Ada apa?

33 9 8
                                        

Keesokan harinya, anak-anak 245 berkumpul di meja makan besar yang berada tidak jauh dari dapur. Hari ini mereka memakan beberapa persediaan makanan karena rasanya badan mereka sudah tidak memiliki tenaga. Rencana awal mereka memang puasa, tapi manusia tetaplah manusia, jadi mereka perlu makan.

"ANIN JANGAN SEDIH DONG, MENDING LIAT MUKA AA ANGGA" teriak Lio dari lantai 2

Jangan lupakan Anin yang memiliki penyakit depresi ringan. Ia butuh support teman-temannya ditambah lagi kondisi sekarang memang jauh dari kata baik. Itulah kegunaan Angga dan Lio digrup ini, menghibur yang butuh dihibur.

"DIH OGAH, LIAT SI ARKAN AJA NIN, MUKA ORANG SUSAH"ujar Angga yang tidak mau kalah.

"Apasih kalian, orang gw lemes gara-gara blum makan"

"Yah kirain lagi sedih, padahal si Dylan udah siap atraksi topeng monyet buat lu"kata Lio sambil berjalan santai melewati Dylan yang tengah fokus dengan makanan miliknya.

Dylan otomatis terusik, "Jangan sampe nih sayur asem gw lempar ke muka lu yang asem ya li"

Di lain sisi ada Sella yang sudah dengan mode lemotnya.

"Ra, beneran si Dylan mo atraksi topeng monyet"tanya gadis itu

"Gak kek gitu konsepnya SELLA"

Makan pagi itu untungnya penuh dengan keceriaan terlepas dari perasaan takut mereka masing-masing. Jelas 245 yang dulu sudah mulai kembali lagi, 245 yang tidak bisa diam. Hingga akhirnya Ansel tiba-tiba berdiri dan berkata, "Guys kita kemaren belom jadi ngeliat farel kan ya?"

"Iya juga, mau liat sekarang?" tawar vano

Sontak semua melirik kearah Anin yang memang butuh perhatian lebih, "Anin aman nin?"

"Aman lah, kalian pikir gw sakit jiwa apa sampe pada khawatir banget"

"Bukannya emang sakit jiwa?"

"ARKAN JANGAN SAMPE MULUT LU GW LAKBAN YE"

Setelah perdebatan kecil, akhirnya mereka bergegas menuju ketempat peristirahatan terakhir Farel. Sesampainya ditaman kecil itu, mereka berdoa bersama agar temannya itu dapat tenang dan mendoakan nasib mereka dari atas sana.

"Gw masuk duluan ya" tutur Ben

"Gw juga ya"

"Gw juga"

Perlahan mereka semua meninggalkan tempat itu, kecuali Jason. Lelaki itu masih saja berdiri di depan tempat peristirahatan temannya.

"Kenapa lu pergi secepet ini sih rel, katanya mau berjuang bareng-bareng buat keluar dari sini." Jason menghela napas. "Semoga lu tenang disana ya rel"

Kemudian Jason memeluk tanah Farel yang masih basah itu. Tangis nya pecah, bagaimana tidak, Farel merupakan orang yang cukup berjasa dalam kehidupan Jason.

"Semoga lu juga tenang di alam sana ya jason" ucap seseorang sambil memukul kepala jason dengan batu yang cukup besar.

Brukk

Tubuh jason terjatuh ke tanah dan darah mengalir dari kepalanya.

He's gone.

********

"Jason pergi tepat disebelah sahabatnya"

"I hate this situation"ujar Tasha pelan.

"Semua juga benci keadaan ini sha. Kuat ya, demi satu sama lain" Rara menepuk nepuk pundak sahabatnya.

T E R R O R (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang