The Truth

4.7K 484 77
                                    

🦩🦩🦩















Taehyung serius mengerjakan tugas barunya. Hal yang dia syukuri adalah dia tidak mengerti apapun yang sedang dia kerjakan sekarang. Artinya dia bisa modus ke pak Jeongguk nanya ini dan itu, hehe.

Dia mendekati pak Jeongguk dengan senyum yang dia tahan, takut dikira gila. Oh iya dia sudah sikat gigi kok hari ini. Masih kesal sih kalau diingat-ingat kembali kalimat pak Jeongguk diresto kemarin. Tapi ya sudahlah ketampanan pak Jeongguk menyelamatkan dirinya dari amarah Taehyung.

"Jaddy emp maksudnya pak maaf ganggu, saya tidak mengerti yang ini" menunjukan beberapa sistem dilaptopnya yang belum pernah dia masuki, karena ternyata sistem yang dia dan Jennie pakai sedikit ada perbedaan walau tidak secara keseluruhan.

Wangi tubuh pak Jeongguk membuatnya memejamkan mata dan menghirupnya dalam-dalam. Dan bertepatan saat dia membuka mata diluar sana Jennie sedang menatapnya tajam. Oh Tuhan lihatlah bola matanya hampir keluar dari tempatnya.

Taehyung tersenyum licik dan menundukkan kepalanya lebih dekat dengan pak Jeongguk. Jika dilihat dari luar posisi keduanya sangat amat dekat, padahal nyatanya boss crush sedikit menggeserkan kursi kebesarannya dari Taehyung.

"Agak jauhan kamu"

Ujarnya mengusir seakan alergi jika tubuhnya dekat dengan siapapun.

Taehyung hanya menurut. Sebenarnya kepala Jeongguk begitu dekat dengan tangannya, ingin rasanya dia menjambaknya "Emang saya sebau itu pak?"

Nada Taehyung sedikit meninggi.

Pak Jeongguk hanya menoleh sebentar lalu tersenyum "Mungkin, kali aja kamu belum sikat gigi seperti kemarin"

Taehyung menatap kesal, dia tidak peduli sedang berhadapan dengan atasannya. Dia menarik laptopnya menjauh. Idih mending belajar sendiri kalau dihina terus begini.

"Bapak bener kok, saya malah belum sikat gigi sama sekali sejak dari restoran kemarin"

Jeongguk tahu itu kalimat sarkasme. Dia makin senang saat papa Ha-neul ngambek begitu.

Setelah beberapa menit akhirnya Taehyung diam, dia begitu serius mengerjakan tugasnya walau Jeongguk yakin betul dia tidak mengetahui apapun yang sedang dia kerjakan.

"Siapa sih yang menerima karyawan seperti ini"

Ujar Jeongguk pelan, dia memijit kepalanya. Kalau saja bukan karena kontraknya yang masih lama sudah dia pecat anak itu.

Sebentar, kenapa malah dia yang tidak fokus sekarang? Lihat, sudah berapa menit yang terbuang percuma hanya memikirkan betapa rendahnya kualitas kerja Taehyung saat ini.

Jeongguk sedikit bersyukur karena Kim Taehyung tidak dendam padanya, dia begitu profesional. Melupakan sakit hatinya pada Jeongguk yang jelas-jelas sudah sering menyakitinya. Dan yang terakhir adalah beberapa malam lalu saat dia membentak Taehyung karena lancang masuk ke ruang pribadinya.

"Biar otak kamu bekerja"

Ujarnya sembari memberikan satu bungkusan coklat ke Taehyung.

'Maaf'

Yah tujuan utamanya adalah meminta maaf. Hanya saja mulutnya begitu kesulitan mengucapkan kata maaf. Lagian dia tidak salah-salah amat sih kalau dipikir-pikir.

"Oh tidak perlu pak, makasih"

Ujar Taehyung menolak pemberian pak Jeongguk walau sebenarnya dia sudah menjerit gila didalam hati. Dia mendorong kembali coklatnya kearah pak Jeongguk.

Dan saat tangan pak Jeongguk kembali mengambil disitulah dia merasa sedih.

'Astaga saya bercanda pak. Masa coklatnya diambil lagi'

Hot Jaddy [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang