25. Kangen

1.3K 214 166
                                    

vote komennn dulu yuuukk

<<<

"Woi bos, lihat tu cewek lo, masa berdiri di pinggir lapangan sih? Gak takut kena bola apa dia?" tanya Charles yang melihat Nasya berdiri tepat di pinggir lapangan sambil membawa minuman dingin dengan Chika di sampingnya.

Kalian pastu tau lah, siapa yang ngajak ke sini, ya pastinya Chika lah, anak itu kan suka banget lihat Nasya dengan Galvin, sekalian mau ke tempat Kevin, katanya kangen.

Galvin menoleh ke pinggir lapangan, ada Nasya yang sedang tersenyum manis ke arahnya dengan mengepalkan tangannya pertanda mengucap semangat. Kan Galvin jadi gak fokus kalau gini.

"Sini ah, gue lagi yang drible." Deren berusaha merebut bola dari tangan Charles, pasalnya dia dari tadi megang, dan gak mau gantian.

Charles memutar-mutarkan tangannya agar Deren tak dapat mengambilnya. "Ayo coba ambil."

"Charles, jangan bikin gue tensi," ujar Deren sedikit berteriak, keningnya sudah berkerut dengan mulut yang sudah ke bawah, itu artinya dia benar-benar marah.

Charles melempar bolanya ke sembarang arah dan ternyata bola itu melayang ke arah Nasya.

"AWAAAAS."

Nasya menundukkan kepalanya, sakit kena bola basket tu, sakit banget. Setelah beberapa detik, dan Nasya rasa bolanya sudah hilang, ia membuka matanya, ternyata sudah ada Galvin yang sedang memeluknya.

Nasya jadi senang sendiri, setalah itu Galvin berjalan ke lapangan sambil melayangkan tatapan tajam pada Charles, Charles hanya menyengir kuda sambil mengangkat tangan membentuk v.

Galvin sudah tidak mood, ia mengambil barang-barangnya dan langsung pergi dari sana. Chika langsung berlari menghampiri abangnya sepupunya dan Nasya langsung berlari mengejar Galvin.

Ia langsung memeluk Galvin dari belakang dengan kuat membuat Galvin kaget dan berhenti berjalan. "Alvin," lirih Nasya.

"Jangan pergi," lanjutnya dengan nada bergetar. Kok dia nangis sih, cengeng banget jadi cewek. Nasya mengambil nafasnya agar tidak dilihat lemah. Biar gak bergetar lagi kalau ngomong. Kalau Galvin nampak dia nangis kan malu banget.

Nasya masih setia memeluk Galvin dari belakang, merasakan aroma tubuh Galvin yang terasa segar walaupun baru siap main basket. Galvin tersenyum melihat tangan Nasya yang melingkat di perutnya.

Galvin menyentuh tangan Nasya lalu melepaskannya, tapi Nasya langsung menguatkan pelukannya membuat Galvin tambah meninggikan lengkungan di bibirnya.

"Gak malu dilihat orang hm?" tanya Galvin membuat Nasya yang ada di belakangnya langsung menggeleng, Galvin merasakan gelengan Nasya yang kuat.

"Kamu malu ya?" tanya Nasya dengan nada polosnya membuat Galvin langsung tersenyum bahagia, apa katanya, kamu? Nasya manggil dia kamu? Astaga, dunia terasa semakin indah aja bagi Galvin.

"Hah? Kenapa? Gak denger." Galvin pura-pura tidak mendengarkan ucapan Nasya ia menolehkan kepalanya ke belakang. Nasya langsung mendongkakkan kepalanya.

"Lo malu?" Kan dah berubah, tadi kamu, sekarang lo, dasar Nasya, itu artinya dia sadar dong.

Ah gak asik, pikir Galvin.

"Gak. Aku gak malu," kata Galvin menirukan gaya bahasa Nasya tadi membuat Nasya jadi heran. Aku?

"Aku?"

"Iya aku, kan tadi kamu duluan yang bilang pakai aku kamu," ujar Galvin menjelaskan membuat Nasya langsung menenggelamkan kepalanya di punggung Galvin. "Malu."

GALVINASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang