🦩🦩🦩
Memasang wajah sebiasa mungkin, yah itulah yang coba Taehyung lakukan saat ini. Sesekali dia melihat pak Jeongguk melalui ekor matanya. Sejujurnya dia ingin melompat saking senangnya.
Dia boleh mengatakan bahwa dia sangat membenci boss-nya itu, tapi kenyataannya adalah dia sangat teramat senang kala melihat sosok itu tiba-tiba berada dalam kamarnya entah sejak kapan.
Demi menyalurkan kesenangannya, kebetulan sekali ada Ha-neul, maka dia mengecupi wajah lucunya, selain begitu merindukannya dia juga melampiaskan kebahagiaan karena anak kecil ini membawa daddy-nya ke kamar Taehyung. Karena tidak mungkin baginya mengecup pipi pak Jeongguk bukan?
Satu hal yang Taehyung tahu bahwa dirinya sangat lemah, dirinya sangat amat lemah bila dihadapkan dengan pak Jeongguk. Apalagi saat pria sexy itu tanpa sengaja memperlihatkan tatonya dilengan kanannya, bajunya tersingkap sedikit saat dia meletakkan hp ditelinganya karena deringan telpon berbunyi.
'Pengen bergelayut manja dilengan bapak, boleh gak pak?'
Lihatlah otot-otot itu, tercetak sempurna walau ditutup baju mahal. Ah Taehyung ingin bergelayut disana kalau diijinkan.
Setelah membayangkan bagaimana indahnya otot pak Jeongguk, Taehyung melangkah keluar kamar dengan maksud memberikan privasi pada pak Jeongguk, kali aja obrolannya penting.
"Hai Gum"
Jika sebelumnya Bogum begitu antusias saat disapa maka kali ini dia hanya melemparkan senyumannya. Sedikit aneh untuk Taehyung. Bukan, bukan merindukan sapaannya hanya saja, anak itu terlihat tidak nyaman.
Apa Taehyung melakukan kesalahan tapi dia tidak menyadarinya? Ah seingat Taehyung tidak. Tapi....
"Saya ada salah ya?" Tanya Taehyung pun penasaran.
"Tidak kok, eh saya permisi dulu ya mau masuk kamar"
Ada satu kresek ditangan Bogum berisikan cemilan yang Taehyung pikir adalah untuknya, namun di salah. Tetangganya itu tidak memberikan apapun kali ini.
'Tekor nih kalau begini caranya'
Taehyung sedikit kecewa, tapi mau gimana? Tidak mungkin dia maksa Bogum.
Satu jam yang lalu
Bogum seperti biasa begitu antusias setiap harinya, apalagi saat membelikan Taehyung apapun dengan uangnya sendiri. Entahlah dia begitu menyukai tetangganya itu.
Pagi ini dia bangun pagi, menyadari tetangga kamarnya tidak keluar sejak pagi, Bogum langsung berlarian ke minimarket dekat kosan. Dia memborong apapun yang tetangganya suka. Apalagi buah stroberi segar.
Setelahnya dia kembali kekosan dan meletakkan semua yang sudah dia belikan untuk Taehyung didepan kamarnya.
"Semoga Taehyung suka"
Itulah Bogum, dia tidak terang-terangan memberikannya pada Taehyung. Walau kenyataan Taehyung mengetahui bahwa semua jajan yang selama ini dia nikmati tentu saja dari Bogum.
Bogum berniat kembali ke kamarnya sebelum satu suara menginterupsinya. Dia menatap bingung, mereka belum bertemu sama sekali sebelumnya.
"Maaf, singkirkan semuanya"
Pria berdasi itu tiba-tiba menyuruhnya untuk menyingkirkan semua yang baru saja dia beli, yang benar saja. Bogum tersenyum sedikit sombong dan menghampirinya.
"Siapa anda menyuruh saya?"
Pria itu menurunkan anak kecil dari gendongannya. Bogum seperti pernah melihatnya, tapi dia lupa. Ah tidak penting.
Bogum kembali menatap pria tadi. Dia melipat kedua tangannya depan dada, sedikit memasang wajah songong, walau sebenarnya dia begitu insecure dengan penampilan pria didepannya itu. Lihatlah dasi, jas, baju dan sepatu mahalnya, oh jangan lupakan jam tangan yang harganya sepuluh kali lipat dari gaji bulanan Bogum.
Dengan benda-benda mahal yang dia kenakan saja sudah memperlihatkan bagaimana jauhnya kasta mereka. Tapi untuk Taehyung bahkan pria ini tidak bisa membuatnya mundur.
Pria itu tersenyum pongah. Mengambil selangkah mundur dari Bogum. Dia tipe pria yang sebisa mungkin menjauhi kontak fisik dari siapapun, yah walau sebenarnya jarak mereka tidak dekat-dekat amat saat ini. Tapi yah begitulah dia.
"Dia...
Mengangkat wajahnya menunjuk keberadaan si kecil yang sibuk meraih gagang pintu dan sesekali mengetuknya, meminta pemilik kamar untuk segera membukanya, dan tentu saja dia gagal karena ketukan dari tangan kecilnya terdengar seperti garukan kucing nakal.
... Ha-neul, anak saya" sedikit bangga menyebut dirinya sebagai seorang ayah dari anak selucu Ha-neul.
"Dan pria didalam sana, yang saya yakin masih bermalas-malasan dalam selimutnya adalah papa anak saya. Fyi, saya bisa membelikan barang yang jauh lebih mahal daripada jajanan murah kamu itu"
Bogum tersentak dengan kenyataan itu. Walau pria itu tidak menjelaskan bagaimana detailnya, dengan menyebutkan kata 'papa' saja Bogum sudah langsung menyadari posisinya.
Ah dia ingat sekarang, si kecil lucu itu menginap disini kemarin. Yang dia pikir adalah adik Taehyung ternyata
"Di-dia anak Taehyung?"
Tanya Bogum lagi. Dan belum sempat dia mendengar jawaban yang dia inginkan, pria kaya itu sudah mengakhiri percakapan menyebalkan mereka dengan mengangkat telponnya sembari keluar. Benar-benar tipikal orang sibuk.
Bogum tidak lagi punya rasa percaya diri, dia menatap anak kecil itu bersamaan dengan Taehyung yang keluar kamar dan menggendongnya masuk dalam kamar. Ah itukah alasan Taehyung tidak merespon perasaannya selama ini? Karena dia sudah punya keluarga?
Taehyung sebenarnya masih bingung dengan sikap Bogum yang tiba-tiba berubah, tapi ya sudahlah mending bermain dengan Ha-neul saja daripada dia repot-repot mikir.
Dia ajak jajan aja kali ya? Tiba-tiba pengen makan ice cream. Dia masuk ke kamarnya bermaksud mengambil dompet. Dia masih tidak mempedulikan pak Jeongguk hingga sekarang. Lagian sibuk nelpon mulu, nyapa pemilik kamar dulu kan bisa.
'Kangen kali dengar suara sexy jaddy'
"Yeay ice cream"
Antusias Ha-neul saat menemukan papa Taehyung-nya mengeluarkan beberapa pecahan uang dari dompetnya. Dia tau kok pecahan mata uang itu untuk jajan.
Taehyung meraih maskernya. Dia belum mandi sama sekali, jadi masker penting untuk menutup wajahnya. Kemudian menggendong Ha-neul keluar kamar. Saatnya bersenang-senang.
"Ayo sayang"
"Ayo"
'AYO!'
'DIA TADI NYAHUT? ARRRRRRRG'
•jassint•
Hope you like it😉
Mwah 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Jaddy [Short Story]
FanfictionDia berbisik "Dengar-dengar katanya sajangnim sedikit galak" "Sssst, pelankan suaramu, bagaimana kalau ada yang dengar" Sigadis refleks menutup mulutnya. "Tapi apa itu benar?" Tanyanya lagi. "Kau akan tahu dengan sendirinya nanti".