🦩🦩🦩
Pernahkah kalian melihat bagaimana psikopat merubah raut wajahnya dalam sekejap? Yah begitulah yang Taehyung lakukan saat ini.
Dia yang awalnya tersenyum gila langsung berubah diam setelah menyadari barusan dia memanggil boss crush-nya dengan sebutan jaddy.
"Mama-maksud saya, i-iyah pak"
Dia meremas pahanya sendiri, karena sungguh suara gertakan gigi pak Jeongguk membuat Taehyung menciut seketika. Pak Jeongguk berdiri dan menghela nafas kasar. Dia mendekati Taehyung yang enggan melihat kearahnya.
"Saya bisa memenjarakan anda tuan Kim. Anda sudah menculik anak sa__"
"Tidak!"
Bantah Taehyung. Dia tidak pernah menculik siapapun dan itu kenyataannya. Dia tidak akan pernah terima dituduh seperti ini. Dia berani menatap kedua mata elang pak Jeongguk yang begitu tajam.
Walau sejenak otak gilanya didalam sana bergejolak, berlarian kesana-kemari merasakan bagaimana indahnya tatapan pak Jeongguk saat ini.
Namun akal sehatnya berkerja lebih tenang. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk memuja boss crus.
"Saya tidak menculik Ha-neul"
'Aduh jaddy, boleh gak mole-nya dikecup manja'
Lihatlah bagaimana cara otaknya bekerja saat ini. Padahal baru sedetik lalu dia berniat untuk serius. Tapi masalahnya bagaimana bisa mole kecil dibawah bibir sexy pak Jeongguk menstimulasi matanya untuk menatap terus kesana.
"Buktinya kau bersamanya pagi ini! Kau tahu bagaimana pusing dan khawatirnya saya saat kemarin siang tiba-tiba anak saya menghilang"
'Boleh gak jadi anak kita hehe'
"Kau tidak akan pernah tahu karena kau jomblo"
'Ya jangan bawa status juga kali'
Kata jomblo barusan rasanya menembus tulang rusuk Taehyung. Begitu dalam, apalagi sesuai kenyataan.
"Apa kau tidak mengecek hpmu Kim? Apa kau sengaja membuat saya khawatir? Apa kau tau bagaimana khawatirnya istri saya kalau dia tahu anak semata wayangnya hilang?"
"Semalam saya mengumumkan di group dimana anda juga ada didalamnya bahwa anak saya hilang. Tapi kau tidak merespon dan dengan entengnya masuk kantor hari ini tanpa rasa bersalah. Jika ada bagian yang lecet dari Ha-neul maka anda saya pecat. Dasar pencuri!"
Sepertinya kalimat pak Jeongguk sudah menyebalkan ditelinga Taehyung. Dia ingin menutup telinganya jika saja dia bisa.
Bisakah orang-orang setidaknya mendengarnya penjelasannya terlebih dahulu sebelum menuduhnya yang tidak-tidak? Sakit jujur saja.
"Surat pengunduran diri saya menyusul pak"
Biarkan saja dia dianggap tidak sopan. Biarkan saja dia kehilangan pekerjaannya, dia tidak peduli lagi.
Taehyung mengambil tasnya, meninggalkan ruangan pak Jeongguk saat itu juga. Namun langkahnya terhenti saat sikecil memanggilnya dengan lantang saat memasuki ruangan menyebalkan ini diikuti Namjoon hyung dan tuan Jeon dibelakangnya.
"PAPA"
Taehyung sama sekali tidak peduli bagaimana reaksi orang-orang saat Ha-neul memanggilnya demikian. Dia memeluk si kecil untuk terakhir kalinya
Cup
"Papa love you sayang, jangan lupain papa ya sayang"
Cukup lama dia mengecup kening Ha-neul sebelum benar-benar meninggalkan ruangan pak Jeongguk.
"Papaaaaaa"
Taehyung ingin berbalik, ingin mengecup dan memeluk sikecil sekali lagi. Ingin menculiknya beneran, membawanya menjauh dari sini. Dan saat dia ingin berbalik, pintu ruangan ditutup Jennie begitu saja tak lupa menghadiahkan Taehyung satu senyuman selamat tinggal.
Taehyung berlarian kelift, dia ingin menangis sekarang juga. Hingga satu tangan menahan lengannya dan membawanya dalam sebuah pelukan hangat.
Namjoon hyung
Dia kenal betul wangi tubuhnya. Detik itu juga air matanya keluar begitu saja, tidak peduli bagaimana jas mahal itu nantinya terkena ingusnya sehabis nangis.
"Menangislah"
Taehyung semakin menangis setelah disuruh seperti ini. Bahkan saat diarea lobby, dia tidak peduli dengan tatapan beberapa karyawan yang lewat disana.
Namjoon hyung membawanya kedalam mobil. Dia tersenyum bagaimana bisa ada lelaki dewasa menangis sekencang ini.
Dia memberikan tisu untuk adik kecilnya yang sesegukan. Mengelus kepala Taehyung pelan. Lalu menjalankan mobilnya entah kemana. Biarlah keduan jalan kemana saja asalkan adik kecilnya berhenti menangis.
"Mau apa nanti kakak belikan semuanya"
Taehyung menatap kesal, lagi sedih begini malah ditawari sesuatu, mana bisa nolak.
"Hiks strawberry aja"
Namjoon terbahak "Papa Ha-neul kok nangis"
"Hyuuuung"
Ah jadi kangen si kecil. Papanya juga.
Eh yang terakhir tidak jadi kangen. Habis mulutnya menyebalkan tadi.
"Adik hyung menyebalkan, saya benci"
Namjoon berekspresi tidak percaya, mana mungkin dia semudah itu benci dengan adik kesayangannya. Paling ntar lagi luluh.
"Yakin benci?"
"Mana bisa"
Cicitnya pelan sambil menghadap jendela, berharap pemuda disampingnya tidak mendengarnya.
Namjoon menghentikan mobilnya didepan minimarket, membelikan strawberry sesuai kemauan Taehyung.
Dia meninggalkan Taehyung didalam mobil yang sibuk ngedumel sendiri.
Tidak butuh waktu lama dia keluar dengan beberapa strawberry dan cemilan ditangannya.
"Strawberry-nya tuan"
Taehyung tersenyum mendengar panggilan barusan. Dia mengambil buah kesukaannya itu demi mengusir kesedihannya.
"Mau cerita?" Tanya Namjoon sambil menyetir.
Taehyung mengunyah lalu mengangguk dan mulai menceritakan bagaimana dia dan Ha-neul saling mengenal dan berakhir memanggilnya papa.
Sementar didalam ruangan pak Jeongguk, pria satu anak itu kesulitan menghentikan tangisan sang anak yang selalu memanggil Taehyung dengan sebutan papa.
Sang sekretaris Jennie sudah kewalahan sendiri. Dia pikir mudah menenangkan Ha-neul ternyata dia salah besar. Tapi bagaimana bisa Taehyung dengan mudah menenangkannya tadi?
"Ice cream, lollipop, banana uyu? Nanti daddy belikan okay jagoan"
Sayangnya Ha-neul masih sesegukan. Sepertinya rayuan daddy tidak mempan untuknya. Jika tuan Jeon paling bisa membuat cucunya tenang, saat ini dia kesulitan juga
Bolehkah seorang Jeon Jeongguk mengharapkan seseorang kembali untuk menenangkannya anaknya?
•jassint•
Jangan kaget kalau Namjoon tiba-tiba bisa nyetir. Dia sudah lama berlatih mobil diam-diam kok. Mohon kerjasamanya ☺️
Dan.....
Gw gak bisa tidur makanya update jam segini😟 (00:54)
Mana kenyang abis makan nasi goreng🤤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Jaddy [Short Story]
FanfictionDia berbisik "Dengar-dengar katanya sajangnim sedikit galak" "Sssst, pelankan suaramu, bagaimana kalau ada yang dengar" Sigadis refleks menutup mulutnya. "Tapi apa itu benar?" Tanyanya lagi. "Kau akan tahu dengan sendirinya nanti".