5. Jaket

1.9K 704 212
                                    

tekan tombol bintang di ujung kiri duluu

vote komen

vote komen dong cuma di suru itu aja loh

jangan pelit ya makasii

<<<

"Dada abangku sayang, hati-hati," ucap Nasya setelah turun dari mobilnya dan melambaikan tangan dengan semangat disertai dengan senyuman indah.

"Kalau bisa pulang jangan jomblo lagi," lanjutnya lalu tertawa di akhir kalimat membuat Devan menatapkanya sinis.

"Sialan." Devan menginjak gasnya dengan kesal meninggalkan Nasya yang sedang tertawa melihat Abangnya itu. Cuacanya mendung dengan rintik-rintik air hujan yang jatuh ke bumi, karena tadi subuh hujan lebat. Sisa-sisa hujan yang belum jatuh tadi.

Devan hanya mengantarkannya sampai gerbang sekolah, kata Devan jika dia mengantarkan Nasya sampai dalam maka cewek-cewek akan berteriak histeris nanti. Kepedean sih memang, tapi kalau iya begitu, kenapa masih jomblo?

Nasya berjalan meninggalkan gerbang lalu masuk dengan mood yang tinggi hingga sebuah motor menurunkan moodnya sampai ke dasar kerena motor itu melaju kencang di sebelahnya menerobos becekan air hujan itu jadi mengenai seragamnya.

Nasya tidak bisa masuk dalam keadaan seperti ini. Dia harus minta tanggung jawab dengan orang yang sudah membuatnya menjadi seperti ini.

Kaki jenjang Nasya berjalan ke arah motor berwarna merah itu dengan mengepalkan tangannya dan matanya yang sudah memancarkan tatapan mematikan. Tapi gak ngeri kok.

"HEH LO, GAK LIHAT APA TADI GUE LEWAT DI SITU, MAIN NEROBOS NEROBOS AJA. KOTOR NI BAJU GUE," teriaknya dengan menyerocos membuat cowok yang awalnya membelakangi Nasya itu langsung membalikkan badannya.

"LO?!" teriaknya lagi yang bisa membuat kuping si pendengar jadi pekak kalau tidak ditutup pake tangan.

"Berisik," ucapnya tajam dan dingin lalu berlalu meninggalkan Nasya yang tambah kesal mendengarnya.

"HEH GALVIN, TANGGUNG JAWAB GAK," teriaknya membuat Galvin menghentikan langkahnya lalu tersenyum miring. Ia berbalik badan dan mendekatkan badannya ke arah Nasya dengan senyuman mengerikan.

Nasya yang melihat muka mengerikan Galvin langsung menciut seketika dan memundurkan badannya karena Galvin semakin memajukan badannya.

Sial, tubuh Nasya sudah mentok dan mengenai motor Galvin yang sudah terparkir di parkiran ini. Nasya jadi gelagapan karna Galvin semakin memajukan badannya, mengikis jarak di antara mereka.

"Ma-mau ngapain lo?" Aduh, kenapa Nasya jadi gugup seperti ini. Akh, Nasya jadi malu sendiri, tapi dia berusaha menutupi kegugupannya itu dengan memasang tampang sangar kembali.

"Awas." Nasya mendorong badan Galvin tapi tenaganya lemah, sangat lemah jika dibandingkan dengan Galvin.

"Mau ap-apa sih."

"Tanggung jawab," ujar Galvin singkat berhasil membuat Nasya bungkam. Kata-katanya tadi salah, salah besar. Harusnya ia tak mengatakan itu.

Galvin tersenyum miring melihat Nasya yang sudah takut setengah mati, terlihat dari matanya yang ia tutup dan mulutnya yang sudah komat-kamit seperti sedang membaca doa.

GALVINASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang