tipu daya lelaki itu.

"Kau takut Hyunsuk tau ya?"

Jihoon tetap tak peduli.

"Sayang sekali, Hyunsuk sudah tau!" Teriak Yoshi.

Jihoon berbalik dalam hitungan detik, menatap Yoshi tak percaya.

"Oh, Jihoon... Apakah setelah ini kau akan dibuang Hyunsuk? Apakah kau akan dicap Hyunsuk sebagai pengkhianat juga? Oh oh ohhhh~"

Jihoon segera berlari menuju mobilnya, menghidupkan mesin mobil itu dan melajukan mesin beroda empat itu untuk pulang dengan kecepatan tinggi.

Junghwan muncul dari belakang Yoshi, "kerja bagus, kak." Katanya sambil memeluk Yoshi dari belakang.

Yoshi berbalik tanpa melepas pelukan Junghwan. Yang lebih tinggi menangkup wajah yang lebih muda. Yoshi tertawa kecil sembari mengelus wajah Junghwan.

"Aku tidak sabar ingin melihat bagaimana reaksi Hyunsuk jika tau asistennya bertemu dengan musuhnya di belakang punggungnya."

Therefore [sukhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang