🦩🦩🦩
Hari sudah malam. Ha-neul bahkan tertidur dijalan saat mereka pulang. Untungnya dia sudah makan malam. Taehyung memangkunya dalam mobil dan Jongguk yang baik hati membantunya menurunkan kursi agar dia bisa senderan ke belakang.
"Tidur saja, nanti kalau sampe saya bangunkan"
Jeongguk tahu kalau Taehyung dan Ha-neul kecapean. Keduanya benar-benar menikmati waktu mereka hari ini. Berlarian kesana-kemari mengikuti kemauan Ha-neul.
Taehyung menurut, dia mulai menutup matanya. Namun entah karena apa dia merasa tidak nyaman tidur jika wajahnya tidak ditutup. Dia menatap seisi mobil melihat apa saja yang bisa dipakai untuk menutup wajahnya.
"Tisu kamu simpan dimana?" Jeongguk menunjuk jok belakang.
"Kenapa? kamu butuh apa biar aku ambilkan"
"Tidak perlu, saya butuh sesuatu untuk nutup wajah saya biar nyaman"
Tanpa diminta Jeongguk membuka jaketnya, memberikannya pada Taehyung "Pakai jaket saya mau?"
Karena tidak ada lagi pilihan lainnya maka Taehyung mengangguk. Jeongguk sejenak menepihkan mobilnya. Dia paham Taehyung tidak bisa menggunakan tangannya dengan maksimal karena Ha-neul dipelukannya.
"Mau ditutup semua atau...
"Sampe hidung aja"
Sejujurnya Taehyung sedang menahan diri agar tidak teriak. Apa duda satu anak ini tidak menyadari wajah keduanya begitu dekat. Dan apa-apaan yang baru saja dia lakukan. Dia menyentuh hidung Taehyung pelan seraya memberikan senyumannya.
"Kalau butuh yang lain bilang ya"
Sumpah, sejak kapan suaranya selembut ini? Sejak kapan senyumnya sehangat ini? Sejak kapan Taehyung kembali dibuat gila sama manusia satu ini?
"Hu'um"
Dan Taehyung sontak langsung menutup matanya. Kenapa dia mengeluarkan suara manja seperti tadi. Semoga pak Jeongguk tidak berpikir yang macam-macam. Dia mencoba mengatur nafasnya dan wajahnya menghadap keluar jendela.
Namun detik dimana dia baru saja berhasil mengatur nafasnya, justru orang disamping alias pak Jeongguk atasan ganteng dan sexynya kembali berulah dengan jantung Taehyung. Dia mengelus rambutnya lembut mirip seperti apa yang Taehyung lakukan pada Ha-neul, penuh cinta, penuh sayang.
"Good Boy"
Malam ini, detik ini juga Taehyung resmi memutuskan untuk tidak lagi move on melainkan kembali membucini lelaki beranak satu yang menjadi supirnya. Bagaimana bisa Taehyung bertahan kalau begini caranya.
'I am a good boy'
Rasa kantuknya berganti dengan euphoria yang membuatnya gila yang merasuki jiwa dan raganya. Oh Tuhan lihatlah senyuman dibalik jaket pak Jeongguk. Oh ngomongin soal jaket, wangi tubuh pak Jeongguk tercium jelas. Jangan sampai wangi tubuh pak Jeongguk membuat otaknya memikirkan hal lain.
'Sudah lama tidak membayangkan otot jaddy'
Sepertinya otak gilanya mulai bekerja. Lihat dia mulai membayangkan hal sexy dimana pak Jeongguk membuka baju didepannya, dan menyuruh Taehyung untuk membenamkan kepalanya diotot dada bidang itu.
"SKSKKS JADDY"
Jeongguk langsung menghentikan mobilnya. Dia kaget dengan suara dan gerakan tiba-tiba Taehyung. Apalagi saat bawahannya menendang dashboard mobilnya begitu kencang. Ha-neul yang tadinya anteng tidur kini terbangun dan memandang bingung Taehyung dan Jeongguk bergantian.
Sementara Taehyung sendiri menelan ludahnya. Dia bingung harus berbuat apa sekarang. Karena Ha-neul tersayang dan daddy sexynya masing-masing menatapnya aneh.
"Papa napa?"
Tanya Ha-neul sambil memegang kedua pipi Taehyung. Dia bahkan menatap dengan penuh khawatir.
"Hei, are you ok? bangun dulu yuk minum air"
Kini gantian Jeongguk yang khawatir. Apa dia berteriak seheboh itu ya tadi? Sepertinya iya karena Ha-neul sampai terbangun begini.
Dia berdehem sebelum mengambil botol minum dari Jeongguk. Setelah minum nya habis dia mengecup kedua pipi Ha-neul.
"Papa berisik ya sampe kamu bangun, maaf ya sayang, ayo sayang lanjutin bobonya" Ha-neul hanya mengangguk lalu kembali memeluk Taehyung.
Dan saat dia menoleh ke Jeongguk pemuda itu masih memasang wajah khawatirnya. Dia sedikit merasa bersalah sebenarnya, gara-gara khayalan gilanya membuat Jeongguk khawatir.
"Maaf"
"Tadi kamu sebut jaddy, kamu.... sedang membayangkan saya apa?"
Mampus
Wajah Taehyung memerah, tentu saja. Dia bahkan menyadari wajahnya yang tiba-tiba berubah panas. Dia harus jawab apa?
"Tidak ada yang menyebut bapak"
"Kim kita sudah membicarakan ini, stop call me bapak"
"Iya p..."
"Pak juga, jangan!"
"Terus apa? Om?"
"Jaddy, ekhem maksudnya kamu panggil begitu juga tidak masalah. Ah lupakan, kembali ke topik kenapa kamu tadi teriak JADDY?"
Astaga baru juga Taehyung berharap Jeongguk melupakan kegilaan Taehyung beberapa saat lalu.
"Hoam, Saya ngantuk, apa boleh saya tidur sebentar?" Bagus Taehyung. Kau mencari alasan yang tepat.
"Kau menghindari jaddy, baby?"
Mati sajalah Kim Taehyung. Dia bisa saja menghindari pembahasan 'jaddy', sekarang dia malah dipanggil Baby.
Taehyung senang, Taehyung bahagia. Namun masalah utamanya adalah jantungnya sudah jatuh berserakan kemana-mana. Desiran darahnya bisa dia rasakan didalam tubuhnya, menghasilkan rasa panas dikedua telinganya.
Bibirnya tidak bisa untuk tidak tersenyum. Berusaha sekeras mungkin mengigit bibirnya agar suaranya tidak keluar.
Hingga satu kekehan Jeongguk memberanikan dirinya untuk menatap pria itu yang sibuk menyetir. Dia memukul lengan Jeongguk menyuruhnya untuk berhenti membuat kekehan seakan meledeknya.
"Sakit baby"
"Jeon Jeongguk stop"
Setelah menyebut nama Jeongguk tanpa embel-embel bapak, pak, yang terhormat dan sebagainya, Taehyung langsung diam. Apa dia lupa kalau dia itu bawahannya? Bagaimana besok nasibnya dikantor?
Jeongguk yang menyadari itu kembali mengelus kepala Taehyung lembut menggunakan satu tangannya "Hei santai saja, kamu boleh manggil apa saja kalau diluar kantor, tidak masalah. Jangan khawatir ok"
"Hm"
"Gemes"
Taehyung mengedipkan matanya berberapa kali. Pak Jeongguk menyebutkan gemes? Dan oh Taehyung mau pamer juga deh, barusan duda itu mengelus pipinya dengan lembut.
Haha waktu Jennie berada dikantor seperti semakin sempit. Ingatkan kalian janji utama Taehyung untuk wanita menyebalkan itu?
•jassint•
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Jaddy [Short Story]
Fiksi PenggemarDia berbisik "Dengar-dengar katanya sajangnim sedikit galak" "Sssst, pelankan suaramu, bagaimana kalau ada yang dengar" Sigadis refleks menutup mulutnya. "Tapi apa itu benar?" Tanyanya lagi. "Kau akan tahu dengan sendirinya nanti".