Belum Berakhir

36 9 3
                                    

Yow !!!
Terror balik lagi 🥃🤟✨
Jan lupa comment sama votenya ya kawan
ANYYEONG 👀🧟‍♀️
.
.
.
.
.

Seisi penjuru rumah sudah ditelusuri oleh mereka. Mereka semua mencari cara agar bisa keluar dari rumah itu.Tetapi tetap saja nihil hasilnya. Kini anak anak itu sedang merebahkan badan disekitar ruang tamu. Tentu saja yang wanita berada diatas sofa, pria lah yang berada dilantai.

"Teman teman"

Seseorang diantara mereka membuka keheningan diruang tamu itu.

"Maaf" Lanjutnya

"Jelasin la eh maksud gw ra, kenapa lu bohong sama kita selama dua tahun?" tanya Ansel dari sebelah kanan Rara

"Gw nuker identitas gw sama Lala"

"Trus Lala sekarang dimana?" Tanya Ben

"Dia meninggal dua tahun yang lalu karena kanker"

"Bukannya lu yang kanker?" kali ini Alvaro yang angkat suara

Rara menundukan kepalanya, "Lala yang kanker, maafin gw, dia yang minta gw buat pura-pura kena kanker dan dia yang berpura-pura baik-baik aja"

"Ternyata Lala si manusia sinting kita udah pergi 2 tahun yang lalu ? Itu juga kita blum kenal dia"

Rara mengangguk anggukkan kepalanya.

"Turut berduka ya ben" Lio mengusap punggung Ben pelan

"Belum sempat dimiliki ternyata crush nya udah meninggal aja"

Plak..

Vano melempar botol minum plastik yang entah mengapa berada disana ke arah muka Angga.

"Jangan dipancing. Udah mau nangis itu kasian"

"Mending kita mikirin gimana caranya kita keluar sekarang" usul Sella

"Besok aja Sel, ini udah tengah malem tenaga kita juga udah habis"

Yang lain menyetujui perkataan Dylan. Ini sudah pukul 2 malam dan kegiatan mereka mencari jalan keluar memang baru selesai beberapa menit yang lalu. Farrel tiba-tiba berdiri, pria itu berjalan menuju arah dapur namun langkahnya dihentikan oleh Anin.

"Jangan ambil makanan"

"Kenapa?"

"Makanan kita sisa sedikit bakal habis dalam 2 hari"

"Si acha beneran gapunya hati nurani, setidaknya kalau dikurung ya makanan harus ready stock terus dong"

Arkan ngejitak kepala Ivan. Bagaimana tidak, omongan pria itu sama sekali tidak bisa di filter.

"Ges, kita makan sekali aja ya, setidaknya dengan begitu kita bisa bertahan selama seminggu"

"akhirnya jason diet" Arkan yang berbicara

"LU NGATAIN GW GENDUT?!?!?!"

"Bercanda sheyeng"

"Kalau stok makanannya habis gimana sel?" Tasha bertanya pada Ansel

"Ya kanibal aja"

"ARKAN DIAM YA, JANGAN SAMPE DAGING LU YANG GW MASAK DULUAN"

Arkan akhirnyapun menutup mulutnya karena Ansel sudah mulai bernada tinggi padanya. Semua anak 245 nyali nya akan menciut begitu Ansel menaikkan nada bicaranya. Buntu adalah satu satu nya kata yang dapat mengekspresikan pikiran mereka saat ini. Mungkin mereka bisa saja menahan lapar selama seminggu, namun bagaimana selanjutnya?

*****

Para wanita akhirnya memutuskan untuk tidur bersama disatu kamar. Tasha dan Rara sedang mengatur tempat tidur untuk mereka. Ansel dan Mila sedang mengatur skincare serta makeup mereka disatu meja yang letaknya tak jauh dari kasur. Sella sedang berada didalam toilet mengganti pakaian nya menjadi piyama. Sedangkan Anin, gadis itu duduk didepan jendela menatap langit yang dihalangi beberapa pohon. Langit malam itu sangat gelap, seolah langit mengerti bahwa mereka sedang dalam bahaya.

hiks...hiks...

Anin menangis.

Sella yang baru keluar dari kamar mandi menyadari tangisan sahabatnya, "Nin, lu gapapa kan?"

"Nin, kenapa nangis"

Yang lain ikut menghampiri Anin mengelilingi jendela itu.

"Gw takut" ucap Anin disela sela tangisannya

Rara memeluk Anin dengan penuh kehangatan, "Tenang nin, orang tua kita pasti nyari kita kok. Mereka ga mungkin tinggal diam"

"Gimana kalau mereka ga nemuin kita sama sekali?"

"Jangan ngomong kayak gitu ah, kita pasti bisa keluar dari sini"

"Gw takut, tolonggg" rintihan Anin semakin nyaring terdengar

"Anin udah ya, kita pasti bisa lewatin ini"

"Kalau kita bersatu, kita pasti bisa keluar"

"tolong, jangan ada penghianatan lagi"

Berakhirlah enam gadis itu berpelukan dibawah langit malam yang sangat gelap tanpa satu bintang pun menyinari malam itu.

*****

Para laki-laki kini berkumpul didalam ruang rahasia milik musuh mereka, Acha. Entah apa yang membuat mereka berada disana tengah malam.

"Si acha beneran ga nyimpan makanan apapun gitu disini?" kata Ivan sambil terus menggeledah seisi ruangan

"Ga ada aih, tempat sampahnya juga bersih" jawab Farrel, pria itu sedang berada dipojokan ruangan sambil mengotak atik bak sampah

"Ini kita disini konsepnya apa sih?" sepertinya Dylan sudah bosan berada didalam ruangan itu

"gatau, ide siapa sih ini"

"GW, KENAPA?"

Lio ternyata dalangnya.

"Ya kan gw pikir siapa tau si acha nyimpen petunjuk gitu disini" lanjut pria itu

"Dikata main game kali ah petunjuk petunjuk"

Alvaro keluar dari ruang rahasia itu. Begitu keluar Varo berpapasan dengan seorang gadis.

"hai"katanya

Alvaro berjalan tanpa menghiraukan gadis yang pernah ada dihidupnya itu. Rara.

"maaf, maafin aku bikin kamu merasa kehilangan sampai trauma"

Pria jenjang itu menghentikan langkahnya.

"maafin aku, plisss"

Rara berlari kemudian mengenggam tangan Varo erat. Mata wanita itu seolah berharap bahwa kekasihnya masih mencintai dirinya.

"Gw maafin lu, tapi hubungan kita udah berakhir 2 tahun yang lalu jadi jangan bertingkah seolah olah kita masih pacaran"

Gadis itu menghela nafas panjang, "beneran udah berakhir?"

"Lu bukan Rara yang gw kenal 2 tahun lalu"

Alvaro melanjutkan jalannya menuju kamar. Meninggalkan Rara yang sekarang sudah meneteskan air matanya. Tanpa wanita itu sadari seorang pria lainnya sedang mengawasi dirinya dan Varo sedari tadi.

Begitu sampai dikamar Varo menjatuhkan badan nya keatas kasur.

"Lu beneran ngelepasin Rara?" seorang pria masuk kedalam kamar Varo

"..."

"semoga lu ga nyesel kalau cewe lu diambil sahabat lu sendiri"

Pria misterius itu pergi meninggalkan kamar setelah menyelesaikan obrolannya dengan Varo. Dan berakhir lah hari itu dengan menyedihkan. Anin yang masih cemas, Rara yang harus mengiklaskan kisah cintanya, sampai Farrel yang harus menahan laparnya malam ini.

T E R R O R (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang