12. Nasya dan Devan

1.5K 490 181
                                    

vote komen doang kooook

<<<

"BANG DEVAAAAN," teriak Nasya dari bawah sambil melihat ke atas, tepatnya di mana kamar Abangnya berada.

"OOO BANG DEVAAAAN." Nasya kembali berteriak seperti sedang di hutan saja, memang lah ya ni Kakak Adek sama aja.

"BANG DEVAAAAAN, KEMANA SIH LOOO, GUE MASUK KAMAR LO YA, PAKAI BAJU KAN?" tanya Nasya sambil berjalan ke arah kamar Devan, tak ada balasan, ia membuka pintu kamar Devan dengan hati-hati, bisa jadi tu Abangnya yang laknat itu tidak menggunakan pakaian.

Dia melihat Devan yang sepertinya sedang kecapean tertidur di atas kasur dengan badan yang tidak beratur. "Lah pantesan gak dengar, tidur ternyata." Nasya punya ide saat ini.

Ia berjalan ke arah Devan dan naik di atas tubuh Devan. "BANG DEVAAAAN BANGUUUUUUN," teriak Nasya tepat di telinga Devan.

Devan terbangun membuat Nasya tersenyum senang. "Ngapa sih," ucap Devan dengan suara serak khas bangun tidur, masih berusaha mengumpulkan semua nyawanya yang ada sembilan, ahahaha kayak kucing aja.

"Bang, gue gak bisa tidur ni, ngantuk tapi gak bisa tidur," kata Nasya manja, Devan melihat jam yang bertengger di dinding kamarnya, sudah jam satu malam.

Lah, tu iya si Devan udah tidur, udah tengah malam! Nasya yang ganggu tidur nyenyak orang, dasar Nasya.

"Gue dari tadi gak bisa tidur, gue nonton juga gak bisa tidur," adu Nasya lagi membuat Devan bangun dari tidurnya. Ia duduk dengan kaki yang ia lipat sambil menyandar di kepala kasur.

"TVnya udah dimatikan?" tanya Devan membuat Nasya mengangguk. "Udah."

"Sini tidur di paha gue." Devan menepuk-nepuk pahanya membuat Nasya berfikir. Kasihan Devan kalau Nasya tidur di pahanya nanti, jam tidur masih panjang dan selama itu Devan pasti gak bisa tidur nyenak nanti.

"Bang, Abang gak ngantuk?" tanya Nasya menatap Devan yang masih terlihat mengantuk.

"Ya ngantuk lah, masih jam satu juga," jawab Devan tidak santai tapi dengan suara yang lemah.

"Yaudah gue tidur di kamar aja. Nanti kasihan lo gak bisa tidur nyenyak." Nasya berdiri tapi suara Devan menghentikannya.

"Nasya, sini tidur di paha gue." Devan tau pasti sampai pagi adeknya ini tidak akan tidur jika sudah tidur di atas jam sebelas, begitulah si Nasya.

Nasya mengurung niatnya lalu menatap Devan untuk menyakinkan. "Gapapa Bang?" Devan mengangguk.

"Udah sini." Ia kembali menepuk pahanya agar Nasya meletakkan kepalanya di sana.

Nasya tersenyum, walaupun abangnya ini ngeselin tapi dia baik banget, pengertian, dan selalu mengerti apa yang Nasya inginkan. Nasya mencium pipi Devan lalu meletakkan kepalanya di paha abang satu satunya yang ia punya itu.

"Bang, gue sayang banget sama lo," ucap Nasya sambil menikmati sentuhan tangan Devan di kepalanya. Ia mulai menutup matanya tapi ucapan Devan mengurungkan niatnya.

"Tapi gue enggak." Nah kan, baru aja dipuji tadi udah ngeselin, bisa gak sih suasana lagi baik jangan merusak. Ah kan Nasya jadi kesal lagi.

"Ih abang ih." Nasya mencubit pelan perut Devan.

"Anjir sakiiit Nasyaaa. Itu tu bekas-" Devan menghentikan ucapannya, bisa bisanya dia keceplosan kan.

Dasar Nasya, itu tu bekas pukulan orang tadi pagi Sya, ngapain lo cubit sih. Dan Devan gak pingin Nasya tau tadi dia ngapain aja.

"Bekas apa?" tanya Nasya menatap Devan yang sepertinya sedang berfikir.

"Gak ada, gak bekas apa-apa." Gelagat Devan yang meragukan itu membuat Nasya duduk dan membuka baju Abangnya untuk melihat apa yang ada di perut Devan.

GALVINASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang